Rosdiansyah
http://www.jawapos.com/
Samir Amin adalah legenda hidup. Ia tampil ke muka gelanggang pertarungan gagasan sejak empat dekade silam. Ia mengkritik keras praktik-praktik kapitalisme yang sangat keterlaluan dalam mengeksploitasi negara berkembang. Ia naik ke podium untuk menguraikan betapa jahat praktik kapitalisme predator itu, sebentuk kapitalisme yang sama sekali tidak hirau atas kepedihan dan jeritan lapar warga negara berkembang. Sang intelektual ini memberitahukan kepada kolega-koleganya, sesama intelektual peduli nasib negara berkembang, bahwa sudah selayaknya kaum intelektual negara berkembang sendiri saling bertukar pengalaman ketika berhadapan dengan agen-agen kapitalisme. Tanpa lelah, Amin berusaha menyebarkan gagasan-gagasan kritisnya itu ke seluruh penjuru dunia, mulai dari daratan Amerika Latin dan Afrika yang selalu bergejolak, sampai ke pelosok Asia.
Gagasan-gagasan itu menggumpal dalam karya-karya besarnya yang bertumpu pada perlunya kemandirian, persis seperti yang dikehendaki para kepala negara non-Blok yang berkonferensi di Bandung pada 1955. Bagi Amin, kemandirian merupakan fondasi yang akan membawa perubahan mendasar pasca-kolonialisme dan imperialisme. Ingatannya pada Bandung tetap menyalakan api perlawanan terhadap praktik-praktik hegemoni pada kurun global saat ini. Meski tetap bersikap kritis pada gerakan lintas negara pasca-konferensi Bandung, Amin tetap memandang keberadaan konferensi Bandung itu sebagai langkah nyata membangun semangat kemandirian. Di era jejaring saat ini, tentu saja kemandirian sangat dibutuhkan, apalagi kemandirian untuk menentukan nasib sendiri, kemandirian menolak agenda-agenda neoliberal sebagaimana tampak dari usulan institusi keuangan internasional (World Bank dan IMF) kepada negara berkembang.
Amin sangat kritis, malah cenderung radikal, dalam mengurai tiap usulan yang disodorkan lembaga keuangan internasional tersebut. Baginya, usulan itu sepertinya masuk akal walau sesungguhnya penuh tipu daya, karena usul itu dikemukakan bukan untuk membenahi carut-marut praktik ekonomi pembangunan negara berkembang. Sebaliknya, proposal yang dikira obat mujarab tersebut tak lain adalah upaya hegemonik koalisi negara maju dan lembaga keuangan internasional untuk menguasai sumber-sumber daya alam negara berkembang. Lembaga keuangan internasional tak mungkin membiarkan masalah ketimpangan global terselesaikan, karena pada dasarnya lembaga itu sendiri hadir ke panggung internasional justru untuk mengabadikan ketimpangan demi melanjutkan eksploitasi negara maju atas negara berkembang yang tak kenal henti. Ketika Uni Sovyet berantakan akibat pertikaian internal tiada henti, maka revolusi sosialisme pun dipertanyakan keampuhannya.
Lahir pada 1931 dari keluarga perpaduan antara ibu berdarah Alsace, Prancis, yang sangat kuat memegang tradisi Jacobinisme, dan ayah berasal dari Koptik Mesir yang memegang erat tradisi nasionalis-demokrat, Amin sudah merasakan penetrasi ideologi komunisme ke dalam dirinya sejak kecil. Peristiwa sehari-hari di Mesir yang penuh ketimpangan telah menjadi buku terbuka baginya. Ia mempertanyakan ketimpangan dan keterpinggiran warga miskin Mesir, yang lantas ibunya atau ayahnya menjelaskan dalam bingkai keberpihakan kepada kaum tertindas, lalu menjadikan Amin kecil sudah menunjukkan diri sebagai komunis tanpa harus terlebih dulu mendalami Marxisme. Amin kecil merasa resah melihat kekuasaan semena-mena telah memperpuruk kondisi masyarakat. Ia tak kuasa membendung rasa pedih tatkala negara seperti Mesir dan negara berkembang lainnya, harus tunduk pada aturan-aturan kolonial.
Mulai 1947 sampai 1957, Amin menghabiskan masa remaja hingga dewasanya di Paris, kota yang saat itu dipenuhi pergolakan mahasiswa. Dalam sejumlah tulisannya Amin mengakui bahwa masa-masa di Paris inilah yang menjadi masa pembentukan sikap intelektual serta politiknya. Ia berinteraksi dengan banyak aktivis serta intelektual kiri Prancis, berdebat dan membangun kemampuan kritik. Sebagai aktivis yang terlibat langsung dalam pembentukan ''Republik Keempat'' yang mengatasnamakan suara rakyat. Amin mangalami bagaimana krisis internal front partai politik melawan kebijakan pemerintah Prancis dan negara-negara maju lain pasca-perang dunia kedua. Front ini ditujukan terutama untuk mendukung upaya-upaya membangun sinergi kekuatan alternatif di luar jalur parpol pendukung pemerintah. Utamanya ketika negara-negara Eropa mulai diiming-iming Bantuan Marshall (Marshall Plan) oleh AS pada April 1948. Bantuan ini kelak menjadi pintu masuk penyamaan persepsi antara AS dengan para sekutunya di Eropa untuk membendung pengaruh komunisme Uni Sovyet.
Dekade 50-an merupakan tahun-tahun penuh perlawanan. Para mahasiswa Prancis tak pernah menanggalkan sikap kritisnya menghadapi hegemoni pemerintah yang dikuasai kaum kanan. Kritik terhadap kebijakan kolonial dan hasrat pemerintah negara-negara Eropa untuk terus menguasai wilayah koloninya di Afrika dan Asia, telah menimbulkan reaksi keras. Amin yang telah menjalin hubungan baik dengan para aktivis asal negara-negara Afrika, mulai ikut membedah konstelasi politik ekonomi dunia yang timpang pasca-perang dunia kedua. Ia tampil dalam berbagai forum pertemuan mahasiswa Asia dan Afrika di Paris, membawakan berbagai tema-tema penting melawan kolonialisme dan imperialisme. Sebagai mahasiswa Institute of Political Science di Paris (1949 - 1953), Amin juga bergulat dengan pola serta struktur kekuasaan dunia yang mulai memasuki era perang dingin. Struktur kekuasaan yang timpang ini merupakan kelanjutan dari proyek kolonialisme dan imperialisme klasik Eropa atas benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Sikap anti-kolonial ini telah membawa Amin mengikuti konferensi Asia-Afrika di Bandung pada April 1955. Konferensi yang berusaha menyatukan kekuatan anti-kolonial di negara-negara Asia-Afrika ini merupakan usaha pertama di dunia untuk meneguhkan, bahwa pemerintahan di Asia dan Afrika yang baru merdeka tidak akan mengikuti struktur sistem dunia hegemonik yang dipaksakan AS dan sekutunya. Menurut Amin, konferensi Bandung itu merupakan manifestasi dari revolusi sosialis yang tidak boleh dipotong oleh agenda kapitalisme global. Amin melihat Indonesia di bawah Sukarno adalah negara yang sedang melawan kembalinya embrio imperialisme. Amin menempatkan Sukarno, Nehru, dan Nasser ke dalam satu lingkaran kepala negara yang ingin memerdekakan bangsanya dari segala bentuk penindasan negara maju (hlm. 169). Artinya, tiga kepala negara itu mempunyai semangat sama untuk meminggirkan upaya negara-negara kapitalis yang ingin kembali mengolonialisasi daratan Asia dan Afrika.
Amin merupakan intelektual penting yang berada di garis terdepan dalam mengevaluasi kinerja revolusi sosialisme Uni Sovyet dan negara-negara sosialis lain. Saat ini, perang sedang berada di bawah gunung es wacana kemenangan kapitalisme AS dan sekutunya. Korporasi transnasional yang begitu cepat beradaptasi dengan situasi baru telah merumuskan langkah-langkah meredam evolusi gagasan sosialisme radikal yang menghendaki negara kembali memegang peran bagi kesejahteraan khalayak. Program-program seperti Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk adaptasi korporasi transnasional untuk mengantisipasi gejolak sosial setelah ketimpangan tak jua kunjung terselesaikan melalui program-program lembaga keuangan internasional. Pendekatan kemanusiaan langsung tertuju ke bagian terdalam masyarakat melalui program yang menyentuh hajat hidup orang banyak, pelan-pelan program ini mengubah cara pandang masyarakat terhadap korporasi transnasional yang rakus dan tamak. Masyarakat menjadi permisif terhadapnya.
Buku ini ditulis dengan gaya bertutur dan mengalir, dimulai dari penuturan seputar masa kecil dan remaja Amin dalam keluarga sejahtera di Mesir sampai masa-masa produktif sang maestro dalam gerakan kiri-global saat ini. Amin tentu mereaksi keras segala bentuk penindasan, dan ia tak segan-segan untuk mengatakan bahwa cara berpikir kritis, sistem nilai dan pengetahuan adalah warisan sesungguhnya yang patut dijaga. (*)
---
Judul Buku : A Life Looking Forward
Penulis: Samir Amin
Penerbit : Zed Books, UK
Cetakan : Pertama, Agustus 2008
Tebal : 266 Halaman
*)Direktur Eksekutif The Surabaya Readers Club
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar