Jumat, 30 Juli 2010

Membongkar Polemik Roman Pergaoelan

Judul: Roman Pergaoelan
Penulis: Sudarmoko
Penerbit: Insist Press, Yogyakarta
Edisi: Pertama, 2008
Tebal: xvii + 189 halaman
Peresensi: M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
http://www.ruangbaca.com/

Perkembangan karya sastra di negeri ini kerap diiringi dengan mencuatnya polemik yang tak jarang dipaksa-tuntaskan di meja pengadilan. Semasa pemerintahan Orde Baru, misalnya, sejarah mencatat sosok Pramoedya Ananta Toer (dan para seniman Lekra) yang dijebloskan ke dalam bui, walau tanpa proses peradilan.

Sebelumnya, cerita pendek Langit Makin Mendung karya Ki Panji Kusmin (Sudihartono) dan Robohnya Surau Kami ciptaan A.A. Navis pun memicu reaksi keras lantaran dianggap melecehkan agama. Dari situ, sebagian dari kita, yakni para generasi masa kini yang kian berjarak dari catatan kelam masa lampau, dihadapkan pada narasi “pertarungan sengit” antara sastra dan kekuasaan dan dogmatisme (agama dan adat).

Maka, tak mengherankan jika kemudian muncul dikotomi antara sastra “yang pusat” dan “yang pinggiran”. Dalam kajian pascakolonial, identifikasi sastra “yang pusat” itu lebih mewakili suara kolonial, sedangkan “yang pinggiran” cenderung memberikan kesan penentangan yang lantang.

Karya sastra (sekaligus para pengarang) dari kelompok kedua itulah yang selama ini (di)hilang(kan) dari catatan sejarah, atau setidaknya jarang ditautkan sebagai bagian utuh dari wacana kesusastraan Indonesia. Salah satunya sebagaimana pernah menimpa Roman Pergaoelan, suatu divisi (genre) fiksi yang dikelola penerbit Penjiaran Ilmoe di Bukittinggi.

Koko, demikian penulis buku Roman Pergaoelan biasa disapa, menurut pembacaan saya berhasil mengurai kelindan sosiohistoris penerbitan Roman Pergaoelan. Buku yang semula merupakan tesis Koko di Universiteit Leiden, Belanda, ini secara detail melakukan penelusuran sosiologis mengenai Bukittinggi, penerbit Penjiaran Ilmoe, dan yang lebih penting lagi: polemik yang sempat menerpa beberapa karya dan pengarang Roman Pergaoelan.

Bagi Koko, terbitnya karya-karya sastra Roman Pergaoelan mesti disadari tidak dapat dilepaskan dari pembangunan kawasan Bukittinggi pada masa penjajahan Belanda. Selain Padang, pada awal abad ke-20, Bukittinggi merupakan kota terpenting di dataran tinggi Minangkabau. “Penjajah Belanda mempersiapkan kota itu sebagai pusat pemerintahan mereka untuk wilayah Padang Barat,” demikian diungkapkan Koko (hlm. 21). Pada perkembangannya, Bukittinggi yang semula hanyalah lekukan perbukitan dan ngarai itu menjelma sebagai tanah kelahiran para intelektual dan pengarang di bawah naungan usaha penerbitan “daerah”, yakni Penjiaran Ilmoe, yang mulai berdiri pada 1939.

Embel-embel “daerah” di sini penting diberi ruang perbincangan khusus. Jauh pada periode sebelum kemerdekaan, barometer perjalanan sastra Indonesia selalu tertunjuk pada karya-karya terbitan Balai Pustaka dan Pujangga Baru. Patut diselidiki bahwa kedudukan kedua penerbitan itu adalah Batavia (Jakarta). Sehingga, menurut Koko, cara melihat dan menerima karya sastra yang berada di luar pusat (baca: di luar Jakarta) –termasuk terhadap karya-karya Roman Pergaoelan -—yakni dengan logika “pusat melihat pinggiran (periphery)”.

Terkait perdebatan itu, Umar Junus dengan jelas telah menunjukkan di mana kedudukan Roman Pergaoelan, sebagaimana dituliskannya pada halaman pengantar (ix-xiii). Di situ dia melihat bahwa Roman Pergaoelan juga dinilai (orang) sebagai karya pinggiran, diremehkan oleh orang yang hanya memandang karya yang dianggap pusat. “Karya yang pusat, tak pinggiran, terhasil di Jakarta, sedang yang pinggiran terhasil di daerah. Roman Pergaoelan terhasil di Bukittinggi -—hakikat ini meluas pada keseluruhan roman picisan yang umumnya terbit di daerah: Medan, Padang, Solo, dan Surabaya,” tinjaunya.

Dengan menguraikan polemik seputar Roman Pergaoelan dalam buku ini, Koko agaknya bermaksud menghadirkan suatu perimbangan wacana, dalam hal ini guna menyikapi dominasi wacana yang Balai Pustaka-centrist, yang telah sekian lama menjangkiti kajian kesusastraan kita.

Untuk itu, mula-mula Koko menyertakan sinopsis empat karya Roman Pergaoelan, yakni, Angkatan Baroe karya Hamka, Joerni-Joesri karya Merayu Sukma, Rahasia Pembongkaran karya Surapati, dan Kamang Affair karya Martha. Koko tak secara argumentatif menyebutkan mengapa ia memilih empat roman ini. Hanya, mungkin keempat roman ini dirasa cukup mewakili empat tema sentral Roman Pergaoelan: sejarah, politik, detektif, dan sosial.

Selain sebagai variasi tema, pembagian jenis ke dalam empat kelompok itu sekaligus menunjukkan pandangan ideologis editor Roman Pergaoelan.

Nah, usai membaca sinopsis sebagaimana tertuang dalam bagian “Roman Pergaoelan: Dunia Pergerakan dan Nasionalisme Menurut Anak Muda”, Koko ternyata coba menyarikan dan menonjolkan kesan perlawanan dari keempat roman itu. Jadi, meski belum memeriksa keempat roman secara langsung, kita akan tetap merekam satu kesan bahwa keempatnya bercerita tentang pergerakan sosial politik yang dialami masing-masing tokoh -—sekalipun keempat judul itu sebenarnya berada pada kelompok yang berbeda.

“Mereka (baca: tokoh-tokoh dalam roman) menghadapi masalah yang dihadapi sebagian besar masyarakat pada masa itu, yaitu penjajahan dan pandangan yang tertanam dalam adat,” demikian menurut Koko.

Pada konteks ini, sepertinya kita mesti lebih meneguhkan satu pandangan bahwa beragam bentuk perlawanan terhadap kolonialisasi di Indonesia memang selalu dipercikkan mula-mula oleh kalangan terdidik. Para pengarang dan redaksi Roman Pergaoelan sendiri merupakan orang-orang terdidik yang banyak terlibat dalam organisasi politik maupun keagamaan.

Secara instrinsik, pandangan idoelogis itu dapat terbaca dari laporan konferensi roman yang digelar di Medan pada 1939, “Roman, berfaedah oentoek memperhaloes bahasa menagihkan oerang membatja, dan tendenz (isi)nja senantiasa bersifat PROPAGANDA, MEANDJOERKAN, DAN MENGKERITIK. Maka roman sematjam jang banjak terbit sekarang, besar faedahnja bagi masjarakat Indonesia jang masih dalam fase permoelaan ini.”

Berangkat dari ideologi perlawanan itulah polemik seputar Roman Pergaoelan bermula. Dalam Bab 4 yang berjudul “Polemik Roman Pergaoelan: Bertahan dalam Zaman yang Berubah”, secara panjang lebar Koko memaparkan polemik yang menimpa Hamka dengan Angkatan Baroe-nya dan Oestaz A. Ma’sjoek-nya Martha. Di titik ini, pembaca barangkali bakal tak mengerti mengapa Koko malah tak menyajikan sinopsis Oestaz A. Ma’sjoek. Walaupun secara pribadi kita dapat menelusuri sendiri roman tersebut, namun tetap terasa tak berimbang lantaran sebelumnya telah disertakan sinopsis Angkatan Baroe.

Martha, yang bernama asli Maisir Thaib, tampaknya merupakan penulis Roman Pergaoelan yang paling kontroversial. Tercatat ada tiga romannya yang melahirkan konflik. Yakni, Kesehatan Diri yang menimbulkan polemik dengan Dr. Aboe Hanifah, Oestaz A. Ma’sjoek yang memantik reaksi keras di kalangan ulama Perti, dan Leider Mr. Semangat yang dibredel polisi.

Dari polemik yang terakhir disebut itulah, Martha kemudian mesti rela diusung ke penjara Sukamiskin, Jawa Barat, selama setahun enam bulan. Ini pukulan terberat bagi Penjiaran Ilmoe sebagai penerbit karya-karya Roman Pergaoelan. Penjiaran Ilmoe, setelah sejak 1938 produktif menerbitkan Roman Pergaoelan, pada 1940 memutuskan untuk mendirikan penerbit “cadangan”, Bintang Kedjora, dengan divisi fiksi Perjoeangan Hidoep; suatu antisipasi jika Penjiaran Ilmoe digulung pemerintah kolonial.

Lagi-lagi, sosok Martha kembali mencuri perhatian saya usai memeriksa sebuah artikel yang ditulis Koko di sebuah harian lokal Padang, 9 November 2008. Sesuai pengakuan Koko, sebenarnya ada satu informasi yang belum diolah terkait sosok Martha. Yakni, sebuah biografi berjudul Pengalaman Seorang Perintis Kemerdekaan Generasi Terakhir Menempuh Tujuh Penjara. Biografi ini mengandung banyak informasi tekait pengalaman Martha sekolah di Normal Islam dan Islamic College, berkarier di dunia pendidikan di Kalimantan, aktivitas di PERMI, serta seputar proses kreatifnya mengarang.

Informasi itu, menurut Koko, tampaknya dapat digunakan untuk menelusuri kembali sejarah pendidikan di Padang dan dunia kemahasiswaan pada masa penjajahan.

Lepas dari itu semua, menurut saya, studi Koko ini nyaris tak membahas segi kebahasaan Roman Pergaoelan. Padahal, pemakaian bahasa Melayu

Rendah -—sebagaimana digunakan umumnya sastra pribumi (daerah) -—merupakan salah satu identitas kultural yang mengandung unsur-unsur ideologis dan estetis di dalamnya. Jadi, tak sekadar untuk menjangkau publik yang luas alias memenuhi tuntutan pasar.

Untungnya, hal itu masih dapat kita mafhumkan, karena toh Koko banyak menampilkan kutipan dari redaksi Roman Pergaoelan sekaligus publikasi penerbit atau resensi karya-karya Roman Pergaoelan. Boleh jadi, Koko memang tak perlu “mengatakan”, karena ia sejatinya telah “menunjukkan” bagaimana Roman Pergaoelan menggunakan ragam bahasa yang mudah diterima oleh khalaya pembacanya: “oleh masjarakat Indonesia jang masih dalam fase permoelaan ini”.

*) Pemimpin Redaksi BPPM Balairung UGM Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi