Sabtu, 24 Juli 2021

HAH

AS Sumbawi
 
Hah. Aku tersentak. Bangun dari tidur. Buru-buru kuraba dada. Hah. Tanganku berlumuran darah. Ternyata bukan hanya mimpi. Benar. Aduh, bagaimana ini?! kataku sendiri. Pikiranku kelam mendung. Bingung.
 
Kulihat jendela terbuka dengan tirai yang tak tergerai. Sinar rembulan menerobos ke dalam kamar. Sementara udara terasa cukup dingin.
 
Seperti tersadar, aku bergegas menuju jendela dan melongokkan kepala ke luar. Mataku menangkap sesosok bayangan berkelebat. Aku berlari ke ruang depan. Seseorang telah berdiri di pinggir jalan depan halaman. Kemudian ia membalikkan tubuhnya, memandang ke dalam rumah sembari tersenyum.
 
Hah. Dia?! pikirku setelah tahu bahwa dia adalah perempuan yang baru saja hadir dalam mimpiku. Menyobek dadaku dan mengambil hatiku. Buru-buru aku membuka pintu.
 
“Hai, Awik. Menyambut kedatanganku?” kata Bondan ketika memasuki halaman dengan tas ransel di punggungnya. Baru datang dari rumah. Ia salah seorang teman satu rumah kontrakan denganku.
Aku melihat ke sana ke mari, mencari-cari wanita itu.
 
“Kenapa, Wik?” kata Bondan heran setelah berada tak jauh dariku.
“Ndan. Apa kau melihat seorang perempuan di sana?” kataku menunjuk ke jalan.
“Nggak. Nggak ada.”
Aku berlari ke jalan. Lantas melihat kanan kiri. Ke ujung jalan. Namun, perempuan itu tak kutemukan. Hilang lenyap. Datang dan pergi seperti hantu.
 
Aku kembali, dan kulihat Bondan sudah masuk ke dalam rumah.
“Memangnya ada apa, Wik?” kata Bondan ketika aku melewati pintu. Aku memperlihatkan telapak tangan kananku kepadanya.
“Darah!?” katanya.
“Gadis itu baru saja mengambil hatiku,” kataku sembari mencari tempat duduk di depannya.
“Gadis?! Gadis yang mana?”
“Gadis yang berdiri di pinggir jalan tadi,” kataku.
“Tapi, aku tak melihat seorang pun di luar sana?”
 
Aku mengangkat kaos dan memperlihatkan dadaku yang berlumuran darah. Tanpa segumpal hati.
“Bagaimana kejadiannya?” katanya. Aku kemudian bercerita tentang peristiwa yang baru saja terjadi.
***
 
Aku diam. Kulihat Bondan tampak mengiya-iyakan kepalanya setelah mendengar ceritaku. Kemudian ia menghisap sebatang rokok yang baru saja disulutnya. Sementara derak jarum jam dinding menunjukkan pukul 02.48. Hawa dingin menyelusup lewat pintu yang setengah terbuka.
 
Aku mengambil sebungkus rokok milik Bondan dari permukaan meja. Mengeluarkannya sebatang, dan menyulutnya. Kemudian asap keluar berhamburan dengan sekali semburan kuat.
 
“Ehm,” tenang saja, Met. Hal ini tidak akan sampai membunuhmu?? kata Bondan.
“Benarkah?”
“Ya,” katanya singkat.
Ia kembali menghisap rokoknya. Sementara aku merasa belum puas dengan apa yang dikatakannya.
 
“Coba kaupikir! Berapa banyak orang yang hatinya bukan hati lagi?! Menjadi Batu?! Berapa banyak orang yang sengaja membungkam hatinya? Membunuhnya? Tapi, mereka tidak mati. Dan tampaknya mereka begitu menikmati hidup ini. Entah, palsu atau tidak?!” Bondan diam sejenak. Sementara aku merasa bahwa apa yang dikatakan Bondan benar juga.
 
“Karena itulah, kau tidak akan sampai mati hanya gara-gara segumpal hatimu dicuri oleh seorang wanita. Gadis itu. Kecuali jika kau merasa tak kuat menanggungnya. Menyerah. Lalu bunuh diri,” lanjutnya.
 
Ia kembali terdiam. Menghisap rokoknya. Begitu juga aku. Tak lama kemudian ia mengangkat suara lagi.
“Cuma?..”
“Cuma apa, Ndan?” kataku.
“Kau akan merasakan ada sesuatu yang sedikit janggal dalam hidupmu.”
“Kenapa bisa begitu?”
“Ehm, karena aku pernah mengalami kejadian seperti itu. Begitu juga dengan semua lelaki. Dan semua orang,” kata Bondan setelah menghisap rokoknya.
“Semua orang mengalaminya?”
“Ya. Semua orang mengalaminya. Bahkan ada yang sampai berkali-kali. Dan sekarang adalah giliranmu.”
“Giliranku?”
“Ya.”
“Lalu apa yang harus aku lakukan?” kataku.
“Menemuinya.”
“Gadis itu?”
“Ya. Bukankah dia yang telah mencuri hatimu?!”
“Tapi, untuk apa?”
“Kehidupanmu. Apakah kau mau hidup dalam bayang-bayang gadis itu? Penasaran?!” kata Bondan.
“Aku belum mengenalnya,” kataku pelan.
“Kalau begitu, pagi ini kau harus menemuinya. Berkenalan dengannya. Kemudian menanyakan kabar hatimu itu.” Bondan diam.
 
Tak lama kemudian, Bondan mulai mengangkat suara. Ia menceritakan suatu peristiwa yang pernah terjadi dalam hidupnya setahunan yang lalu. Saat itu kami belum satu kontrakan.
 
Suatu hari dalam remang malam, seorang wanita diam-diam menyelinap dalam kamarnya. Mengambil segumpal hatinya. Dan wanita itu adalah temannya sendiri. Kemudian ia mencoba menemuinya. Bertanya tentang segumpal hatinya. Namun, wanita itu tak mengaku bahwa dirinya yang mengambil. Ia tak percaya. Karena dirinya yakin bahwa wanita itulah yang benar-benar telah mencuri hatinya.
 
Dan suatu hari, ia melihat wanita itu melemparkan segumpal hati ke atas. Sementara tangannya siap menangkap kembali. Elisa,?. jangan dilempar-lemparkan!, katanya. Wanita itu terkejut. Kemudian berlari. Dan, hati itu. Hati itu jatuh ke tanah. Moncrot.
***
 
Bondan terdiam dengan air muka yang menampakkan kesedihan. Aku merasa bersalah. Kuperhatikan ia menghisap rokoknya kuat-kuat. Dan menyemburkan asapnya sembari tangannya mematikan bara rokok di asbak yang ada di permukaan meja.
 
“Kau tahu apa yang kemudian terjadi?!” katanya.
“Apa yang terjadi?” kataku balik bertanya.
“Tiba-tiba aku roboh tak sadarkan diri.” Ia diam sejenak. “Tak lama kemudian, aku tersadar. Namun, tubuhku terasa kaku. Aku merangkak, mencoba menggapai hatiku yang telah hancur. Mengumpulkannya dan menempatkannya kembali di dadaku. Kurasakan kondisiku agak membaik. Meski langkahku terseok-seok dengan rasa perih di dada.”
 
Bondan diam sejenak. Kemudian menyulut sebatang rokok.
“Sampai saat ini, masih kurasakan perih. Meskipun hanya sesekali saja,” katanya selepas menyemburkan asap rokok ke udara. Kemudian :
“Dan aku yakin ini pasti akan berakhir ketika ada seorang yang mencuri hatiku lagi.”
 
Kami cukup lama terdiam. Udara masih terasa dingin. Buru-buru aku beranjak menutup pintu. Sementara derak jarum jam dinding menunjukkan pukul 03. 36.
“Kapan Mamat dan Anto datang?” kata Bondan.
“Barangkali nanti sore,” kataku.
***
 
Tiba-tiba aku teringat ibu yang berpesan agar aku selalu berhati-hati. Dan pesan ini kuartikan “baik-baiklah menjaga hati”. Aku menyesal telah alpa. Kini, entah di mana wanita yang membawa pergi segumpal hatiku itu. Gadis itu.
 
“Sudah, Met. Jangan melamun terus,” kata Bondan yang berjalan dari kamar mandi mengambil air wudlu, kemudian masuk ke kamarnya. Beberapa menit yang lalu, ia berkata ingin menjama’ ta’khir shalat maghrib dan isya’. Aku pergi ke belakang, membersihkan noda darah di dadaku, kemudian masuk ke kamarku. Membalutnya.
Di atas punggung kasur aku rebah, menerawang jauh menembus langit-langit kamar. Gadis itu menari dalam khayalanku. Dari mana dia datang” pikirku.
 
Udara menyelusup lewat jendala kamar yang terbuka membuat hawa terasa dingin. Barangkali lewat jendela, kataku. Ah, tidak mungkin. Memang selama ini aku sering lupa tak menutup jendela ketika hendak tidur. Tapi, baru kali ini aku kemalingan. Tidak. Tidak mungkin gadis itu menyelinap dalam remang lewat jendela. Masuk kamarku dan mencuri hatiku.
 
Aku bangkit, dan beranjak menghampiri jendela. Menutupnya dan menggeraikan tirainya. Kemudian kembali rebah di punggung kasur. Menerawang jauh.
Hah, ini dia, pikirku. Kutemukan jejak-jejak gadis itu dalam bawah sadarku. Rupanya dia telah cukup lama tinggal di sana, dan malam ini dia keluar setelah menyobek dadaku. Mengambil hatiku. Memasuki kesadaranku.
***
 
Sudah tiga hari aku mencari gadis itu. Namun, belum juga aku bertemu dengannya. Kurasakan dadaku kosong tanpa segumpal hati, dengan debaran-debaran yang terasa nyeri. Dan ini selalu membuatku tak bisa konsentrasi. Tiap malam, bayangan gadis itu selalu mengganggu. Merusak malam-malamku. Waktu tidurku. Mimpiku. Dan siang itu aku masih mencari.
 
Aku menunggu gadis itu di halaman kampus tempat biasa aku sering melihat dirinya. Sementara alroji di lengan kiriku menunjukkan pukul 09.36. Cuaca terasa hangat bersama mentari dalam perjalanan memarak siang.
 
Hah. itu dia, kataku sendiri. Kulihat gadis itu berjalan dari arah ruang tata usaha. Pandangannya lurus ke depan. Kurasakan dadaku nyeri oleh debaran-debaran. Ia lewat di depanku, kemudian belok mencari tempat duduk tak jauh dariku. Aku masih ragu apakah benar dia adalah gadis itu?! Gadis yang telah menyobek dadaku. Mencuri segumpal hatiku.
 
Aku harus kenalan dengannya. Harus. Paling tidak aku bisa memastikannya, kataku sendiri. Sementara debaran-debaran di dadaku semakin kencang. Kuperhatikan ia tersenyum padaku. Seperti sebentuk senyum yang pernah kulihat pada malam itu. Kemudian ia tampak mencari sesuatu di dalam tas hitamnya. Ayo, cepat dekati dia. Sebaris kata terngiang-ngiang di kepalaku.
 
Aku menyulut rokok sebatang. Biar sedikit tenang, kataku.
“Hai, boleh kenalan?!” kataku setelah sampai di dekatnya. Ia tersenyum. Aku menyodorkan tangan kanan sembari menyebutkan nama.
“Maria,” katanya menyalamiku.
“Maria?!” kataku.
“Maria Shofia.”
Aku duduk di sebelah kanannya. Kemudian memulai sebuah percakapan.
***
 
Maria menuliskan alamat kostnya di sesobek kertas. Begitu juga denganku. Kemudian kami saling memberikan kertas tersebut. Kemudian ia berkata bahwa dirinya akan masuk kuliah lagi.
 
Hah. Aku tersentak ketika ia memasukkan pulpen dan sesobek kertas berisi alamatku ke dalam tasnya. Tanpa sengaja aku melihat segumpal hati ada di dalam tasnya. Benarkah, benarkah itu hatiku? kataku sendiri. Maria beranjak pergi. Kuperhatikan langkahnya yang begitu anggun.
 
“Maria!!!” sapaku tiba-tiba. Ia menolah padaku, tersenyum.
“Boleh aku main ke tempatmu nanti malam?” kataku. Ia tak menjawab. Namun, anggukan pelan kepalanya sudah cukup bagiku siang itu.
 
2004

http://sastra-indonesia.com/2008/11/hah/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi