Rabu, 06 Agustus 2008

NIETZSCHE, AKU TETAP DIET

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/?p=89


(I) Nietzche, obor apa kau nyalakan,
hingga kerajaan jiwaku lebur; bersamamu aku menjelma abu.

(II) Kotoran memuakkan, membanjiri otak dan pedang;
usang sudah, tiada pecahan cermin memantulkan cahaya.

(III) Dalam kandas, aku cacing gemuk berpesta di
ladangmu. Aku-kau; sembunyi di balik hitamnya lumpur
atas panasnya matahari.

(IV) Yang porak-porandakan nurani,
kenapa membangun pondasi? Dan buat apa berbaju sutera?
Sedang kebinalanmu menjadikan warna tak sekadar penggoda.

(V) Dalam lembar tersobek lain, memandang beda
di sudut fikiran; bukankah bola bergerak memutar,
atau kincir air mengalirkan daya listrik?
Jangan taruh di kepala, sebelum temukan ujung samudra,
sebab tiada lain, renung itu butiran garam;
kembali ia, mendekat kepada matahari.

(VI) Senjakala berhala di selat Dwipa,
menyeretmu dewa-dewi menggerogoti bulan,
dan bayang-bayang mengerang dalam pekat;
tubuh-tubuh dendam menggigil keluar padat.


(VII)
Seramai-ramainya yang sembahyang
mengelilingi bulan, berkeliaran di langit biru;
harum nyawamu sekuntum kanthil di awan,
adalah pernah hilang di tamansari.

(VIII) Sengaja mengajakmu ke relung terdalam,
sebelum kau tersadar bersamanya;
seberapa jarak usia kita melangkah,
antara waktu-tempat mereka perkirakan,
bagi kepasrahanmu menentukan berjumpa.

(IX) Kabut jaman menebal di setiap kesegaran pagi,
membuyar oleh terangkatnya bola matahari kepadamu,
segaris mengingatkan tersesat, begitu kebodohan gelap.

(X) Senja, senjakala, merah melipat-lipat mega,
inilah amarah gila cakrawala dikelam timur raya,
atas masa-masa menggantungkan ingatan,
ketika rindunya malam dalam dada jaman.

(XI) Engkau endapkan kenyataan memaksa,
menancapkan tulang di kedalaman bumi kesadaran;
inilah mitos, atau ikan-ikan khianat goyangan ombak,
terdampar kering, hangus di pesisir.

(XII) Kekupu mengecup kemolekan bunga di taman,
yang penuh asmara warna, bergerak estetika Jerman,
kumaksud Gandring menyala di medan percintaan;
mengumpulkan awan, kuda gelombang angin lautan
kepada malam-malam berkurang, hanya kejora di matamu.


(XIII)
Terlunta kata di gurun lelah menginjakkan cahaya,
olehnya tidurlah sebentar, agar malam berpeluk ia percaya;
selain bunga-bunga padma, kembang lain tiada merekah,
maka marilah bertemanan, sebelum dunia bertenggelam.

(XIV) Dewa-dewi murka, kala ada
menggosok-gosokkan purnama di pucuk-pucuk cemara,
pada cakar pohon gersang, terlaksana keangkuhan dunia.

(XV) Batu melambung, hindarilah mata lembing;
sebaiknya rasan-rasan diri ketika asyik menyendiri,
kala merasai rerumputan hikmah, dan marilah
mendesak maju, di medan perang kebijakan.

(XVI) Serentak kata-kata menghujam,
ini rajaman abadi; aku bersamamu dan mereka
memakan daging merasakan terbang bersama.
Dalam lambung kebutaan; aku diseret angin
melampaui ketinggian gelombang. Tak pernah
kumendarat, pada pintu yang hilang oleh gusar.

(XVII) Ke sana ke mari balon udara;
ini hutang moyang bagi anak-anaknya,
dan ritual suci mendekati kehancuran.
Di sini tempat berperang, dilahirkan-dimatikan.

(XVIII) Langit senja, lepas bayangmu menghadap,
pada lantai marmer pendapa pengadilan;
seorang timur hilang ketimurannya,
seorang barat hilang kebaratannya,
melindasi jaman ke pintu seterusnya,
ada dunia baru lebur, menuju keutamaan.

(XIX) Racun gelap kelaparan, menggeleparkan sayap
kekuatan, menyisakan lempengan tulang-belulan,
dan urat nadi terputus, membebaskan lainnya.

(XX) Pada pemberhentian waktu, gairah hayat berganti;
rantai baja tahan karat, dilumasi minyak torehan warna,
reinkarnasi pengetahuan berputar dari jaman ke jaman,
memasukkan gelombang ke dalam gelombang lautan.

(XXI) Penari waktu, cahaya menyeluruh,
hujan bermata seribu atas deru segenggam debu,
nyawa-nyawa bebijian jagung bersatu warangka ruh,
kepada batang menanjaki dewasa; kekuncup temanten
berkabar berita, akan bebijian ranum berbagi kecantikan
nan sahaja, kepada pedusunan pinggiran kota.

(XXII) Kini masa mempercepat cahaya gelombang,
kilatan kerikil terpecahkan, berdenting ke telinga jiwa,
atas serat-serat sukma bertemunya kasih sayang sesama
yang menyatukan partikel-partikel aura kata-kata pujangga.

(XXIII) Aku terus menyeret kantuk yang sarat,
melampaui malam hingga bentukan purnama;
takkan mengucur kecuali digali,
takkan mendengkur kecuali lalai,
takkan bercinta kecuali tersenggol hati.

(XXIV) Penumpukan bebatuan candi demi kuasa legenda,
yang memenggal berhala, kenapa masih sesembah arwah?
Purnakan senjamu di ufuk pertanggungan bentuk ganjil,
jangan kau rawat balik.
Tidakkah rumah laba-laba kehujanan-kepanasan?
Engkau berlari ke sana ke mari demi kekuasaan,
racun ganas melekat erat, di ruang jabat tangan.

(XXV) Di bukit perubahan, tangan angin kepada yang lain,
bergerak tak ubahnya wewarna bunga-bunga di air telaga,
atau di kebun belakang, bercangkul pada batok kepala.

(XXVI) Seekor kelelawar lamban mengepak; ditinggalkan
anak-anaknya memporak-porandakan kota-kota lama.

(XXVII) Burung dara terbang mengikuti gerak tangan
tuannya; pencarian tujuan baru, semusim berubah terlaksana.

(XXVIII) Pagi-pagi datang kepadamu,
dari mimpi semalam menikmati kesadaran,
degup terangkum arti dalam alunan keseimbangan;
putik-putik menyapa, kekupu bersalam mentari senja,
pada tubuh ketenangan telaga, kau dunia penuh warna.


(XXIX)
Kau cemooh Socrates dengan dialektikanya.
Tidakkah kesadaran tempomu mengikuti tariannya?
Ini serangga dalam kuluman bibir teratai; di atas kertas
berdiam diri, sedang embun itu samudera kerinduannya.


(XXX)
Aku bukan tergantung konstruksi kata-kata;
Apakah kau kira sebuah bangunan memang benar?
Bukankah kau lihat sebagian atap dibocorkan;
kunang-kunang memperbaharui ruh cahayanya,
bukan bentuk, tapi lebih ke dalam aroma sentausa.

(XXXI) Benar ucapanmu, kuasa atas ayunan nilai dedaun,
namun yang bernafas kau ingkari; keluguanmu
di bawah Socrates dan Plato, dan engkau
lebih dari gaya kemerosotan nilai-nilai.

(XXXII) Kenekatanmu sejajar Vincent Van Gogh,
maka kumerangsek dada; menginjak rumput sama tegak,
pastikan senjakala kematian, pada kilatan pedang serupa.
Sekuat rumput patah ditegakkan,
kawan Voltaire merentangkan tangan kita,
kini sudah, sebelum mereka muntah, dan aku
tetaplah diet, tak makan dagingmu Nietzsche.

*)Pengelana dari desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, JaTim
22 Oktober 2000 Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi