Rabu, 27 Maret 2013

Reproduksi Sastra Dalam Kurikulum 1994

Sutejo *
Karya Darma, 30 Nov 1994

Berlakunya kurikulum bahasa Indonesia 1994 dalam dunia pendidikan kita secara teoritis akan menuansakan warna baru dalam pengajarannya. Di samping alokasi waktu yang lebih besar dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, juga ditingkatkannya aspek reproduksi sastra yang menekankan pada kemampuan dan bakat siswa untuk melahirkan karya sastra.

Kalau selama ini sering disinggung oleh banyak pihak bahwasannya pengajaran sastra telah mengalami kegagalan, maka kita sebagai pengajar sastra akan merasa ikut bertanggung jawab atas terhapusnya suara sumbang berkaitan dengan isu pengajaran sastra yang demikian. Sebagaimana bidang seni yang lain, tentunya aspek reproduksi sastra sebenarnya tidak berbeda dengan reproduksi seni yang lain. Kalau menggambar bisa diajarkan kepada siswa yang menekankan pada kemampuan melukis, dan bukan pengetahuan tentang seni lukisnya, maka pengajaran sastra pun mestinya juga harus mengarah pada orientasi yang demikian. Dan gejala ke arah demikian tampaknya sudah ada, yakni dengan berlakunya kurikulum Bahasa Indonesia (BI) 1994.

Isyarat kurikulum

Kurikulum 1994 Bahasa Indonesia dalam hal pengajaran sastra sudah mendiktum akan pentingnya pengajaran reproduksi sastra. Hal demikian tampak pada kelas satu, dua dan tiga, yang tentunya berbeda dengan kurikulum 1984. Adapun aspek pembelajaran reproduksi sastra seperti yang diisyaratkan kurikulum 1994 itu dapat dikemukakan sebagai berikut pada cawu 2 kelas I, siswa dituntut mampu menulis puisi, cerita pendek, atau drama, dan mempublikasikannya di majalah dinding, majalah sekolah, atau media massa.

Pada cawu I kelas II, siswa juga dituntut sampai membuat puisi, cerita pendek atau drama, dan mempublikasikannya. Berikutnya siswa harus membuat tanggapan terhadap karya sastra. Sedangkan pada cawu 3 kelas II, aspek reproduksi juga dibelajarkan secara lebih spesifik, yakni (i) siswa diharapkan mampu menulis karya sastra yang berkaitan dengan keindahan alam, (ii) mampu menuliskan pengalaman yang paling menarik dalam bentuk drama, dan (iii) mampu membahas drama yang telah disusun dan memperbaiki berdasarkan hasil pembahasan.

Pada kelas III cawu 1 siswa juga dibelajarkan untuk mampu menyusun resensi sebuah novel karya pengarang Indonesia. Untuk program bahasa di kelas III, siswa dalam hal aspek reproduksi ini juga dituntut untuk (i) menyusun kritik terhadap karya sastra baik prosa, puisi, drama, dan film, dan (ii) menyusun esai terhadap karya sastra baik prosa, puisi, drama dan film.

Isyarat kurikulum BI demikian menuntut pengajar sastra secara teoritis-logis mampu secara reproduktif menghasilkan karya sastra. Maka, tak ada jalan lain kecuali membekali diri bagi pengajar sastra dengan kemampuan reproduksi karya, bukan saja sebagai selama ini terjadi, yang hanya mengajarkan teori sastra, sejarah sastra, dan sedikit pelatihan apresiasi.

Problema dan alternatif

Kalau kurikulum 1994 sudah memberikan rambu reproduksi sastra yang demikian leluasa maka permasalahan yang segera tampak adalah bagaimanakah pengajar sastra mampu menerjemahkan rambu-rambu itu dalam aplikasi pengajarannya? Sudahkah pengajar sastra kita mempunyai kemampuan reproduksi sastra? Tampaknya kita harus membuka diri dan memasang cermin lebar-lebar untuk mendapatkan bayangan sejujurnya tentang realitanya.

Pengajar sastra (dalam hal ini guru BI) kalau mau jujur tidaklah semuanya berkompetensi terhadap sastra. Oleh sebab itu, pengajarannya tak lebih hanya bercerita tentang teori dan sejarah sastra. Pengajarannya hanya bercerita tentang sinopsis cerpen, sinopsis novel, tanpa pengenalan secara langsung terhadap karya sastra secara utuh. Demikian juga tentang puisi pengajarannya masih sepenggal-penggal, tanpa melibatkan siswa dalam proses kreatif-rekreatif sehingga tidaklah memberikan pengalaman batin yang dalam. Sebaliknya, hanya pengulangan sejarah sastra yang kian hari tambah menjemukan.

Sastra mestinya dapat secara reproduktif aktif dibinakan kepada siswa didik. Sebagaimana pengajaran seni lukis dan seni tari. Karenanya, sudah waktunya ada semacam upaya peningkatan mutu kualitas pengajaran sastra untuk mengembangkan semaksimal mungkin reproduksi sastra sehingga minimal akan memberikan bekal sastra yang akan sangat berguna dalam kehidupan siswa didik.

Sebagaimana respon berlakunya kurikulum 1994 maka alternatif pengajaran sastra dapat dikemukakan sebagai berikut: Pertama, pengajar sastra dipersyaratkan mampu secara aktif terlibat langsung dalam melahirkan karya sastra (minimal karya fiksi imajinatif). Dengan begitu, akan dapat mengenali, mengarahkan, dan membimbing siswa didiknya untuk mereproduksi karya. Bagaimana mungkin kalau pengajar sastra tidak mempunyai pengalaman langsung, kreatif imajinatif, untuk mengajarkan kepada anak didiknya, menggelutinya secara langsung. Lembaran-lembaran budaya dan sastra yang hampir tiap pekan terpublikasikan di berbagai media massa dapat dimanfaatkan sebagai tempat mengasah dan mempertajam kemampuan reproduksinya.

Kedua, pengajar sastra hendaknya mampu memanfaatkan pengakuan “proses kreatif” para penyair kita, yang banyak ditemukan dalam berbagai wawancara dan dialog di berbagai media massa, atau yang sudah terkumpulkan dalam tiga buku Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang, yang dieditori Pamusuk Eneste. Pengalaman proses kreatif para penyair demikian penting artinya bagi siswa didik untuk menumbuhkan aspek reproduksi sastranya. Meskipun, pengalaman proses kreatif itu sendiri sangat khas dan individual sifatnya, namun setidaknya secara umum kita dapat mengambil mutiara hikmah yang ada pada mereka.

Sebagai contoh: proses kreatif Arswendo Atmowiloto yang pada awal-awal kepenulisannya diilhami dengan kisah dan keinginan batinnya untuk mendapatkan seorang gadis idamannya. Kemudian dia gubah sebuah cerita pendek dan dimuat dalam media massa. Ditunjukkan pada sang gadis, sayang gadis idamannya tidak percaya kalau itu karya Arswendo. Kemudian dia menulis lagi, dan menulis lagi. Sayang tulisan berikutnya tidak dimuat. Sementara, gadis yang diburunya sudah tergaet cowok lain yang bervespa. Dalam buku Proses Kreatif I, dia menuliskan pengakuan begini: Seandainya saya putus asa ketika itu barangkali saya tidak akan menjadi penulis.

Ketiga, pengajar sastra juga harus mampu menawarkan buku-buku yang berkaitan langsung dengan kegiatan reproduksi, yakni buku-buku bimbingan menulis. Buku-buku semisal Mengarang itu Gampang-nya Arswendo Atmowiloto, Menggebrak Dunia Mengarang-nya Eka Budianta (1992), ataupun Yuk, Nulis Cerpen Yuk (1994, cet. ke-2) dari Muhammad Diponegoro patut kiranya diperkenalkan kepada siswa didik untuk memberikan bimbingan praktis dalam mengembangkan aspek reproduksi sastra.

Keempat, pengajar sastra harus mampu memanfaatkan motto para penyair. Putu Wijaya misalnya menyebutnya mengarang itu berjuang. Budi Darma menyebutnya dengan mengarang itu berpikir dan berfilsafat, atau juga Arswendo yang menyebutnya bahwa mengarang itu gampang. Dalam konteks langkah ini, siswa didik akan diajak mengenal dan menggeluti proses kreatif mereka dengan teknik “Menggareng dan Mempetruk”. Gareng biasanya dalam cerita wayang terkenal dengan kemampuan memberikan motivasi sementara Petruk suka menakut-nakuti. Keadaan demikian, tentunya akan menawarkan keseimbangan kejiwaan dalam mengembangkan kemampuan reproduksi sastra pada diri siswa didik.

Kelima, perlunya pelatihan reproduksi siswa sehingga anak akan memetik langsung hikmah pengembaraan jiwanya untuk memberikan pengalaman yang baik. Melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan uji coba kreativitas, dan kegiatan lain yang membimbing kedewasaan reproduksi untuk mencapai pengembangan potensi kepenulisannya secara maksimal.

Dari alternatif di atas barangkali akan dapat membantu pengajar sastra dalam menerjemahkan “aspek reproduksi sastra” sebagaimana yang diisyaratkan dalam kurikulum 1994 di mana hakikatnya siswa didik dituntut mampu menulis (memproduksi) puisi, cerpen, maupun drama dan mempublikasikannya.

*) Sutejo atau S. Tedjo Kusumo penulis adalah pengasuh Sanggar Wahana RKPD Suara Ponorogo dan Staf Pengajar di lingkungan Kopertis Wilayah VII Surabaya.
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2012/11/reproduksi-sastra-dalam-kurikulum-1994/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi