Rabu, 13 Agustus 2008

Menggagas Sejarah Sastra Indonesia di Jawa Timur

Mashuri

Perkembangan sastra Indonesia di Jawa Timur cukup marak. Sayangnya, kondisi demikian seringkali luput dan tidak tercover oleh pusat. Akibatnya, banyak sastrawan dan karyanya tidak terdeteksi dan tidak dimasukkan dalam bingkai sejarah sastra Indonesia, yang notabene selama ini, ‘direpresentasikan’ oleh pusat, yang tak lain adalah Jakarta, yang hanya memuat kanon-kanon sastra saja. Bermula dari kondisi demikian, maka penulisan sejarah sastra Indonesia di Jawa Timur sangat mendesak untuk direalisasikan.

Kiranya sudah menjadi rahasia umum, jika penulisan sejarah sastra Indonesia belumlah final. Bahkan, tulisan sejarah sastra Indonesia saat ini bisa dikatakan sebagai versi-versi. Itu pun masih bisa diperdebatkan, baik dalam memberi batas permulaan kemunculan sastra Indonesia, penghapusan beberapa nama dan karya, juga penulisan sejarah yang hanya sampai pada tahun 70-an. Tulisan tentang sejarah sastra Indonesia memang ada yang berpatok pada sosok, ada pula yang karya. Bisa disebutkan di antaranya versi A Teeuw, HB Jassin, Ajip Rosidi, Korrie Layun Rampan, dan lainnya, serta yang dianggap terlarang adalah Bujung Saleh dan Bakri Siregar. Dalam karya-karya tersebut, banyak sastrawan dari Jawa Timur yang terhapus.

Perjalanan sastra Indonesia di Jawa Timur sebenarnya sudah menggeliat ketika benih-benih nasionalisme mulai bertunas dan tersemai di Bumi Pertiwi, baik yang dilakukan oleh para pioner kebangsaan dan kalangan Tionghoa peranakan. Dalam catatan sejarah tentang Surabaya dan Jawa Timur, juga dalam novel Bumi Manusia, terdapat penggambaran masa-masa itu. Di Surabaya dan beberapa daerah lain di Jawa Timur, pada awal tumbuhnya kesadaran kebangsaan sangat marak dengan berbagai wacana dan tulisan yang ingin menumbuhkan jiwa-jiwa merdeka. Di sisi yang berbeda, kalangan Tionghoa Peranakan menggunakan bahasa Melayu Pasar untuk menulis karya sastra. Kalangan ini pun sudah memiliki penerbitan dan berbisnis tulisan. Banyak novel dihasilkan oleh kalangan ini pada masa pra kemerdekaan.

Pada masa tahun 50--60-an, dinamika sastra Indonesia di Jawa Timur juga marak. Semisal munculnya kantong-kantong kebudayaan yang berafiliasi kepada partai politik tertentu, baik itu Lesbumi, Lekra dan lainnya. Beberapa data yang berhasil dilacak ke pusat dokumentasi HB Jassin di Jakarta, menjelaskan, pada masa-masa itu, perkembangan sastra Indonesia di Jawa Timur cukup bergairah Seperti munculnya kumpulan puisi ‘Nasi dan Melati’ karya beberapa penulis Lekra (sayap kebudayaan PKI), yang ketika ditelisik, memiliki potensi teks yang mengagumkan. Juga dari beberapa penulis yang berafiliasi ke Lesbumi, sayap kebudayaan partai Nahdlatul Ulama, serta lainnya.

Pada tahun 70 dan 80-an, perkembangan sastra Indonesia di Jawa Timur juga tidak bisa dikatakan mandek. Nama-nama seperti Muhammad Ali, Budi Darma, Akhudiat, D Zawawi Imron, Suparto Broto, Hardjono WS, M Fudloli Zaini, Sabrot D Malioboro, dan lain-lainnya, merupakan para sastrawan yang menghasilkan karya yang banyak. Setelah itu, generasi selanjutnya juga cukup marak, di antaranya adalah L Machali, Herry Lamongan, Aming Aminudin, M Anis, Rusdi Zakki, Wawan Setiawan, Sirikit Syah, Wahyu Prasetyo, Beni Setia, Jil Kalaran, dan lainnya. Jawa Timur juga sempat tersentuh revitalisasi sastra pedalaman yang merupakan upaya untuk membaca ‘kemapanan’ sejarah sastra yang lebih terpusat di Jakarta dengan beberapa penggiat dari Jawa Timur, di antaranya Kusprihanto Namma, dan Bonari Nabobenar di belakang hari. Generasi setelah itu bisa disebutkan di antaranya M Shoim Anwar, Tjahyono Widarmanto, Tjahyono Widianto, Syaiful Hajar, Leres Budi Santoso, Zoya Herawati, Ratna Indraswari Ibrahim, Syaf Anton, Hidayat Raharja, HU Mardi Luhung, Arif B Prasetiyo, S Jai, Riadi Ngasiran, Anas Yusuf, dan lain-lainnya. Belum lagi munculnya begitu banyak penulis Jawa Timur yang muncul pasca reformasi dengan berbagai mode kreasi dan corak bersastra yang karyanya sudah dikenal luas.

Toh nama-nama yang telah disebutkan itu, langka tercatat dalam sejarah sastra Indonesia. Dari Jawa Timur, sejarah sastra Indonesia yang sudah ada hanya mencatat Muhammad Ali, Budi Darma, D Zawawi Imron dan beberapa nama lagi yang lebih belakang. Sedangkan beberapa nama sastrawan dan karya lainnya yang berserak dan cukup, tidak tercakup dalam bingkai sejarah sastra nasional. Kiranya, masih kuatnya dikotomi nasional dan daerah sampai tahun 2000, seakan-akan menghapus peran dari beberapa sastrawan yang bergelut di bidangnya di daerah.

Dengan kondisi demikian, perlu digagas sejarah sastra Indonesia di Jawa Timur. Dengan harapan, berbagai dinamika yang terjadi di Jawa Timur dalam kurun waktu yang cukup lama itu bisa dicatat dan direkam dan tidak hilang ditelan waktu. Juga adanya penghapusan sejarah bisa dipulihkan dan ditempatkan pada porsi yang semestinya. Tentu, kondisi yang tidak adil itu perlu disikapi dengan kreatif dan kritis.

Akar Masalah: Pertarungan Politik Sastra
Ada satu asumsi, tidak disertakannya beberapa sastrawan di Jawa Timur itu di kancah sastra nasional karena terkait dengan politik sastra. Seperti yang pernah diungkap Ariel Haryanto, dalam sejarah sastra Indonesia terutama pada masa Orde Baru, terdapat dikotomi sastra daerah dan sastra nasional, sastra mapan dan pinggiran, sastra resmi dan sastra terlarang, dan dikotomi lainnya. Kondisi yang tidak kondusif dan tidak sesuai dengan ruh sastra itu merupakan penghalang dari kehadiran berbagai dinamika yang sebenarnya cukup dinamis dan layak tercatat dalam sejarah sastra.

Misalnya saja, karya sastra yang dihasilkan oleh orang Lekra, hingga kini masih menjadi ganjalan dalam penulisan sejarah sastra di Indonesia. Dari kaca mata Ariel, sastra mereka termasuk terlarang karena Lekra adalah onderbouw PKI. Akibatnya, dalam sejarah sastra Indonesia, nama mereka pun dihapus dan dihilangkan. Hal yang sama juga terjadi untuk sastra daerah dan sastra Indonesia di daerah. Beberapa nama dan karya yang muncul di daerah tak bisa diharapkan bakal menjadi penyumbang sejarah sastra nasional. Tentu kondisi ini perlu disikapi dengan meluncurkan sejarah sastra yang mencakup berbagai dinamika sastra tanpa pengecualian, sehingga bisa dijadikan bandingan terhadap sejarah sastra nasional yang ada. Bahkan, sejarah sastra lokal pun sangat mendesak dengan pertimbangan bisa menyumbang dalam penyusunan sejarah sastra nasional kelak.

Ada beberapa pertimbangan, kenapa Jawa Timur memerlukan sejarah sastra sendiri. Di antaranya, Jawa Timur memiliki kekayaan budaya dan sastra. Sub kultur di Jawa Timur cukup beragam. Selain itu, sejarah pengetahuannya cukup menarik mengingat pada masa lalu, di Jawa Timur pernah berkembang peradaban besar dengan hasil sastra yang kini masih bisa dibaca. Pertimbangan lainnya, beberapa sastrawan Indonesia yang sudah tercatat dalam sejarah sebagai sastrawan mapan pernah mengenyam proses di wilayah Jawa Timur, terutama di Surabaya. Pun, di masa lampau dan kini geliat sastra Jawa Timur cukup marak. Ironisnya, tidak ada dokumentasi yang layak, serta pencatatan yang adil pada berbagai peristiwa sastra, sosok sastrawan dan karya yang ada.

Kiranya, proyek penulisan sejarah sastra Jawa Timur, bisa dikatakan sebagai proyek idealis. Oleh karena itu, orang yang memiliki amanat untuk melakukannya adalah kalangan yang sadar diri, obyektif secara keilmuan dan tidak sentimentil. Sehingga dalam penulisan sejarah bisa adil dan tak perlu mengulang apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu yang bertindak ‘dholim’ dengan menghapus beberapa nama sastrawan yang disebabkan oleh pertarungan politik sastra. Apalagi jika pertarungan itu dilandasi oleh sentimen pribadi dan masalah di luar sastra.

Dengan pencatatan yang adil, maka generasi mendatang bisa mewarisi sebuah dokumentasi jejak pengetahuan yang benar-benar membumi dan direpresentasikan oleh orang-orang yang mengenal Jawa Timur. Sebab bagaimanapun karya sastra merupakan sumber sejarah pengetahuan yang otentik yang merekam semangat zaman dan dinamika di dalamnya. (*)

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi