Mashuri
Perkembangan sastra Indonesia di Jawa Timur cukup marak. Sayangnya, kondisi demikian seringkali luput dan tidak tercover oleh pusat. Akibatnya, banyak sastrawan dan karyanya tidak terdeteksi dan tidak dimasukkan dalam bingkai sejarah sastra Indonesia, yang notabene selama ini, ‘direpresentasikan’ oleh pusat, yang tak lain adalah Jakarta, yang hanya memuat kanon-kanon sastra saja. Bermula dari kondisi demikian, maka penulisan sejarah sastra Indonesia di Jawa Timur sangat mendesak untuk direalisasikan.
Kiranya sudah menjadi rahasia umum, jika penulisan sejarah sastra Indonesia belumlah final. Bahkan, tulisan sejarah sastra Indonesia saat ini bisa dikatakan sebagai versi-versi. Itu pun masih bisa diperdebatkan, baik dalam memberi batas permulaan kemunculan sastra Indonesia, penghapusan beberapa nama dan karya, juga penulisan sejarah yang hanya sampai pada tahun 70-an. Tulisan tentang sejarah sastra Indonesia memang ada yang berpatok pada sosok, ada pula yang karya. Bisa disebutkan di antaranya versi A Teeuw, HB Jassin, Ajip Rosidi, Korrie Layun Rampan, dan lainnya, serta yang dianggap terlarang adalah Bujung Saleh dan Bakri Siregar. Dalam karya-karya tersebut, banyak sastrawan dari Jawa Timur yang terhapus.
Perjalanan sastra Indonesia di Jawa Timur sebenarnya sudah menggeliat ketika benih-benih nasionalisme mulai bertunas dan tersemai di Bumi Pertiwi, baik yang dilakukan oleh para pioner kebangsaan dan kalangan Tionghoa peranakan. Dalam catatan sejarah tentang Surabaya dan Jawa Timur, juga dalam novel Bumi Manusia, terdapat penggambaran masa-masa itu. Di Surabaya dan beberapa daerah lain di Jawa Timur, pada awal tumbuhnya kesadaran kebangsaan sangat marak dengan berbagai wacana dan tulisan yang ingin menumbuhkan jiwa-jiwa merdeka. Di sisi yang berbeda, kalangan Tionghoa Peranakan menggunakan bahasa Melayu Pasar untuk menulis karya sastra. Kalangan ini pun sudah memiliki penerbitan dan berbisnis tulisan. Banyak novel dihasilkan oleh kalangan ini pada masa pra kemerdekaan.
Pada masa tahun 50--60-an, dinamika sastra Indonesia di Jawa Timur juga marak. Semisal munculnya kantong-kantong kebudayaan yang berafiliasi kepada partai politik tertentu, baik itu Lesbumi, Lekra dan lainnya. Beberapa data yang berhasil dilacak ke pusat dokumentasi HB Jassin di Jakarta, menjelaskan, pada masa-masa itu, perkembangan sastra Indonesia di Jawa Timur cukup bergairah Seperti munculnya kumpulan puisi ‘Nasi dan Melati’ karya beberapa penulis Lekra (sayap kebudayaan PKI), yang ketika ditelisik, memiliki potensi teks yang mengagumkan. Juga dari beberapa penulis yang berafiliasi ke Lesbumi, sayap kebudayaan partai Nahdlatul Ulama, serta lainnya.
Pada tahun 70 dan 80-an, perkembangan sastra Indonesia di Jawa Timur juga tidak bisa dikatakan mandek. Nama-nama seperti Muhammad Ali, Budi Darma, Akhudiat, D Zawawi Imron, Suparto Broto, Hardjono WS, M Fudloli Zaini, Sabrot D Malioboro, dan lain-lainnya, merupakan para sastrawan yang menghasilkan karya yang banyak. Setelah itu, generasi selanjutnya juga cukup marak, di antaranya adalah L Machali, Herry Lamongan, Aming Aminudin, M Anis, Rusdi Zakki, Wawan Setiawan, Sirikit Syah, Wahyu Prasetyo, Beni Setia, Jil Kalaran, dan lainnya. Jawa Timur juga sempat tersentuh revitalisasi sastra pedalaman yang merupakan upaya untuk membaca ‘kemapanan’ sejarah sastra yang lebih terpusat di Jakarta dengan beberapa penggiat dari Jawa Timur, di antaranya Kusprihanto Namma, dan Bonari Nabobenar di belakang hari. Generasi setelah itu bisa disebutkan di antaranya M Shoim Anwar, Tjahyono Widarmanto, Tjahyono Widianto, Syaiful Hajar, Leres Budi Santoso, Zoya Herawati, Ratna Indraswari Ibrahim, Syaf Anton, Hidayat Raharja, HU Mardi Luhung, Arif B Prasetiyo, S Jai, Riadi Ngasiran, Anas Yusuf, dan lain-lainnya. Belum lagi munculnya begitu banyak penulis Jawa Timur yang muncul pasca reformasi dengan berbagai mode kreasi dan corak bersastra yang karyanya sudah dikenal luas.
Toh nama-nama yang telah disebutkan itu, langka tercatat dalam sejarah sastra Indonesia. Dari Jawa Timur, sejarah sastra Indonesia yang sudah ada hanya mencatat Muhammad Ali, Budi Darma, D Zawawi Imron dan beberapa nama lagi yang lebih belakang. Sedangkan beberapa nama sastrawan dan karya lainnya yang berserak dan cukup, tidak tercakup dalam bingkai sejarah sastra nasional. Kiranya, masih kuatnya dikotomi nasional dan daerah sampai tahun 2000, seakan-akan menghapus peran dari beberapa sastrawan yang bergelut di bidangnya di daerah.
Dengan kondisi demikian, perlu digagas sejarah sastra Indonesia di Jawa Timur. Dengan harapan, berbagai dinamika yang terjadi di Jawa Timur dalam kurun waktu yang cukup lama itu bisa dicatat dan direkam dan tidak hilang ditelan waktu. Juga adanya penghapusan sejarah bisa dipulihkan dan ditempatkan pada porsi yang semestinya. Tentu, kondisi yang tidak adil itu perlu disikapi dengan kreatif dan kritis.
Akar Masalah: Pertarungan Politik Sastra
Ada satu asumsi, tidak disertakannya beberapa sastrawan di Jawa Timur itu di kancah sastra nasional karena terkait dengan politik sastra. Seperti yang pernah diungkap Ariel Haryanto, dalam sejarah sastra Indonesia terutama pada masa Orde Baru, terdapat dikotomi sastra daerah dan sastra nasional, sastra mapan dan pinggiran, sastra resmi dan sastra terlarang, dan dikotomi lainnya. Kondisi yang tidak kondusif dan tidak sesuai dengan ruh sastra itu merupakan penghalang dari kehadiran berbagai dinamika yang sebenarnya cukup dinamis dan layak tercatat dalam sejarah sastra.
Misalnya saja, karya sastra yang dihasilkan oleh orang Lekra, hingga kini masih menjadi ganjalan dalam penulisan sejarah sastra di Indonesia. Dari kaca mata Ariel, sastra mereka termasuk terlarang karena Lekra adalah onderbouw PKI. Akibatnya, dalam sejarah sastra Indonesia, nama mereka pun dihapus dan dihilangkan. Hal yang sama juga terjadi untuk sastra daerah dan sastra Indonesia di daerah. Beberapa nama dan karya yang muncul di daerah tak bisa diharapkan bakal menjadi penyumbang sejarah sastra nasional. Tentu kondisi ini perlu disikapi dengan meluncurkan sejarah sastra yang mencakup berbagai dinamika sastra tanpa pengecualian, sehingga bisa dijadikan bandingan terhadap sejarah sastra nasional yang ada. Bahkan, sejarah sastra lokal pun sangat mendesak dengan pertimbangan bisa menyumbang dalam penyusunan sejarah sastra nasional kelak.
Ada beberapa pertimbangan, kenapa Jawa Timur memerlukan sejarah sastra sendiri. Di antaranya, Jawa Timur memiliki kekayaan budaya dan sastra. Sub kultur di Jawa Timur cukup beragam. Selain itu, sejarah pengetahuannya cukup menarik mengingat pada masa lalu, di Jawa Timur pernah berkembang peradaban besar dengan hasil sastra yang kini masih bisa dibaca. Pertimbangan lainnya, beberapa sastrawan Indonesia yang sudah tercatat dalam sejarah sebagai sastrawan mapan pernah mengenyam proses di wilayah Jawa Timur, terutama di Surabaya. Pun, di masa lampau dan kini geliat sastra Jawa Timur cukup marak. Ironisnya, tidak ada dokumentasi yang layak, serta pencatatan yang adil pada berbagai peristiwa sastra, sosok sastrawan dan karya yang ada.
Kiranya, proyek penulisan sejarah sastra Jawa Timur, bisa dikatakan sebagai proyek idealis. Oleh karena itu, orang yang memiliki amanat untuk melakukannya adalah kalangan yang sadar diri, obyektif secara keilmuan dan tidak sentimentil. Sehingga dalam penulisan sejarah bisa adil dan tak perlu mengulang apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu yang bertindak ‘dholim’ dengan menghapus beberapa nama sastrawan yang disebabkan oleh pertarungan politik sastra. Apalagi jika pertarungan itu dilandasi oleh sentimen pribadi dan masalah di luar sastra.
Dengan pencatatan yang adil, maka generasi mendatang bisa mewarisi sebuah dokumentasi jejak pengetahuan yang benar-benar membumi dan direpresentasikan oleh orang-orang yang mengenal Jawa Timur. Sebab bagaimanapun karya sastra merupakan sumber sejarah pengetahuan yang otentik yang merekam semangat zaman dan dinamika di dalamnya. (*)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar