Jumat, 10 April 2009

Potret Buram Libido yang Menyimpang

Maman S. Mahayana
http://kompas-cetak/

Sebuah novel metaforis dengan tokoh yang juga metaforis: Sendalu karya Chavchay Syaifullah. Sendalu “kencang” yang dalam konteks novel itu meski dimaknai sebagai “pengaruh (buruk) yang cepat menyebar; wabah, epidemi macam penyakit kusta, AIDS, atau flu burung”.

Tokoh utama, Lumang, diposisikan sebagai “anak terapit bangkai” karena kakak dan adiknya meninggal prematur. Lumang sendiri bermakna ’lumpur, noda’. Jadilah tokoh Lumang digambarkan hidup lebih nista dari lumpur, pencipta teror, penebar noda bagi manusia, jawara keparat bagi wanita.

Dikisahkan, Lumang sebagai sosok introver, tertutup, penyendiri. Ia asyik-masyuk membangun dunianya berdasarkan pikiran-pikirannya sendiri yang liar dan mesum. Tinggal di rumah yang tak punya privasi memaksanya terbiasa menangkap adegan ranjang ayah-ibunya.

Pengalaman menikmati desah-napas, rintih-erang, tekan-goyang, meronta-mendekap yang dilakukan kedua orangtuanya itu membentuknya menjadi anak yang punya kekayaan melihat, tetapi sama sekali tidak punya pengalaman melakukan. Jadilah kehidupannya di tengah keluarga dan masa kecil di sekolah dipandang sebagai dua dunia yang asing. Dalam dua dunia itu, ia berada dalam posisi marjinal, pecundang. Maka, pencarian jati diri adalah kesia-siaan, keterpurukan, dan kerap menghasilkan sejumlah pertanyaan tak berjawab.

Perubahan terjadi ketika orangtuanya pindah ke Jakarta. Tinggal di deretan rumah kontrakan yang sempit juga tidak memberinya privasi. Pikiran mesum yang telah terbentuk sejak kecil makin subur memperkaya daya khayalnya manakala ia melihat adegan pengantin baru, Lastri dan Burhan.

Prinsip kenikmatan (pleasure) yang terbentur realitas—dalam kerangka psikoanalisis Sigmund Freud—makin mencampakkan dirinya sebagai pecundang sejati. Hiduplah sebuah persaingan imajiner. Burhan, suami Lastri; dan belakangan juga ayah, adalah pesaing utama yang harus dikalahkan. Ia tak mau lagi menjadi pecundang. Ia harus menerabas prinsip realitas.

Sampai di situ, Chavchay melalui tokoh Lumang seperti membentangkan sebuah penampang psikoanalisis Freud tentang prinsip kenikmatan, prinsip realitas, dan represi psikis yang dalam bahasa Van Peursen mengganggu keseluruhan roh, tubuh, dan jiwanya. Di situ pula cantelan pada tiga instansi—id-ego-superego—relevan dalam memahami problem psikis tokoh Lumang.

Pembentukan karakter Lumang memasuki fase sindrom kelelahan kronis, yang dalam pandangan Michel Foucault terbawa kegilaan seks yang suram. Itulah sebabnya, ketika ada kesempatan, ia melakukan aksinya pada Lastri dan kemudian pada ibunya sendiri sebagai bentuk perlawanan dalam persaingan imajinernya.

Lumang gagal menahan desakan libido. Seperti saluran air yang mampat, ia mendesak terus, menciptakan rembesan yang menyimpang, sampai pada saat tertentu, tanggul itu jebol. Muncratlah arus air itu ke mana-mana, liar tak terkendali. Itulah yang terjadi pada Lumang. Seketika itu pula ia merasa jadi pemenang. Untuk mengukuhkan kemenangannya, ia harus melakukannya lagi pada orang lain. Korban pun berjatuhan.

Lumang menggelandang makin gila. Ketika tragedi Mei mewartakan terjadinya pemerkosaan massal, ia menyadari ada sesuatu yang tak beres. Eksistensinya pecah. Perayaan kemenangannya adalah derita, aib, dan penistaan bagi orang lain. Maka, untuk tidak memperpanjang deretan korban, tidak dapat lain, ia harus menghancurkan kejantanannya. Itulah akhir petualangan Lumang, tokoh metaforis, si raja tega, penebar noda.

Tokoh paradoksal

Sendalu jelas merupakan novel Indonesia pertama yang mengusung tema pengumbaran libido begitu sadis dan memerindingkan. Hudan Hidayat, sastrawan yang juga terkenal dengan karya-karyanya yang sadis dan berani, dalam catatannya tentang novel itu mengatakan: “Inilah novel Indonesia yang paling gila dan paling seram….” Sebuah pernyataan hiperbolis yang dari sudut pandang penafsiran dan argumen yang mendasarinya, sangat dapat diterima dan rasional.

Chavchay Syaifullah seperti sengaja mengangkat ketokohan Lumang secara paradoksal. Ia korban pembentukan karakter yang menyimpang. Maka, ia pun harus melakukan penyimpangan dan membangun kerajaannya dengan menciptakan korban baru. Terhamparlah sebuah tragedi kemanusiaan yang sesungguhnya berada di sekitar kita. Chavchay coba memberi penyadaran, betapa dahsyat pengaruh seks yang tak terkendali. Di sinilah pentingnya seks ditempatkan dalam ruang privat secara benar. Sebuah wilayah yang seyogianya dimasuki orang-orang tertentu yang diizinkan etika, norma, dan kedewasaan dalam memperlakukannya secara benar.

Secara tematis, Sendalu menggiring kita untuk melakukan permusuhan massal pada pemerkosaan. Dengan sangat meyakinkan, Chavchay menggambarkan latar belakang pembentukan karakter tokoh Lumang sebagai awal terjadinya tragedi kemanusiaan itu. Dengan begitu, novel ini seolah-olah sengaja menyodorkan potret kehidupan masyarakat kita yang tanpa sadar telah ikut menciptakan karakter macam Lumang. Fiksionalitas Lumang jadinya faktual ketika kita coba menariknya dalam konteks kehidupan masyarakat. Pelarangan dan undang-undang atau apa pun jadinya tetap akan sia-sia ketika kita sendiri menyuburkan kegilaan seks yang suram itu.

Memusuhi dan menciptakan

Kita memusuhi pemerkosaan, tetapi di balik itu, tanpa sadar kita menciptakan benihnya. Sebagai sebuah novel yang terkesan memberi penyadaran itu, Chavchay berhasil membangun ketokohan Lumang melalui latar belakang pembentukan karakternya yang mengarah pada “sindrom kelelahan kronis”. Jadi, ideologi pengarang, sebagaimana tersurat dalam Testimoni yang ditempatkan sebagai pembuka novel itu, menyelusup dan menjiwai karakterisasi tokoh Lumang.

Meski begitu, kecenderungan mengusung tema tanpa punya kesabaran dan tak tergoda pada ketergesaan juga kerap mengundang bahaya. Itulah yang terjadi selepas peristiwa jebolnya tanggul libido Lumang. Laksana sebuah lagu dengan nada andante atau maestoso, tiba-tiba kita berhadapan dengan nada allegretto atau tempo di marcia.

Irama narasi yang semula disajikan perlahan dengan trik-trik psikologisnya serempak berganti jadi begitu cepat, selintasan, dan tanpa proses perubahan karakter. Maka, pertobatan Lumang tidak cukup beralasan hanya lantaran kematian Bono, ketika sahabatnya itu disodomi. Bukankah hubungan emosional dengan ibu jauh lebih punya akar psikologis dibandingkan dengan Bono yang baru dikenalnya.

Begitu pula penempatan Lumang sebagai pelaku pemerkosaan, tidak cukup kuat mengajak pembaca bermusuhan dengan tindak pemerkosaan ketika para korban diabaikan. Akan jauh lebih dahsyat jika Chavchay memberi ruang yang luas dan mendalam pada dampak psikologis para korban pemerkosaan atau tindak kekerasan terhadap perempuan. Nawal el-Saadawi dalam Perempuan di Titik Nol telah mewartakan itu dengan sangat bagus. Bukankah trauma yang dialami para korban akan nemplok terus seumur hidup. Jika itu dieksploitasi, boleh jadi pembaca terjerat melakukan pemihakan pada para korban.

Sebagai novelis generasi terkini, Chavchay Syaifullah lewat Sendalu menunjukkan pengharapan yang menjanjikan. Novel pertamanya, Payudara (2004), telah mengundang polemik yang seru. Kini, Sendalu sangat mungkin menciptakan polemik yang lebih seru lagi. Maka, sebelum novel ini dibaca berbagai kalangan, mesti ada semacam peringatan. Paling tidak, bagi para penganut konservatisme yang punya gejala penyakit jantung, sebaiknya tidak nekat membaca novel ini.

*) Pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi