Lukas Adi Prasetyo
Kompas,7 Mei 2008
RUANG tamunya agak sempit. Tiga gitar bolong tergeletak, beberapa lukisan berbingkai kayu berikut perlengkapannya, hingga kasur di atas ubin memenuhi ruangan itu. Untung Basuki, si empunya rumah, menyambut kami dengan senyum lebar.
Monggo, silakan duduk,” ucapnya. Dua busa kursi tipis lalu ditariknya mendekat ke meja kayu lesehan. Belum lima menit obrolan mengalir, tangannya sudah menyambar gitar.
Dia ingin dan antusias bermain gitar sambil bernyanyi. Sembari duduk di kursi kecil, ia melantunkan ”Bunga-bunga”, salah satu lagunya pada era 1970-an, Ia bernyanyi dengan penuh semangat. Terkadang dia pejamkan mata, menengadah ke atas, menghayati lirik lagunya.
Bunga-bunga bergayutan, angin-angin di puncak pohon, nafasku membuka lembaran namamu, Ratri…. Bunga-bunga bernyanyi riang, bergoyang-goyang pohon cemara bergeleng kepala. Aku berdansa di taman, tanganmu adalah buku yang terselip di pinggang.
Iramanya country dengan lirik puitis. Suaranya serak, namun bertenaga. Jari-jemarinya masih cekatan berpindah chord, dan petikan senarnya jelas dan kencang terdengar, pertanda sering berlatih. Tak lebih empat menit, tembang itu selesai.
Untung lantas tertawa. Katanya, itu lagu yang dia ciptakan untuk menggambarkan suara hati saat kasmaran. Obrolan pun mengalir diselingi dengan nyanyian yang dia lantunkan. Beberapa lagu ciptaannya pun meluncur, seperti Lepas-lepas, Maju Perang, serta Langkahku Menuju Ke Mana.
Puluhan tahun bergelut dengan teater, puisi, dan musik, namun penampilan Untung bisa dikatakan bersahaja. Ia tetap merasa nyaman tinggal di Kampung Ngadisuryan, 100 meter sebelah barat Alun-alun Selatan Yogyakarta, serta senang mengenakan kaus tipis dan celana pendek.
Puisi sebagai lirik
Sebagai seniman, nama Untung Basuki sekarang mungkin tak lagi dikenal banyak orang. Mereka yang pernah melihatnya bernyanyi pun hanya sebagian yang tahu bahwa sosok ini sebenarnya berbasis seni rupa. Sebelum bermusik, dia akrab dengan dunia melukis dan teater.
Ia malang melintang di teater sejak tahun 1970-an. Dia tergabung di Bengkel Teater pimpinan WS Rendra dan aktif pentas sampai era 1980-an. Kala itu Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia sering dia singgahi. Ia berteater sampai Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.
”Kami malah jarang tampil di Yogyakarta,” ucapnya.
Sampai sekarang aktivitas berteater masih dia jalani. Bedanya, kini dia menjadi guru teater di SMA Santo Mikael, Mlati, Sleman, dengan gaji ”sekadarnya”. Kadang kala dia masih diundang sebagai pembicara dalam workshop bertema kesenian.
Melukis dan berteater memang bukan hal baru bagi Untung, tetapi justru kemampuan bermusiknya yang unik. Di Yogyakarta, dialah satu-satunya seniman yang menulis puisi, lalu menjadikannya sebagai lirik lagu.
Bila diundang pentas, Untung membawa serta Sabu, kelompok musiknya yang bernapaskan country. ”Sabu itu bagian dari Sanggar Bambu, sebuah komunitas seni rupa (di Yogyakarta),” katanya.
Begitu banyak puisi yang kemudian menjadi lirik lagu telah dia ciptakan sejak tahun 1972. ”Saya tak ingat lagi,” katanya tentang jumlah puisi lagu ciptaannya.
”Saya lebih banyak membuat puisinya dulu, baru menggarap melodinya, genjrang-genjreng. Tetapi, kadang memang bisa juga sebaliknya,” cerita Untung tentang proses penciptaan lagunya.
Enak di kuping
Tahun 2004 Untung merekam album bertajuk Lagu Puisi Tanah. Album itu diproduksi Blass Record, Yogyakarta. Inilah album rekaman pertamanya meski dia sudah membuat lagu dari puisi itu sejak bergabung di Bengkel Teater. Di sinilah dia bersentuhan dengan puisi, yang lantas membuatnya ingin menjadikan puisi itu dalam bentuk berbeda. Apa yang dilakukannya saat itu terhitung hal baru.
”Saya berusaha agar lagu itu punya bobot puitis, demikian pula sebaliknya. Makanya saya sebut lagu puisi. Pengertiannya, saya menggali melodi dari puisi itu dan menggaulinya sedemikian rupa,” tutur Untung yang konsisten dengan warna musiknya, dengan risiko tak ada perusahaan yang tertarik merekam lagunya.
Bagaimanapun, dia mengaku tetap berusaha membuat musiknya enak didengar kuping banyak orang. ”Tetapi, saya tetap tak akan memotong atau menambah kalimat puisinya agar cocok dengan musik. Musiknyalah yang mengikuti kemauan puisi,” tegas pria yang naik panggung setidaknya dua kali sebulan ini.
Lagu puisi itu berbeda dengan musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi bersifat temporer, melayani program dan kegiatan. ”Lagu puisi itu lebih tahan lama. Kalau musikalisasi puisi bisa dilupakan pemainnya, lagu puisi tidak.”
”Kalau orang mendengar lagu puisi, ada sesuatu yang lain. Melodi lagu puisi itu sendiri sudah memberikan rasa. Bagi sebagian orang, perlu mendengar beberapa kali dulu, sebelum tahu maksud lagu itu,” tambahnya.
Album Lagu Puisi Tanah hanya direkam 1.000 kopi. Tetapi, lewat album itu, makin banyak orang yang datang kepadanya ”Mereka membuat puisi, lalu kami berdiskusi tentang membuatnya menjadi lagu puisi. Saya senang, setidaknya dengan cara ini makin banyak orang cinta puisi.”
Kenangan Istimewa
Tahun lalu, Untung Basuki diundang seorang seniman perempuan untuk mengisi acara pernikahan di Klaten, Jawa Tengah. ”Itu sejarah penting bagi saya,” katanya.
Kata ”penting” tak menyoal urusan unjuk suara di acara resepsi, namun tentang si pelukis perempuan yang nekat mengganti tanggal pernikahan agar Untung bisa datang. Tanggal pernikahan yang semula 10 Maret 2007 mundur seminggu, undangan pun ditarik.
”Waktu itu saya bersama kelompok Sabu mengisi acara festival pelajar. Kami dikontrak sebulan, dan 10 Maret itu hari terakhir,” ujarnya.
Keputusan mereka mengundurkan waktu resepsi membuat Untung kaget. Ia memohon agar tanggal resepsi jangan mundur, tetapi upayanya gagal.
Peristiwa itu membuat Untung merasa dihargai dan diakui eksistensinya. Sebagai rasa terima kasih, ia menciptakan dan membawakan lagu khusus untuk sang mempelai.
Untung sempat kuliah di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI-sekarang Institut Seni Indonesia/ISI) Yogyakarta. Kuliahnya tak selesai sebab dia malah rajin ikut demonstrasi memprotes adanya dosen otoriter.
”Imbas dari ikut demo, saya diskors dan tidak pernah dipanggil lagi untuk kuliah, sampai sekarang,” kata Untung yang sempat kuliah selama sekitar tiga tahun.
Biodata
Nama: Aloysius Untung Basuki
Lahir: Yogyakarta, 12 Maret 1949
Pendidikan:
- SD Netral Dagen, Yogyakarta
- SMPN 2 Yogyakarta,
- Sekolah Seni Rupa Indonesia, Yogyakarta (sekarang SMKN 3 Kasihan, Bantul)
- Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI), Jurusan Seni Lukis, tidak tamat
Istri: Melania Sri Sukapti (53)
Anak:
- Yeremias Abiyoso (22)
- Bernadeta Yasmin Ratri Bumi (17)
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/05/sosok-lagu-puisi-kesetiaan-untung.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar