Jumat, 08 Agustus 2008

Buku Puisi versus Buku Cerpen

Fahrudin Nasrulloh

Pada awalnya sejarah sastra kita adalah puisi. Dimulai dari pantun hingga puisi lama yang dapat disusuri lewat puisi-puisi Amir Hamzah. Selanjutnya berkembang di masa Chairil Anwar pada era 45. Kemudian gebrakan Sutardji Calzoum Bachri dengan membebaskan makna dari beban kata pada 1970-an dan Afrizal Malna pada 80-an dengan “puisi gelap”nya. Namun kini tampaknya belum ada gebrakan yang cukup mengejutkan dari perkembangan puisi terbaru kita. Meski gebyar kegiatan perpuisian terus digelar, semisal yang teranyar diselenggarakan di Kediri (26 Juni - 2 Juli 2008) dengan bendera: Pesta Penyair Nusantara 2008, yang menghadirkan D. Zawawi Imron, Ahmadun Y. Herfanda, Dato’ Kemala (Malaysia), Diah Hadaning, Kuspriyanto Namma, dan lain-lain. Hajatan akbar semacam ini kerap memancing polemik dan kasak-kusuk, seperti pada Anugerah Pena Kencana yang menggunakan polling sms bagi para penyair dan cerpenis yang kelak dinobatkan menjadi juara pada penganugerahan tersebut.

Di sisi lain, fenomena yang cukup membanggakan akhir-akhir ini ketika di hampir setiap tahun kita menyimak banyak penulis puisi bermekaran bak jamur di musim hujan. Sebagian karya-karya mereka bertebaran di sejumlah media lokal maupun nasional. Maka di kemudian waktu banyak pula dari mereka yang berontokan tak berkarya lagi sebab persaingan yang demikian ketat dan kuatnya tembok besi media massa. Sebab mutu puisi dan koneksilah yang jadi tolok ukurnya.

Alangkah saat ini banyak penulis puisi yang merasa hebat dengan puisi-puisi mereka. Tapi hanya segelintir yang benar-benar pantas disebut penyair. Lantaran demikian, media internet akhirnya menjadi salah satu alternatif bagi penulis puisi yang tak mendapatkan “tempat” itu. Lepas dari beragam asumsi di atas, tentu, fenomena ini menunjukkan “dimensi kreasi” yang patut dicatat. Bahwa geliat kreatifitas kepenulisan puisi di negeri ini layak mendapatkan porsi apresiasi yang akomodatif dan bermartabat.

Terkait dengan mutu karya, suatu saat, Ragil Suwarno Pragolapati dalam antologi puisi berumbul Genderang Kurukasetra (diterbitkan oleh FPBS-IKIP Muhammadiyah Yogyakarta, 1986) mengatakan, “Membuat sajak itu mudah. Bikin puisi beginian dapat saya lakukan sambil kencing! Sekali bikin jadi empat puluh puisi!” Ledekan pedas ini pernah ia sampaikan pada kurun 1971-1975, dalam beberapa diskusi Persada Studi Klub di Malioboro, Margayasan, Tegalmulya, Ngawangga, dan lain-lain. Sindiran itu sekaligus merespon karya Arswendo Atmowiloto Mengarang Itu Gampang (PT. Gramedia, 1982, Jakarta).

Di samping itu, realita ironis yang menonjol sekarang dari sejumlah penerbit yang menerbitkan buku puisi telah menunjukkan bahwa penjualan buku puisi terbilang cukup “pahit” bahkan mengenaskan. Buktinya, salah seorang pemilik sebuah penerbit di Yogyakarta pernah mengatakan kepada saya bahwa menerbitkan buku puisi itu semata demi “sedekah” untuk kelanggengan dan “keselamatan” penerbitnya. Juga bahwa menerbitkan buku puisi tak lain atas nama perkoncoan, misalnya, dengan biaya dari si penulis yang bersangkutan atau ongkos produksi ditanggung bareng. Sungguh tragis. Tapi nyata terjadi. Tak ada untungnya menerbitkan buku puisi, bahkan kerap merugi, imbuhnya.

Karena itu, mungkin hanya penerbit kelas kakap dan bermodal besar yang sudi-berani menerbitkan buku puisi. Penerbit-penerbit “alternatif” di Yogyakarta yang, konon bercacah 500-an itu, akan berpikir seribu kali untuk menerbitkan buku puisi. Selama ini, nyaris tidak ada buku puisi yang meledak di pasaran. Dan bila disimak-teliti, buku-buku puisi hanya diterbitkan oleh sejumlah penerbit yang memiliki apresiasi dan dana besar terhadap sastra. Semisal penerbit Grasindo (lini penerbit Gramedia Group), yang terhitung intens menerbitkan buku antologi puisi. Itu pun, karena penyairnya telah berproses kreatif cukup panjang dan diakui kualitas karyanya. Justru fenomena yang mengemuka saat ini adalah penerbitan buku antologi cerpen. Masa prosa kini mengalami perkembangan yang cukup berarti dan menjanjikan bagi cerpenis ketimbang penyair. Era penyair sejak angkatan 45 hingga angkatan 90-an telah menunjukkan masa yang lebih kondusif dibanding masa sekarang.

Menurut Maman S. Mahayana dalam Bermain dengan Cerpen (Gramedia: Jakarta, 2006), bahwa “Inflasi antologi puisi yang cenderung asal terbit, tanpa seleksi, boleh jadi merupakan pemicu yang mendongkrak popularitas cerpen dalam konstelasi peta kesusastraan Indonesia abad ke 21.” Jelas kini penulis cerpen lebih dihargai posisi tawarnya dibanding penulis puisi. Pun honorariumnya. Di sisi lain, pemantik ini dapat ditengarai lewat Jurnal Puisi yang dipandegani Sapardi dan Jeihan yang memang sudah lama tidak terbit lagi. Sedang Jurnal Cerpen yang digawangi Joni Ariadinata dan Raudal Tanjung Banua masih terus berjalan dan semakin lebih mantap. Bahkan setiap dua tahun sekali mereka mengadakan Kongres Cerpen mulai dari yang diselenggarakan di Yogyakarta (1999), Bali (2001), Lampung (2003), Pekanbaru (2005), dan Banjarmasin (2007). Ditambah lagi kontribusi dan greget penerbit Kompas sejak beberapa tahun silam yang kemudian di setiap tahunnya menerbitkan buku kumpulan Cerpen Pilihan Kompas yang monumental itu dan kelak bakal dijadikan catatan penting dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia.

Kiranya dapatlah diprediksi untuk sekian tahun ke depan bahwa cerpen masih menjadi catatan penting dalam “arus besar” peta kesusastraan kita ketimbang puisi dan novel. Meski dinamika ini tak juga melahirkan kritikus sastra yang berbobot. Di luar itu, tidaklah bisa diabaikan dedikasi dari sejumlah media koran (di samping jurnal seni, tabloid, dan majalah sastra) di negeri ini yang pada saban kalanya menerbitkan cerpen (juga puisi). Seiring dengan itu, buku antologi puisi dan antologi cerpen pun terus beterbitan dengan segala pernak-pernik riwayatnya. Kedua buku jenis ini hampir bukan buku yang laris-manis. Lain dari buku-buku bertema seperti Tuntunan Shalat, Yasin-Tahlil, atau Seni Seks Islami, yang pasti ludes-abis di pasar. Sebaliknya, buku puisi dan dan buku cerpen terkadang saban pameran buku di mana pun diobral mulai dari 3000 sampai 10.000 rupiah. Saya tidak tahu fenomena apa yang mengarus-miris di dalamnya. Dan, nun jauh dari fakta ironik tersebut, tidakkah buku-buku itu pada akhirnya hanyalah barang “klangenan” atau “tetirah sunyi” bagi pengarangnya?

Jawa Pos, 13 Juli 2008.

2 komentar:

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

salam kenal
revolusi..revolusi
revolusi sampai mati
rakyat pasti menang melawan penindasan

PuJa mengatakan...

salam kenal pula kawan, smoga para koruptor tidak semakin merajalela, di negri yang kita cintai ini, amin... salam... (Pengelana)

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi