Dadang Kusnandar
http://www.kompasiana.com/dadangkusnandar_cirebon
MEMBICARAKAN sejarah tentu tak ada habisnya. Setiap orang punya versi sejarah sendiri-sendiri dan pasti berbeda dengan yang lain. Setiap penulis sejarah pun memiliki versi sendiri menyoal sejarah. Maka berlangsung terus pengetahuan dan pemahaman yang beragam terhadap satu peristiwa sejarah. Sejarawan yang menulis buku pun saling berbeda versi sehingga menimbulkan pemahaman yang selalu tidak bersentuhan, terutama menyangkut hal-hal yang krusial. Ketika sejarawan itu mengajarkan versi sejarahnya kepada mahasiswa dan murid sekolah, kesalahpahaman sejarah tidak terhindarkan. Dan begitulah berlangsung terus sepanjang masa, sehingga sejarah tidak pernah lurus, sehingga sejarah seakan hanya mampu bicara angka tahun, periodesasi kekuasaan, saling tikam dan bunuh demi mempertahankan kekuasaan, nama-nama besar yang menindas (kendati kerap ditulis masa keemasan sejarah).
Membicarakan sejarah Cirebon, ingatan kita akan menerawang kepada nama-nama Susuhan Jati atau Sunan Gunungjati atau Syekh Syarif Hidayatullah atau Walisanga ke-9 yang menyebarkan agama islam di jawa barat pada 600 tahun ke belakang. Juga Mbah Kuwu Cirebon atau Pangeran Cakrabumi atau Pangeran Cakrabuana, Prabu Siliwangi dari Pajajaran yang ditautkan sebagai leluhur Sunan Gunungjati karena menurunkan Walangsungsang. Begitu pula Nyi Mas Rarasantang, Nyi Mas Gandasari, Syekh Magelung yang punya kisah monumental dengan rambut gondrongnya, Panembahan Girilaya, Pangeran Sutajaya atau Pangeran Losari dan sebagainya. Demikian pula Ong Tien Nio yang ditautkan dengan pelawatan Sunan Gunungjati ke Cina. Tak lepas pula sejumlah keraton yang hingga kini masih tegak berdiri di Cirebon.
Demikian juga akan menyeret nama Ki Bagus Rangin, Ki Bagus Serit, Ki Bagus Arsitem dengan peristiwa heroik Pemberontakan Cirebon 1818 yang sudah ditulis Van der Kemp, tentara Belanda yang ikut menumpas pemberontakan santri pertama di Indonesia dari desa Kedondong kabupaten Cirebon. Belanda yang merugi ribuan gulden dan sejumlah kapal perangnya hangus terbakar itu bagai terlupakan dari catatan sejarah nasional, mungkin kalah keren dengan Perang Jawa atau Perang Diponegoro 1825-1830 karena sumbu pemberontakan bermula dari keraton Mataram, sedangkan Ki Bagus Rangis cs hanya seorang ustad dengan ratusan santrinya.
Namun ketika di tahun 2002 saya berbincang dengan budayawan Kuningan, nampak jelas ada penolakan hegemoni budaya Cirebon terhadap kuningan, karena menurutnya sejarah kuningan bukan berawal dari perjalanan Putri Ong Tien Nio dari Luragung ke Cirebon, melainkan dari Kerajaan Seuweu Karma yang berdiri sebelum ada kerajaan Cirebon.
Tidak keliru jikalau kolumnis Mahbub Djunaidi menulis di Asal Usul, munculnya satu penulisan sejarah akan menambah jumlah versi sejarah yang baru. Tak keliru pula jikalau sejarawan Asvi Warman Adam begitu ngotot berupaya meluruskan pemahaman sejarah yang bengkok itu. Dan begitu pula yang dilakukan sejarawan kampus dan sejarawan kampong manakala mencoba menceritakan sejarah pada berbagai kesempatan publik.
Membicarakan sejarah Cirebon sebagaimana digagas akan munculnya buku sejarah Cirebon yang ditulis keroyokan oleh sejarawan Sobana, Mumuh Mz (keduanya dari F Sejarah Unpad), Prapto dari jurusan sejarah kontemporer UI, Zaenal dari STAIN Cirebon, serta dosen lain yang dihadirkan sebagai nara sumber pada seminar draft penulisan sejarah Cirebon di Cirebon 12-13 Agustus lalu; menyegerakan sejumlah peserta yang diundang dari Cirebon, indramayu, kuningan dan majalengka untuk saling mengungkap pemahaman sejarah yang selama ini mendekam di benaknya.
Sejarah tak pernah lurus, itu kata-kata saya dalam seminar di atas lantaran setiap orang punya versi sendiri. Ini pun melanda sejarah Cirebon yang kerap merujuk buku babad Purwaka Caruban Nagari (PCN) yang ditulis Pangeran Ariacarbon pada 1720 berdasarkan ingatan pada dialog Wangsakerta. Menurut hemat saya, ingatan manusia memiliki keterbatasan apalagi dituliskan ratusan tahun setelah dialog. Maka saya menyebut sejarah Cirebon ditulis berdasar ingatan yang lupa. Akibatnya, banyak hal-hal yang luput sebagai substansi sejarah itu sendiri lantaran lupa juga yang membentuk bangun sejarah Indonesia.
Imagined community yang dirilis Ben Anderson menjelaskan bangsa yang ada jika ada yang membayangkannya merupakan penanda betapa lemahnya ingatan manusia, dan unsur lupa adalah sangat manusiawi. Maka ketika Prapto sejarawan UI mengatakan bahwa babad merupakan sastra yang dilegitimasi seakan-akan bernama sejarah, bagi saya jadi menarik. Simpel saja, pertama, PCN lebih mirip cerita yang ditautkan dengan merangkai Cirebon ke masa lalu semisal hubungan budaya dengan Cina, Campa (sekitar Kamboja), India, dan Arab lantas meluncurlah cerita lisan dalam babad yang selalu dirujuk sejarawan yang menggulati sejarah jawa barat. Dengan cara merangkaikan peristiwa demi peristiwa yang berlatar pantai utara jawa barat yang bernama Karesidenan Tjirebon dan diberi status Kotapradja oleh Belanda, wilayah ini menorehkan catatan sejarah yang antara lain ditulis berdasar sifat lupa.
Kedua, saya curiga PCN ditulis bukan pada tahun 1720 tetapi paska kemerdekaan karena meminjam ujaran Mumuh Mz, catatan sejarah Cirebon pada masa pendudukan jepang amat minim. Bagaimana mungkin sejarah 1942-1945 di Cirebon tidak ada yang menuliskan sementara di tahun 1720 sudah ada yang menuliskan babad menjadi buku “babon” sejarah Cirebon? Pada seminar itu saya menyampaikan jangan-jangan penulisan tahun PCN dibuat muncur agar Nampak tua dan bersejarah. Ketiga, membicarakan sejarah Cirebon sepertinya pekerjaan berat karena dituntut untuk mempertautkan catatan-catatan yang terserak terutama ketika VOC bangkrut pada 1799 dan semua imperiumnya di Indonesia dibeli Belanda. Sayang sekali, saat itu raja-raja di Cirebon tidak melakukan perlawanan bersenjata kepada Belanda. Setelah itu kerajaan Cirebon menjadi milik belanda termasuk pengangkatan sultan pun atas restu dan penunjukkan belanda. Sebelumnya ada peran Sultan Agung Mataram yang mempunyai wewenang mengangkat raja Cirebon, mengeksekusi Pangeran Dipati Ukur dan menentukan batas wilayah kerajaan Cirebon sebagai bagian pemekaran kerajaan Mataram.
Keempat, penulisan sejarah akan lebih mengena bila mendatangkan saksi sejarah yang dalam kata-kata Nurdin M Noer, budayawan Cirebon, “Saksi sejarah adalah nara sumber dalam penelitian. Itu pun terbatas pada peristiwa kekinian. Lebih dari 100 tahun sejarah sering berawal dari katanya”. Begitulah maka dalang Askadi Sastrasuganda pun menyatakan sejarah identik sejare-jare (katanya). Kelima, penulisan sejarah Cirebon akan mengundang multi tafsir tatkala masuk ke fase islam dan masa penjajahan. Keenam, bagaimana mungkin sejarah Cirebon ditulis dari masa prasejarah hingga 1950 seandainya referensi dan rujukannya sangat minim. Sekali lagi saya mengingatkan agar penulisan sejarah Cirebon dibatasi per peristiwa, misalnya menyoal kekejaman kemanusiaaan pada 1965, catatan tentang Darul Islam di Cirebon karena masih banyak pensiunan tentara yang masih hidup dan baik ingatannya pada peristiwa Pagar Betis menumpas gerakan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 1963.
Sampai sekarang saya tidak tahu apakah di Cirebon ada artefak tua berupa punden berundak atau waruga, dolmen sehingga tertorehkan catatan pemerintahan dan raja-raja pada masa pra sejarah Cirebon. Bukankah pada masa itu sejarah atau peraturan raja dan sebagainya ditulis di sebongkah batu atau di di permukaan daun lontar? Jika tidak ada artefak atau situs tua, mungkin aka nada catatan pra sejarah Cirebon?
Kembali ke masalah awal. Penulisan sejarah Cirebon sebaiknya dilakukan berdasarkan peristiwa heroic. Di Jakarta, Hermawan Sulistyo dari LIPI sempat berujar, jarang sekali buku sejarah yang mengungkap peristiwa getir 1965 bahkan hingga wafatnya Marsekal Udara Omardhani Juli 2009 ybll realitas 1965 dan tahun-tahun sekitarnya tetap buram. Ah, sulit ditaut dan dibayangkan sebuah buku induk sejarah Cirebon yang konon ditulis sejak masa pra sejarah hingga 1950, didanai dari APBD Propinsi Jabar tahun anggaran 2010 dan digerakkan oleh tim yang disusun berdasarkan seminar di cirebon 12-13 Agustus 2009 yang diadakan oleh dinas pariwisata dan budaya jawa barat.
Sebagai anak bangsa, sudah seharusnya kita paham sejarah. Kita pahami dia untuk menarik pertautan masa lalu dan masa kini sehingga kendati tidak ada pengulangan sejarah yang sama persis, namun setidaknya kita dapat mengambil hikmah dari tautan itu. Akan tetapi penulisan sejarah tetap harus bermula dari kesungguhan tim dalam mengumpulkan dan mengolah data, termasuk diantaranya mendatangkan saksi sejarah yang memahami item sejarah Cirebon. Jika tidak, terus terang saya khawatir penulisan buku sejarah Cirebon yang kelak akan dianggap sebagai buku babon itu pun akan tersungkur menjadi proyek yang tergesa-gesa.***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar