Selasa, 05 Agustus 2008

Kota, Buku Puisi, dan Sastra Pinggiran

Fahrudin Nasrulloh

Puisi adalah sebuah kota yang sedang berperang
-- Hans Chinowski --

Begitulah kiranya gambaran sebuah kota yang berkobar dalam benak penyair Hans Chinowski, si tokoh absurd dalam novel Factotum, karya Charles Bukowski. Kota, ya sebuah kota, sebujur fosil dari kampung silam dan seiring menderasnya waktu perlahan tersulap oleh deru zaman dan modernitas menjadi sebuah wilayah yang menawarkan pilihan hidup tidak sekadar hidup. Di sana, hidup tidak semata mengalir seperti air, namun lautan yang menyimpan selapang harapan juga bayangan yang mungkin dapat “terampas” dan “terbuang”.

Bisakah sepotong puisi kuasa merayap dalam gemerlap kota dan memberikan spirit hidup bagi seorang penyair, bahkan manusia lainnya? Tentu secara kasat mata puisi tidak bisa menyulap si miskin jadi berharta. Puisi tak dapat menghalau rangsekan tank atau menyerap luapan banjir atau menyedot lumpur Lapindo yang kini kian tak tertanggulangi itu. Bahkan kitab suci pun tak kuasa melakukan itu. Tapi puisi juga bersemayam dalam kitab suci. Bahwa di sana bersemat semacam kehidupan, organisme, meski teramat rahasia, yang menggerakkan pencinta kitab suci, juga puisi, untuk meneruskan hidup dengan sumeleh dan sumringah: bersama Tuhan dengan segenap pengharapan. Juga impian untuk senantiasa mewujudkan perubahan demi kemajuan dan cita-cita bersama.

Di situlah sebuah kota menjadi ajang bagi yang hidup. Kota yang menetaskan sejarah. Menorehkan selaksa cerita lewat kisah manusia. Lantas bagaimanakah sebuah kota dicita-citakan mampu membangkitkan spirit bagi para penyair yang menghidupinya? Sebut saja sebagai misal: kota Mojokerto. Inilah kota tilas sejarah dari peradaban mahabesar kerajaan Majapahit yang pengaruhnya selama ratusan tahun silam menjangkau seluruh Nusantara hingga wilayah manca.

Inilah kabar dari sebuah kota yang nyaris tak terdengar gaung para penyairnya. Namun munculnya antologi Mojokerto dalam Puisi (DKM, 2006, Mojokerto) merupakan salah satu bukti nyata bahwa di kota ini gairah berpuisi tidak bisa diremehkan begitu saja bila dibandingkan dengan kota ikon budaya lainnya semisal Yogyakarta, Solo, Semarang, Jakarta, dan Surabaya. Kendati gerakan revitalisasi sastra pinggiran telah tamat beberapa tahun lampau. Namun, masih saja para penyair, dan kreator seni pada umumnya, bermekaran bak jamur hujan. Inikah bukti bahwa puisi tidak sekadar kata-kata, tapi serupa ruh yang mengada yang menjiwai pada semacam kitab suci? Seakan ada sesuatu yang mengekal dan terus lahir dari sana.

Antologi tersebut memuat 14 penyair yang terdiri dari Aming Aminoedhin, Andi Nurkholis, Chamim Khohari, Gatot Sableng, Hardjono WS, Max Arifin, Moh. Misbakh, Mugianto, Faqih, Saiful Bakri, Suliadi, Suyitno Ethexs, Tausikal, dan Umi Salamah. Dalam kata pengantar, yang ditulis oleh Dwi Astuti Abdul Gani, tertoreh beberapa larik sambutan, mungkin serupa puisi, yang cukup menggugah dan inspiratif: Hari ini kubelah/Udara kotaku/Dengan kata-kataku/Yang menyanjungmu/Atau mungkin mencacimu/Karena cintaku padamu Mojokerto/Dan kini, telah kusiapkan/14 mata tombak/Pembelah udaramu.

Baris-baris di atas begitu lantang, seperti tombak runcing yang berkelebatan di sebuah kota yang sedang berperang; mengisyaratkan bahwa 14 penyair itu lagi mempertaruhkan kreativitas mereka lewat puisi. Adakah mereka berperang dengan pekik Kita guyah lemah/Sekali tetak tentu rebah seperti teriak Chairil Anwar? Tentu waktu yang kelak menguji kesungguhan itu. Bahwa hidup dan proses kreatif penyair sejatinya dihadapkan pada dua hal: ia terkutuk demi kata untuk hidup-mati berkarya atau jadi penulis puisi sekadar untuk pelepas penat dari hidup yang nelangsa dan berputus harap. Lantaran itu, kita membutuhkan “Penyair-penyair ‘beneran’ dan bukan penyair-penyair ‘kebeneran’”, demikian seruan dalam pengantar antologi puisi bersama Surat Di Jalan Berdebu (DKM, 1998, Mojokerto).

Lebih dari itu, para penyair Mojokerto terus bergerak, berbaris, sembari mengibarkan puisi-puisi mereka. Antologi demi antologi terus berlahiran. Sebut saja: Selamat Pagi Ngoro Industri (Hulig-Hulig Indie Press, 2002); Bulan Dalam Bingkai (Swaramas Press, 2002); Indonesia Adalah Aku (Forsamo, 2002) dan Goblok (2006) karya Suyitno Ethexs; Kidung Perjalanan (2002) karya Heru Budianto; dan Berita Basi (DKM, 2004) karya Saiful Bakri.

Seberapa jauh para penyair ini (atau penulis puisi?) menakar sekaligus mengokohkan kualitas kepenyairan mereka? Tentu jawabannya ada pada kritikus sastra yang menggeluti proses kreatif mereka dan seberapa getol mereka bersabung-tanding dalam ajang besar di gelanggang perpuisian Indonesia yang “batu-uji”nya adalah media massa, baik di koran maupun majalah sastra misalnya. Hal ini menjadi penting. Sebab, tanpa semangat demikian, para penyair ini cuma ber”solilokui” dalam sumur pengap yang mereka sangka di dalamnya mereka telah hidup dan mempertarungkan puisi-puisi mereka di jagat perpuisian Indonesia.

Penyair harus mencari jalan kembaranya sendiri. Karena selama ini sudah tak terhitung penyair yang berhenti atau disibukkan dengan urusan-urusan di luar puisi dan proses kreatif. Karena itu, salah satu sebab yang menurut Afrizal Malna sangat membahayakan adalah ketika, “Banyak penyair bermunculan dan melihat kepenyairan hanya sebuah perjalanan untuk mendapatkan legitimasi. Ruang eksistensi untuk banyak pergulatan kian menghilang. Petualangan lebih banyak bermain dalam wilayah hubungan-hubungan legitimatis seperti ini.”

Kita pun berharap, sebuah kota seperti Mojokerto tetaplah memberikan spirit pertarungan kreatif, apapun bentuknya. Bukan seperti kota Utara Kuru (dalam kisah pewayangan) yang seolah hidup seolah mati, kendati menjanjikan ketenangan yang melenakan. Dan “Kita tidak ingin hidup di kota seperti itu,” tentang Bung Karno ketika bicara soal jati diri bangsa. Tersebab itu, dalam konteks negeri yang kian tak menentu ini: bisakah para penyair “pinggiran” tersebut dapat menyorong “perubahan baru” dalam arus besar perpuisian Indonesia?

Jurnal Kebudayaan Banyumili, Mojokerto, edisi April 2007.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi