Pamusuk Eneste
http://www.suarapembaruan.com/
Umar Kayam bukanlah cerpenis yang produktif. Kumpulan cerpennya yang pertama, Seribu Kunang-kunang di Manhattan (Pustaka Jaya, 1972) hanya berisi 6 cerpen. Keenam cerpen ini kemudian dimuat kembali dalam kumpulan cerpen Sri Sumarah dan Cerita Pendek Lainnya (Pustaka Jaya, 1986) bersama 4 cerpen yang lain (“Sri Sumarah”, “Bawuk”, “Musim Gugur Kembali di Connecticut”, dan “Kimono Biru buat Istri”).
Kumpulan cerpen Umar Kayam terakhir, Lebaran di Karet, di Karet … (Penerbit Kompas, 2002) — yang terbit setelah Umar Kayam meninggal — memuat 13 cerpen. Ternyata 8 dari 13 cerpen itu pernah diterbitkan dalam kumpulan cerpen Umar Kayam, Parta Krama (Yayasan untuk Indonesia, 1997). Dari 5 cerpen yang ditambahkan (“Menjelang Lebaran”, “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”, “Lebaran di Karet, di Karet …”, “Sardi”, dan “There Goes Tatum”), ternyata satu cerpen pernah dimuat dalam kumpulan cerpen Sri Sumarah, yaitu “There Goes Tatum”.
Jadi, selama 30 tahunan usia kepengarangannya, Umar Kayam hanya menulis 22 cerpen (cerpen “There Goes Tatum” dimuat dalam Sri Sumarah dan Lebaran di Karet, di Karet …) ditambah dua novel, Para Priyayi (1992) dan Jalan Menikung (1999).
Duka Lebaran
Delapan dari 13 cerpen yang terkumpul dalam Lebaran di Karet, di Karet … berkisah seputar Lebaran dengan segala lika-likunya. Kedelapan cerpen itu adalah “Ke Solo, ke Njati”, “Ziarah Lebaran”, “Menjelang Lebaran”, “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”, “Marti”, “Mbok Jah”, “Lebaran di Karet, di Karet …”, dan “Sardi”.
Meski bisa menyenangkan, dalam fiksi Umar Kayam, Lebaran itu justru lebih banyak menyedihkan, mengecewakan, dan bikin trenyuh. Dari 8 cerpen bertema Lebaran, hanya cerpen “Marti” (hlm. 30-37) yang menyuguhkan kegembiraan di kala Lebaran. Selebihnya, cerpen-cerpen Umar Kayam didominasi kemuraman, kesedihan, atau (sebut saja) duka Lebaran.
Betapa tidak Tokoh ibu dan dua anaknya dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati” (hlm.1-7) sudah memiliki karcis bus menuju Wonogiri. Namun, mereka tak bisa mudik karena tak pernah mampu masuk bus saking banyaknya calon pemudik di terminal bus. Celakanya, itu terjadi bukan beberapa hari menjelang Lebaran; justru pada hari pertama dan kedua Lebaran. Ternyata pada dua hari Lebaran itu pun masih banyak orang yang mau mudik.
Si ibu dan kedua anaknya – dengan genteyongan barang- tak mampu berdempet-dempet dengan orang lain dan selalu terpinggirkan alias tak bisa naik bus. Ke manakah sang suami dan ayah kedua anak itu? Ternyata sang suami/sang ayah sudah meninggal. Akhirnya, mereka terpaksa “pulang ke kamar sewaan yang terselip di tengah kampung agak kumuh di bilangan Kali Malang” (hlm. 2).
Begitu pula tokoh Kamil dalam cerpen “Menjelang Lebaran” (hlm. 13-23). Kamil, istrinya (Sri), dan kedua anaknya (Mas dan Ade) sudah berencana mudik. Kedua anaknya malah sudah menyiapkan ransel dan membayangkan akan naik kereta api. Namun apa mau dikata? Kamil justru di-PHK tempatnya bekerja karena “kehabisan modal untuk terus berjalan” (hlm. 20).
Apa boleh buat. Batallah rencana mudik keluarga Kamil. Nah, pembantu rumah tangga, yang sudah bekerja 10 tahunan pada keluarga Kamil terpaksa tak digaji lagi meski tetap boleh tinggal di keluarga itu.
Simak pula tokoh Is dalam cerpen “Lebaran di Karet, di Karet … ” (hlm. 46-52). Lebaran bagi dia justru mengecewakan. Ketiga anaknya bekerja di luar negeri. Pada saat Lebaran, Is (yang ditinggal mati istrinya) sangat mengharapkan kabar dari ketiga anaknya berupa surat panjang. Ternyata yang muncul cuma kartu pos bergambar dengan sedikit kata-kata.
Pada hari Lebaran, Is yang pernah bekerja di Markas Besar PBB, New York, itu tidak pergi ke makam istrinya. Dengan mobil dinas Toyota Deparlu, Is “mengebut keluar jalan raya. Dengan tegas berhenti sebentar kemudian membanting stirnya ke arah jurusan kiri. Ke Karet, ke Karet – tidak ke Jeruk Purut ke tempat Rani, melainkan ke Karet, ke Karet … Rani pasti setuju dan senang” (hlm. 52).
Yang lebih menyedihkan lagi adalah tokoh Sardi dalam cerpen “Sardi” (hlm.53-59); cerpen yang baru pertama kali dipublikasikan dalam kumpulan ini. Karena tak punya biaya untuk mudik Lebaran, terpaksalah Sardi menilep uang majikannya. Cek yang dicairkan Sardi tidak diserahkannya kepada sang majikan, tetapi dia bawa ke kampung dan dibagi-bagikannya ke handai tolan sebagai oleh-oleh. Akibatnya, Sardi tak berani lagi kembali ke Jakarta.
“Bapak, simbok, saya akan tinggal di desa saja. Mau membantu Bapak di tegal dan bikin tikar sama embok” (hlm. 59).
Ironis memang. Tempo hari, justru Sardi yang nekat mau ke Jakarta, sementara kedua orangtuanya melarangnya. Kini kedua orangtuanya yang malah heran: Sardi justru tidak ingin kembali ke Jakarta…
Pembantu vs Majikan
Berbicara seputar Lebaran, mau tak mau kita pun akan berbicara seputar pembantu rumah tangga dan majikan. Lazimnya, rumah tangga yang punya pembantu akan kerepotan menghadapi Lebaran. Pasalnya, pembantu banyak mudik Lebaran. Syukur kalau masih kembali ke rumah majikan, kalau tidak, tentu harus mencari pembantu baru.
Itulah sebabnya, nyonya rumah dalam cerpen “Ke Solo, ke Njati” sangat senang ketika pembantunya tidak jadi mudik karena tak bisa masuk ke bus yang akan mengangkutnya ke Wonogiri. “To, saya bilang apa. Saya bilang apa. Sokur tidak dapat bis kamu. Ayo sini bantu kami sini. Tuh piring-piring kotor masih menumpuk di dapur. Sana …” (hlm. 7).
Ada pula dua pembantu rumah yang mudik untuk seterusnya dan tak akan kembali bekerja ke majikannya, yakni Nem (cerpen “Lebaran Ini, Saya Harus Pulang”) dan Mbok Jah (cerpen “Mbok Jah”). Keduanya minta berhenti dari majikannya dengan alasan yang mirip.
Nem sudah bekerja pada satu keluarga selama 20 tahun, namun ingin berhenti dan pulang kampung. “Saya ini sudah semakin tua dan terus terang semakin capek, Lebaran ini, pokoknya saya harus pulang untuk seterusnya” (hlm. 28). Untunglah majikan Nem mengabulkan permintaan itu tanpa syarat.
Mbok Jah juga sudah 20 tahun bekerja pada keluarga Mulyono di kota. Namun, akhirnya Mbok Jah berhenti untuk seterusnya dan kembali ke kampungnya di desa Tepus, Gunungkidul. Mbok Jah berhenti karena “merasa semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya menjadi beban keluarga itu ” (hlm. 39).
Jika Nem berhenti tanpa syarat, Mbok Jah justru dengan syarat “akan ‘turun gunung’ dua kali dalam setahun, yaitu pada waktu Sekaten dan waktu Idul Fitri” (hlm. 40). Namun, sudah dua kali Lebaran Mbok Jah sudah tidak “turun gunung”. Itulah sebabnya, keluarga Mulyono mengunjungi Mbok Jah di desa.
Pesanan
Jelaslah bahwa Lebaran itu multidimensi dan multiaspek. Unsur agama berbaur dengan unsur tradisi/kebudayaan, unsur gengsi, unsur ekonomis, dan lain-lain. Di samping menggembirakan, Lebaran pun bisa menimbulkan duka/derita, seperti kita lihat dalam sejumlah cerpen Umar Kayam di atas. Umar Kayam telah menyodori kita duka Lebaran itu meski hanya lewat cerpen/fiksi.
Tentu timbul pertanyaan. Mengapa Umar Kayam getol menulis cerpen seputar Lebaran — sampai 8 cerpen? Dalam satu wawancara, Umar Kayam (1932-2002) buka kartu. Katanya, “Teman-teman di Kompas itu yang memperlakukan saya sebagai pengarang spesialis Lebaran” (Prosa, 1/2002, hlm. 177). Dengan kata lain, cerpen yang ditulis Umar Kayam merupakan pesanan.
Meski begitu, tak bisa dimungkiri, cerpen-cerpen Umar Kayam di atas sangat menyentuh rasa kemanusiaan kita. Harus kita akui pula, Umar Kayam adalah salah satu maestro cerpen Indonesia.
*) Penulis adalah pengamat sastra
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar