Minggu, 03 Agustus 2008

Badut Ulang Tahun

Haris del Hakim

Basuki ingin istirahat dari pekerjaannya sebagai anggota dewan wakil rakyat. Dia jemu dengan kerja rapat setiap hari. Lagipula, sebentar lagi adalah pemilihan presiden yang akan menguras banyak tenaga dan pikiran. Karena itu, dia minta izin cuti seminggu.

Selama masa cuti Basuki berniat membantu istrinya yang bekerja sebagai penyedia jasa badut ulang tahun. Dia ingin lain dari kebiasaan teman-temannya sesama anggota dewan. Mereka cuti dari kewajiban dengan pergi ke luar negeri atau tempat-tempat wisata daerah lain dengan alasan studi banding, investigasi, dan lain-lain yang dianggap logis. Basuki selalu menolak bila diajak serta dalam kegiatan seperti itu dan mengembalikan tunjangan untuknya. Sehingga, di kalangan teman-temannya Basuki dikenal sebagai orang yang jujur dan lugu.

Istri dan keluarga Basuki sangat senang. Mereka merasakan lagi kebersamaan sebagai keluarga yang dilindas oleh kesibukan Basuki. Istri Basuki lebih senang lagi. Akhir-akhir ini dia mendapat pesanan badut dari beberapa rumah mewah dan hotel, namun semua dibatalkan karena mereka minta maskot perusahaannya sedangkan maskotnya sendiri adalah Basuki.

Sebenarnya, jasa penyedia badut itu adalah milik Basuki. Awalnya hanya pekerjaan iseng seorang yang di-phk, namun beberapa pengguna jasa badut merasa puas dan sering menggunakan jasanya meskipun bukan pada momentum ulang tahun. Dalam beberapa tahun usaha iseng itu pun berubah menjadi CV yang keberadaannya diperhitungkan di kalangan para even organizer. Memang, pada dasarnya Basuki adalah seorang tukang lawak dan jenaka, sehingga menjadi badut merupakan kerja yang sesuai dengan karakternya. Akhir-akhir ini saja Basuki lebih banyak menunjukkan raut muka berkerut, sejak dia terpilih sebagai wakil rakyat.

Satu hari masa cuti ada permintaan badut pada hari itu juga. Istri Basuki rupanya sudah menunggu kesempatan itu. Dia kangen melihat suaminya dengan wajah berlepotan make up, bibir yang dibuat sedemikian lebar, baju kedodoran, sepatu lars tinggi. Maka, dia segera menodong suaminya berperan sebagai badut. Basuki tentu menolak. Dia sekarang sudah menjadi anggota dewan dan badut adalah profesi lama yang tidak perlu diulangi lagi. Istrinya merayu bahwa dia bukan anggota dewan lagi, sebab dia sedang cuti. Basuki bersikukuh dia tetap anggota dewan meskipun sedang cuti. Istri Basuki terus merayu dan hampir sejam mereka berdebat. Akhirnya, Basuki mengalah pada waktu. Persiapan sebagai badut tinggal dua jam dan menghubungi para anak pekerja badut untuk waktu yang mepet sangat sulit; sebagian besar pekerja badut adalah kerja sampingan saja di waktu longgar.

Ternyata, Basuki masih tetap seorang badut. Dia bergerak lincah ke sana kemari, menyapa setiap yang datang dengan gerakan tangan melambai, bibir bergerak lebar-lebar, raut muka yang lucu disertai anggukan, dan perut yang ditonjolkan ke depan. Banyak anak yang dibuatnya terpingkal-pingkal.

Istri Basuki menyatakan kepuasan atas kebadutan suaminya. Dia juga mengatakan kalau pelanggan baru itu juga merasa puas dan berjanji akan merekomendasikan badutnya setiap ada acara di tempatnya. Janji rekomendasi badut bukan omong kosong. Tiga hari kemudian ada permintaan badut istimewa, sebab pemesan acara adalah salah seorang anggota dewan yang sedang merayakan ulang tahun anaknya.

Basuki menolak dan meminta agar orang lain saja yang berperan sebagai badut, tapi pemesan meminta badut yang kemarin. Perdebatan kembali berlangsung dan Basuki pun bersedia dengan syarat make up wajahnya dipertebal dari biasanya. Dia tidak ingin perannya sebagai badut ketahuan temannya. Lebih penting lagi, dia belum mengenal siapa temannya itu; apakah dia teman separtai, sekoalisi, atau sekadar teman sesama anggota dewan. Basuki sendiri sengaja mengubah warna suaranya yang ringan menjadi berat dan menggetarkan udara di tenggorokan.

Pada saat pintu gedung berlangsungnya acara dibuka, terdengar riuh rendah suara tepukan anak-anak yang menyambut kehadiran badut dan segera mengerumuninya. Basuki mengebas ringan pada tangan anak-anak yang ingin mencubitnya dengan gemas. Matanya melirik ke sana kemari dan melihat anggota dewan itu adalah ketua fraksi musuh politik partainya. Matanya melotot, membuat anak-anak tertawa terbahak, ketika melihat orang yang ada di samping musuh politiknya adalah ketua fraksinya; hanya orang yang sangat akrab bersedia hadir di acara ulang tahun anaknya di tengah kesibukan yang padat. Basuki ingat bagaimana ketua fraksinya bersemangat mencaci maki lawan politiknya dan bersumpah tidak akan bekerjasama selamanya, sebab mereka berbeda prinsip.

Keesokan harinya pelanggan baru itu minta badut kembali. Basuki langsung mengatakan tidak. Seperti kemarin, istrinya mencoba merayu tapi Basuki benar-benar tidak mau lagi menjadi badut. Dia bersikukuh pada penolakannya. Istrinya berharap pada detik-detik penentuan suaminya akan berubah pikiran, namun suaminya benar-benar tidak mau lagi menjadi badut. Akhirnya, dia menelepon anak buahnya yang siap menjadi badut sedangkan Basuki sendiri sebagai sopir pengantar.

Acara tersebut ternyata ulang tahun anak ketua fraksinya. Tamu-tamu yang datang sebagian besar adalah tamu yang kemarin juga. Basuki langsung menemui ketua fraksinya dan mengungkapkan selamat ulang tahun kepada putrinya. Ketua fraksinya tampak terkejut sesaat, "Saya tidak menyangka Pak Basuki perhatian dengan keluarga saya, bahkan tahu ulang tahun anak saya."

Basuki menjelaskan kalau kehadirannya sekadar mengantarkan badut yang manajemennya dikelola oleh istrinya. Ketua fraksi lawan politik partainya berseloroh kalau-kalau tunjangannya kurang atau pajak partainya terlalu besar. Basuki segera menyanggahnya. Dan ketua fraksi partai Basuki menjelaskan, "Kamu tahu sendiri kami tidak pernah mau ada kenaikan gaji di tengah penderitaan masyarakat kita."

"Ah," cibir lawan politiknya. "Kita sama-sama tahu watak politikus. Pada mulanya menolak kemudian menerima dengan senang hati."

"Saya kira ini bukan waktu yang tepat untuk berselisih pendapat?" kata ketua fraksi partai Basuki sambil mempersilakan Basuki dan lawan politiknya untuk mencicipi makanan.

"Pak Basuki," kata ketua fraksi lawan politik partai Basuki dengan nada lebih menyenangkan. "Saya harap perbuatan Pak Basuki ini tidak terulang lagi. Sebagai sesama politisi saya kaget. Apakah tidak ada kegiatan sosial yang lebih bermanfaat bagi masyarakat dan Pak Basuki sendiri selain menjadi badut yang manfaatnya untuk kepentingan Pak Basuki sendiri."

"Anda keliru," sela ketua fraksi partai Basuki. "Perbuatan Pak Basuki ini patut menjadi teladan kita. Dia menunjukkan sikap rendah hati. Meskipun dia sebagai anggota dewan tapi masih mau bekerja yang nilainya kelihatan rendah."

Basuki paham maksud ketua lawan partai politiknya dan dia juga paham arti lirikan ketua partainya. Lama kelamaan dia merasa tidak enak menjadi bahan pembicaraan. Kemudian dia melihat jam dan mohon pamit sebab dia harus mengantarkan badutnya pulang.
***
Sehari masuk kerja Basuki diminta menemui ketua fraksi. Ada persoalan penting yang harus dibicarakan. Basuki datang, duduk di kursi depan meja, dan menunggu ketua fraksinya menata map-map di mejanya.

"Pak Basuki pernah berperan sebagai badut?" tanya ketua fraksi memulai pembicaraan.

"Pernah, bahkan saya adalah maskotnya," jawab Basuki.
Ketua fraksi mengangguk-anggukkan kepala. "Saya memanggil Pak Basuki untuk mencari kebenaran hal itu."

Ketua fraksi berdehem. "Saya juga diberi wewenang teman-teman partai untuk menyampaikan hal ini kepada Pak Basuki."

"Persoalan apa?"
"Pak Basuki diminta untuk mengundurkan diri."
"Alasannya?" tanya Basuki tidak percaya. Dia merasa sengaja dibuat marah dan hal itu dimanfaatkan olehnya. "Apakah menjadi badut harus dipecat sebagai anggota dewan?"

"Bukan," kata ketua fraksi menenangkan. "Kami tidak memecat Pak Basuki. Kami hanya minta Pak Basuki mengundurkan diri. Kami harap Pak Basuki melakukannya dengan senang hati, karena ini demi kepentingan partai."

Basuki hendak protes kembali, namun ketua fraksi memintanya untuk mendengarkan apa yang akan dikatakannya. "Sejujurnya saya kecewa dengan tindakan Pak Basuki yang mohon cuti hanya sekadar sebagai badut. Saya juga malu dikatakan teman-teman dewan sebagai ketua yang beranggota tidak memiliki kepekaan sosial. Ketika semua anggota dewan sibuk memikirkan persoalan masyarakat, melakukan studi banding, investigasi ke luar negeri, tapi Pak Basuki minta izin cuti hanya menjadi b a d u t. Akan tetapi, Pak Basuki tenang saja. Kami sudah mengatur semua. Sebentar lagi muncul isu Pak Basuki melakukan korupsi. Saat itu Pak Basuki mengundurkan diri dengan pernyataan bahwa atas nama partai kami yang jujur dan berkerakyatan Pak Basuki mengundurkan diri, meskipun belum dinyatakan sebagai terdakwa. Persidangan akan digelar dan menunjukkan bahwa tuduhan itu tidak terbukti dan Pak Basuki bukan koruptor. Hak Pak Basuki kami kembalikan dan kami akan mencalonkan bapak sebagai ketua fraksi. Saya sendiri akan mengundurkan diri sebagai bentuk rasa penyesalan saya memecat Pak Basuki. Serangkaian tindakan ini akan meningkatkan suara partai kita dan menambah posisi tawar partai dalam pemilihan presiden. Saya harap Pak Basuki ikhlas melakukannya."

Basuki tercenung beberapa saat. Dia tidak percaya semua itu terlaksana. Hanya satu yang akan dijalaninya bahwa dia akan dipecat sebagai anggota dewan. Dia mengelus wajahnya dan mencari bedak di sana. Setelah berkali-kali meraba dan tidak menemukan butiran bedak itu dia semakin yakin kalau dia tidak sedang menjadi badut.

Surabaya, juli 2007

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi