Senin, 12 Februari 2018

Buku, Tokoh, dan Penerbit

Sutejo *
Kompas, 28 Sep 2017

Di Hari Aksara Internasional yang jatuh pada 8 September kali ini ada hal menarik mengaitkannya dengan berita Kompas (6/9), yakni tentang optimisme industri perbukuan yang menjanjikan di masa depan. Sebuah penanda kehidupan literasi. Optimisme itu diungkapkan oleh Deputi Bidang Pemasaran Bekraf, Joshua Simandjuntak. Pertama, industri penerbitan termasuk 5 terbesar dari 16 subsektor industri kreatif sehingga perlu terus didorong kualitasnya. Kedua, penerbit buku perlu memastikan kontensnya bermutu, menarik, dan mampu memanfaatkan strategi pemasaran global. Jika pesan ini terealisasi, maka akan mendorong penguatan budaya literasi yang telah dicanangkan Kemendikbud sebelumnya.

Cermin Inspirasi

12 tahun lalu sebelum Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diluncurkan oleh Kemendikbud, Gramedia telah mempelopori dengan menerbitkan Bukuku Kakiku (2004). Saya membelinya di Gramedia Surabaya tanggal 24/8/2004, sesuai tanggal dan tanda tangan yang ada di balik sampul buku, halaman pertama. Buku menarik yang dieditori oleh St. Sularto dkk, diprakatai Jakob Oetama, dan “dikatapengantari” Fuad Hasan itu begitu inspiratif.

Buku itu meresonansikan ingatan yang kuat pada dua hal. Pertama, fenomena booming buku Harry Potter jilid pertama, yang jika dibandingkan dengan kejadian di Taiwan, Thailand, dan Australia –sungguh berbeda. Ilustrasi ketimpangan budaya literasi itu ditulis oleh Jakob Oetama. Ia berkesimpulan begini, “Kita disadarkan, dibandingkan dengan rasio penduduknya, jumlah tiras buku yang terbit di negeri kita lebih rendah bukan saja dibandingkan Jepang atau negara-negara industri Barat, melainkan juga India, bahkan juga lebih rendah daripada sesama negara Asia Tenggara.” (2004:vii-viii).

Kedua, fisolofi buku sebagai kaki, yang dieksplorasikan oleh Sindhunata, kemudian dijadikan judul buku. Sungguh, tidaklah sederhana. Filosofi itu melingkar-lingkar di tataran filsafat, sastra, kesadaran, psikologi-sosial, peradaban, kebudayaan, sejarah, bahkan yang paling substil lingkaran spiritual-perenial yang transendal (2004:337-353). Sebuah tamasya spiritual yang indah dan menggugah.

Tetapi, kemudian jengah ketika menjejaki kaki literasi di negeri ini. Saya ikut empatif atas keprihatinan Taufiq Ismail tentang lemahnya budaya literasi di Indonesia, sebagaimana diberitakan dalam separo halaman Kompas dengan judul “Horison” dan Gerakan Sastra di Sekolah (15/9/2003, hal. 34). Sebuah realita ironis ketika itu, ketika Taufiq menghadap Mendikbud Wardiman Djojonegoro, justru dijawab untuk membuktikan pernyataan keprihatinannya dengan dasar angka-angka (data). Saat itulah, tantangan itu dibuktikan Taufiq dengan melakukan “research sederhana”, snapshot (potret sesaat) untuk menangkap gejala yang muncul ke permukaan.

Snapshot itu diarahkan pada persoalan seputar kewajiban membaca buku sastra, bimbingan menulis, dan pengajaran sastra di SMU tempat mereka belajar. Hasilnya? Tentu, mencemaskan. Untuk jenjang SMU di AS selama tiga tahun dituntut membaca 32 buku, di Jepang dan Swiss 15 buku, dan Singapura, Malasyia, Thailand, serta Brunei Darussalam rata-rata 5-7 buku. Di Indonesia, diperoleh angka 0 buku, setelah era Algemeene Middelbare School (AMS) Hindia Belanda. Saat itu, ditemukan angka 15-25 judul buku sastra. Sungguh ironis.

Potret demikian menjadi semacam cermin inspirasi untuk direfleksikan dengan berbagai lapis dan kualitas kegiatan untuk membudayakan literasi.

Fajar Literasi

Di era Mendikbud Anies Baswedan, ada fajar literasi yang menjanjikan, yakni program GLS yang pokok inspirasinya adalah (i) target pembelajaran berbasis literasi dengan kewajiban membaca buku nonteks pelajaran sejumlah 6 buku (SD), 12 buku (SMP), dan 18 buku (SMA/SMK), (ii) dibentuknya Tim Literasi Sekolah (TLS) yang bertanggungjawab atas operasionalisasi GLS, (iii) kewajiban 15 menit sebelum pelajaran untuk membaca buku nonpelajaran berikut kegiatan pengiringnya, dan (iv) integrasi GLS dengan penumbuhan budi pekerti (PBP).

Buku desain GLS sendiri baru Januari 2016 ditandatangai Dirjend Dikmenum, Hamid Muhammad. Dari desain GLS itu, dapat dimengerti posisi kemampuan literasi kita di peringkat ke-2 bawah (research PISA, 2012) dari 65 negara peserta dan peringkat ke-4 bawah (data PIRLS, 2011) dari 48 negara peserta di satu sisi dan di sisi lain bagaimana desain dan tahapan penting itu beroreantasi memajukan budaya literasi di Indonesia. Bahkan, kecerdasan literasi yang diimpikan tidak saja pada tataran literasi dini (early literacy), literasi dasar (basic literacy), literasi perpustakaan (library literacy) tetapi juga literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), dan literasi visual (visual literacy).

Meski Mendikbud ganti, GLS tidak boleh henti. Jadikan GLS sebagai gerakan nasional yang perlu didukung oleh pemerintah pusat, provinsi, daerah, dinas, satuan pendidikan, orang tua, masyarakat, dan berbagai pihak yang memungkinkan. Sebuah tonggak perubahan besar dan mendasar untuk memajukan budaya literasi. Satu poin terpenting adalah kewajiban membaca selama 15 menit sebelum kegiatan belajar dimulai. Jika Jepang hanya memprogramkan 10 menit membaca di awal pelajaran bisa seperti sekarang ini, maka jika bangsa ini konsisten melakukannya maka harapannya tentu jauh lebih dahsyat hasilnya.

Belajar dari Jepang, yang telah melaksanakan pembiasaan 10 menit membaca sebelum pembelajaran sekitar 35 tahun lalu (era 80-an), maka tak mengherankan jika kini Jepang tercatat sebagai negara dengan tingkat akselerasi peradaban ilmu paling depan. Hebatnya, kebijakan itu mendapatkan dukungan penuh oleh orang tua dan masyarakat yang dikenal sangat fanatik. Meskipun mendapatkan banyak kritik dari ahli pendidikan karena terlalu behavioristik karena faktor reward dan punishment sebagai pengiringnya. Tak heran, bangsa Jepang dalam buku Spiritual Reading karya Raghib As-Sirjani, dituliskan sebagai negara dengan tingkat konsumsi buku paling tinggi di dunia dengan 40 buku perorang dalam setahun. Sementara, Eropa rata-rata 10 buku, Arab rata-rata 20 lembar, dan Indonesia belum diketahui (2007:78).

Kembali pada inspirasi Bukuku Kakiku, sebuah kado berarti dari Gramedia di hari buku nasional (2004) yang bertemakan “Dengan Buku Menuju Indonesia Baru”, maka ada hal inspiratif yang menarik untuk dikemukakan. Meski, ini terjadi 12 tahun yang lalu. Buku berisi 22 artikel inspiratif dari orang-orang inspiratif, saksi peradaban dan kebudayaan Indonesia, yang menuangkan pengalamannya bergulat mesra bersama buku. Mereka rata-rata, tergerak, terinspirasi, berubah, dan terakselerasi hidupnya lewat buku.

Nama-nama besar seperti Ajip Rosidi, Ariel Haryanto, Azyumardi Azra, Benjamin Mangkoedilaga, Budi Darma, Daud Joesoef, Franz Magnis-Suseno, Meilani Budianta, Mochtar Pabottinggi, Sudhamek AWS, Shindunata, Yohanes Surya, Taufik Abdullah, dan lainnya. Sebuah keteladan dalam berliterasi yang menarik untuk dicatat dalam sejarah kebudayaan negeri ini.

Sebuah harmonisasi keteladan penerbit buku dan tokoh literasi untuk dijadikan cermin inspirasi di satu sisi dan di sisi lain pentingnya memanfaatkan momentum “fajar literasi” yang telah diagendakan bangsa Indonesia.

Akhirnya

Untuk menghidupkan GLS tak boleh melupakan inspirasi pergulatan tokoh-tokoh itu dalam berliterasi di kancah nasional dan internasional. Bukankah kehidupan apapun dalam proses mendaki tangga kesuksesan akan lebih mudah jika berangkat dari sebuah model? Hidup sesungguhnya hanyalah peniruan berulang dari yang telah terjadi, kemudian dimodifikasi-kreasikan sesuai dengan tuntutan waktu.

Di sinilah, maka GLS justru penting untuk diakselerasikan dalam mendorong kemajuan bangsa. Dengan gerakan literasi yang immersive dipastikan akan mampu menyentuh bawah sadar generasi sehingga menyadarkan, menggerakkan, memaknakan perubahan bangsa di masa depan. Tinggal membutuhkan konsistensi dari Kemendikbud kini dalam merealisasikannya. Jangan sampai justru adagium “ganti menteri ganti pula kebijakannya” mengalami pembenaran empirik.

Kita tunggu saja action Mendikbud untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa besar berbasis budaya literasi. Kapal perang “Fregat GLS” dengan sejumlah peluru kendali untuk menaklukkan musuh-musuh peradaban bernama kebodohan. Sementara itu, peran para tokoh literasi dan pernerbit buku sebagai stakeholder penyokongnya wajib juga untuk dipikirkan.

*) Sutejo, Doktor alumnus Unesa Surabaya. Pendiri “Sekolah Literasi Gratis” STKIP PGRI Ponorogo, Jawa Timur.
http://sastra-indonesia.com/2018/02/buku-tokoh-dan-penerbit/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi