Senin, 04 Mei 2009

Komunitas Sastra Kampus dan Mereka yang Melawan

Anton Kurnia
http://www.sinarharapan.co.id/

Perkembangan sastra kita tidak bisa dilepaskan dari peran berbagai komunitas sastra dan kantung-kantung budaya yang bertebaran di berbagai kota, terutama yang berbasis di kampus-kampus perguruan tinggi. Sebagian dari para pegiat komunitas sastra kampus ini muncul dan menonjol menjadi sosok yang diperhitungkan dalam sejarah sastra kita dengan karya-karyanya, melepaskan diri dari kolektivitas komunitasnya. Sebagian yang lain terserap oleh kerumunan komunitasnya dan akhirnya menghilang dari peredaran karena berbagai sebab.

Di Bandung, misalnya, tercatat sejumlah kampus memiliki komunitas sastra yang cukup aktif berproses dan bergiat. Di ITB, di masa lalu, terdapat GAS (Gabungan Apresiasi Sastra) yang melahirkan nama-nama seperti Juniarso Ridwan, Kurnia Effendi atau Nirwan Dewanto. GAS kini telah bubar dan sebagai gantinya muncul Lingkar Sastra ITB yang usianya masih seumur jagung. Di UPI (dulu IKIP Bandung) terdapat ASAS (Arena Studi dan Apresiasi Sastra) yang terus aktif hingga kini dan pernah melahirkan sejumlah nama cukup terkemuka dalam peta sastra kita, antara lain Beni R. Budiman dan Nenden Lilis Aisyah. Di Unpad ada GSSTF (Gabungan Seni, Sastra, Teater dan Film) yang hingga kini terus eksis. Begitu pula di sejumlah kampus lainnya.

Tentu saja, ada pula sejumlah individu yang kemudian muncul dalam peta sastra kita berproses secara soliter, tidak tumbuh dalam komunitas-komunitas sastra kampus tersebut. Belakangan ini, beberapa nama penulis muda yang menonjol dengan karya-karyanya justru bukan berasal dari komunitas sastra kampus. Sebut misalnya Dewi Sartika (UPI, penulis novel Dadaisme) yang memenangi sayembara penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta 2003 atau Nukila Amal (STP, penulis novel Cala Ibi), Dinar Rahayu (ITB, penulis novel Ode untuk Leopold von Sacher-Masoch) dan Dewi Lestari (Unpar, penulis novel Supernova).

Fenomena ini tentu saja memicu sejumlah pertanyaan menarik. Sejauh manakah peran komunitas sastra kampus dalam persemaian bakat dan proses kreatif para penulis muda kita? Apakah pengaruh komunitas sastra kampus dalam karya para alumninya?

Yang Menindas, Yang Melawan

Sejarah mencatat sering kali karya sastra—sajak, cerpen, novel—dan para penciptanya berhadapan dengan kepentingan penguasa. Sastrawan yang baik adalah saksi zaman dan masyarakatnya. Ketika kebenaran orang banyak ditindas oleh penguasa, tampillah ia sebagai “penyambung lidah” rakyat lewat karya-karyanya. Di berbagai belahan bumi tercatat sekian banyak peristiwa di mana para sastrawan yang menyuarakan hati nuraninya mesti berhadapan vis a vis dengan penguasa.

Di Mesir, pengarang dan aktivis gerakan feminis Nawal el Saadawi yang beberapa novelnya telah diterjemahkan di sini—antara lain Perempuan di Titik Nol, Catatan dari Penjara Perempuan dan Matinya Seorang Mantan Menteri—dipenjarakan oleh rezim Anwar Sadat pada 1981 atas tuduhan melakukan “kejahatan politik”. Toh, itu tak membuat langkahnya surut. Penjara tak mencegahnya untuk terus berkarya dan menyuarakan keyakinannya.

Sementara itu, di berbagai penjuru dunia lainnya begitu banyak para penulis yang harus menghadapi tekanan penguasa (entah itu mereka yang memiliki kekuasaan politik, agama ataupun moral) karena tulisan-tulisannya. Sebut misalnya Taslima Nasrin, perempuan asal Banglades penulis novel kontroversial berjudul Lajja yang menelanjangi penindasan kolektif kaum Muslim terhadap minoritas Hindu di negerinya, atau Salman Rushdie, Naguib Mahfouz dan Milan Kundera. Mereka hidup dalam ancaman bahaya, buku-buku mereka diberangus dan kerja-kerja kreatif mereka dihambat.

Di negeri kita, kasus-kasus semacam itu juga terjadi. Hingga saat ini, pelarangan warisan Orde Baru terhadap karya-karya sastrawan pembangkang Pramoedya Ananta Toer belum juga dicabut. Ia sendiri pernah dipenjarakan selama empat belas tahun tanpa pengadilan dan diasingkan ke sebuah pulau terpencil oleh penguasa. Utuy Tatang Sontani, sastrawan terkemuka kita di masa lalu, terpaksa harus mati kesepian di Rusia. Ia tak bisa pulang ke Tanah Air akibat dicekal oleh rezim Orde Baru dan maut keburu menjemputnya sebelum zaman berubah.

Melawan dengan Pena, Melawan dengan Imajinasi

Aroma perlawanan terhadap kekuasaan yang menindas juga tercium kental dalam novel Asep Pram (nama pena Asep Subari)—seorang pegiat komunitas sastra kampus dari UPI—berjudul Yang Melawan (2004, 688 halaman). Melalui perjalanan hidup tokoh protagonis Ramadhan Revolusi alias Ahmad Rambo yang berliku, novel ini gencar menelanjangi segala borok penguasa negeri ini: kekerasan negara terhadap rakyat, pembantaian massal yang coba dihapus dari ingatan, kemiskinan struktural, kejahatan politik, militerisme, korupsi, hipokrisi dan berbagai pelanggaran hak asasi manusia sepanjang sejarah negeri ini.

Kendati terkadang terasa terlalu verbal dan kurang licin, novel ini justru menarik karena kelugasannya dalam menceritakan realitas empirik. Kita bisa membandingkan novel ini dengan novel-novel Pramoedya Ananta Toer yang tampaknya dalam banyak hal mengilhami Asep, terbukti dari nama pena yang dipilihnya. Seperti Pram, Asep tampaknya juga sadar akan makna referensi dan sejarah. Dalam novel ini bertebaran berbagai data peristiwa, kronik dan judul sejumlah buku dan nama tokoh yang dicupliknya sebagai pendukung cerita.

“Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa,” tulis Milan Kundera, penulis eksil Ceko, dalam sebuah novelnya. Novel ini pun mencoba melawan pelupaan sejumlah peristiwa kelam dalam sejarah negeri ini, di antaranya pembantaian massal oleh tentara dan warga sipil terhadap ratusan ribu orang yang dicurigai komunis di berbagai daerah di Indonesia pada 1965-1966 menyusul apa yang disebut-sebut sebagai peristiwa G30S/PKI.

Sekadar catatan, tak banyak karya sastra kita yang menyinggung soal ini secara terbuka, padahal peristiwa itu merupakan salah satu pembantaian sistematis terbesar sepanjang sejarah selain pembunuhan orang-orang Yahudi oleh Nazi pada Perang Dunia Kedua. Ratusan ribu korban yang tewas selama beberapa bulan dalam peristiwa itu jauh lebih banyak dari korban pembantaian serupa di Argentina selama tujuh tahun. Saat junta militer berkuasa di Argentina pada 1976-1983, terjadi serangkaian penculikan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap para aktivis pro-demokrasi di negeri itu dengan dalih melakukan aksi antiteror. Menurut laporan Comisión Nacional para la Desaparicion de Personas—Komisi Nasional untuk Orang Hilang (1983-1984) pimpinan novelis Ernesto Sábato, sekitar 30.000 orang hilang tak jelas nasibnya. Pada 1995, dua orang tentara bersaksi atas pembunuhan sistematis yang pernah mereka lakukan di masa lalu. Hingga kini, atas nama rekonsiliasi, banyak di antara para pelaku kejahatan kemanusiaan itu masih bebas berkeliaran.

Demikianlah, seperti judulnya, pada dasarnya Yang Melawan merupakan sebuah manifesto perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, senada dengan pekik pernyataan Ramadahan Revolusi dan para kameradnya dalam kisah ini, “Kita adalah orang-orang yang melawan. Kepalkan lengan kirimu, lalu angkat setinggi-tingginya hingga langit yang pongah itu rubuh!” (halaman 345).

Seperti halnya protagonis dalam Yang Melawan, melalui novel perdananya ini Asep meneguhkan pilihannya untuk melawan dengan pena, melawan dengan menggunakan imajinasinya. Mungkin ini berkaitan dengan latar belakangnya sebagai seorang penulis yang berproses dalam komunitas sastra kampus. Para mahasiswa bagaimanapun tetap memiliki fungsi sebagai agent of social change. Dalam sejarah negeri kita hal itu tak bisa dimungkiri, di mana sejumlah pergantian kekuasaan tiran ditandai dengan peran gerakan mahasiswa.

*) Penulis adalah cerpenis dan esais, penulis buku Dunia Tanpa Ingatan: Sastra, Kuasa, Pustaka (2004) dan kumpulan cerpen Insomnia (2004).

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi