Selasa, 12 Agustus 2008

REVOLUSI SAPU JAGAD

Nurel Javissyarqi*

Berangkat dari kesadaran kesemestaan atas organ lingkungan diri, memasuki wacana memproyeksi hal tertandakan bagi tampakan keberzamanan. Poin-poin mengenai perubahan, wajib dimengerti pribadi secara terus berevolusi di dalam kapasitasnya memurnikan nilai-nilai kemanusiaan.

Satu gagasan mensengajakan wahana untuk sarana perbaikan kasus, agar tidak lusuh meninggalkan aspirasi insani. Segerak maju saat-saat suasana data dari kontrak sosial, perjanjian kesementaraan dinilai, ditemukan solusi pencerahan. Dengan mengesampingkan suara lokal demi kepentingan perubahan global serta tidak meninggalkan unsur lainnya.

Mempelajari makna kekuasaan, lewat mengedepankan kebersamaan, bertumpu pada jalinan sesama. Bermula lingkungan terkecil atau rumah tangga, berkelanjutan sampai struktur pemerintahan. Ini bisa kiranya setelah kemanusiaan terpuruk di bingkai pertikaian berkepanjangan, lalu kesadaran masa berbangkit, menyuarakan nurani keamanan bersama sebagai perwujudan hayat.

Pokok permasalahannya melewati pendekatan bathin, yang mana penulis turut bagi jalannya beberapa pendekatan yang telah mapan. Atau saya menggunakan pendekatan humanis naturalis, yang menampilkan keberimbangan dari ruang yang ada, di dalam pun di luar lingkup diri kemanusiaan.

Mungkin sebagian orang mengatakan, pendekatan ini sekadar asumsi kelewat berani dari apa-apa menjadi kendaraan sebelumnya. Atau mereka berkata, saya terlalu yakin mempersoalkan ini, sedang tanda dari perubahan menuju keambrukan belum tersentuh.

Lalu saya mencoba mengurai persoalan tersebut, sebagai daya rindu bertumpuknya pesakitan atas teror terlihat di depan mata, terpampang di media masa. Bukankah asumsi itu daya rindu menggebu atas tingkat kendali saat-saat pilu, lalu menjadi tahap pelajaran demi mewujudkan asumsi sebagai ilmu.

Mungkin jalan tengah tertawarkan ini menjadi solusi baik di medan persoalan kehidupan sosial, atau pada puncaknya saling memberi kasih, ruang-waktu bermeditasi sosial, sebagai tahap pembuka keselarasan pandang di bangku-bangku penyelesaian persoalan yang ada.

Revolusi sosial, bahan penulis tempuh menggigit kebakuan atau kebekuan masa yang selama ini mencekik makna kemanusiaan. Sebagai lokomotifnya kalbu mengurai persoalan, sehingga hasil tercita-citakan berupa kesejukan pilihan, palu penentu perimbangan, penyelesaiannya bukan berdasar kepentingan kekuasaan ambigu yang tiran.

Dasar tertempuh berkendaraan perubahan sosial dan geografis dinamik menuju pencerahan, berasal kerja bersama bahu-membahu. Sehingga beban tertanggung mengoreksi ulang perubahan dengan diperbantukan atas makna kata-kata yang bertebaran, yang telah merasuk menjelma racun atas kenangan.

Atau kenangan atas kata-kata memproyeksikan kerja keyakinan, ini pendekatan filosofis, mengurai pokok permasalahan menjadi bahan kajian. Bagian ini, saya sebut kontrak kata dalam menjalankan asumsinya sebagi suatu kekuatan dalam, atau kenangan bahasa yang merasuk sebagai pijakan kesadaran insan menjalani hidup.

Yang ditujukan tidak sekadar rutinitas membosan berakibat mematikan, tetapi dimana alirkan arus kesadaran sungai menggelinjak bertemu bebatuan, mengalir ke lembah kemanusiaan yang teduh penuh kedamaian.

Sehingga yang terbangun berasal wewarna, corak atau volume perubahan jiwa sosial, yang garapannya memasuki bahasan filosofis. Tentunya didasari kesadaran rekonstruksi makna asal kata-kata. Suatu bangunan takkan runtuh jika memang dunia mempercayai kekuatan bahasa.

Apa yang sedang berlangsung itu proses evolusi kemajuan kesadaran indra luar-dalam, memasuki pemahaman yang diharapkan menjadi suatu kemapanan, terkendalikan pada bingkai perasaan manusiawi. Menjembatani remang menuju kejelasan makna kata-kata, dan suatu ambigu pencernaan sebagai konstelasi mencerahkan nantinya.

Maka ikutilah kalimah dengan seksama, lantas bersegeralah memasuki kalbu permenungan sebagai gerak maju revolusi sosial dalam batok kepala, tanpa lupa kaki-kaki berpijak di bumi pertiwi. Atau proses sedang berlangsung pada diri nantinya, merupakan jarak penghubung fenomena dan gejolak nalar serta perasaan, lalu diperbantukan sebagai jemari tangan terkepal.

Dinamakan revolusi, tonggak sejarah, keadaban anyar, menitik beratkan hikmah hayati. Dapat diartikan proses rekonstruksi keyakinan sesuatu yang ilmiah, kelupaan keluputan arah terus diperbantukan sejarah sebelumnya kepada jalur tertempuh berasal kesadaran bersama, identifikasi diri oleh beberapa teguran, probem, tragedi pun musibah serta gejalah menuju ke sana.

Wajar kiranya gagasan yang tampil sebagai jawaban kendali. Berpijak di situ, meski seangin kencang mitos nenek moyang berhembus, meniup debu menutupi pandangan sebelumnya. Nikmat terasa yang tertera menjadi jalannya kisah mendebarkan, tidak sekadar hangat namun menggelora, memuntahkan lahar atas penebangan pohon nilai luhur kemarin silam.

Itu dimaksudkan kesadaran nilai insan, kebangkitan bersama sebagai tahap diri menuju global. Pantas kiranya mengangkat suara-suara anak negeri, corong-corong lantang bukan berdasarkan kedirian sesaat, tapi atas beberapa proses berulang, jatuh bangun bekas jajahan, dan yang sedang berlangsungnya virus merasuk meracuni tubuh permodalan ke pinggiran matahari kita.

Harus diakui, kita sudah lama memendam racun menular dalam tubuh bangsa atas kedirian telah ngapal oleh bertubi-tubinya tragedi, juga kesalahan terus berlangsung, namun hanya menjadi berita manis yang terpampang tanpa memberi pesan ajaib bagi kesadaran.

Pengembangannya pun sekadar pengulangan yang membuat perut pengetahuan kita mulas, atau pertikaian omong kosong membuat mandul, berfikir dari proses sejarah yang melelahkan dari kebodohan. Sehingga yang ada ialah muspro, bukan menjadi mapan seperti petikan berangsur membosan dalam telinga, oleh melodi berkepanjang yang bukan memberi musikal pencerahan.

Makna kekuasaaan hadir saat bertemu kesadaran, atau awal kesadaran bernama keremajaan serta penuwaan di dalamnya. Tentu penilaian ini dari proses yang diperbantingkan ruang waktu diri menyuntuki hal digebu. Dan kehadirannya tidak jauh dari lingkungan, daya asumsi yang dikendalikan renungan. Ini ujiannya sebelum kaki-kaki melangkah di bencah perencanaan.

Sebab-sebab perhitungan matang menjelma penentu fikiran di sekitar terjadinya perubahan. Poin-poinnya melandasi pacuan yang cukup mempengaruhi gerak kedirian mendatang. Seleksi alam pemicu lahirnya kesadaran paling pribadi.

Kesadaran itu kekuasaan terbangun untuk keberlangsungan naluri berbunga dari sekumpulan pertanyaan dan ruang-ruang penentu pijakan. Perbendaharaannya dari kesembuhan nalar atas daya tarik kontrak sosial yang dinamai kesadaran kuasa.

Kekuasaan dan kesadaran ialah cara pandang mendasar, hadir atas percobaan persepsi hingga menjelma premis penentu. Membangun sarana mental evolusi nilai, di sekitar acara telaah hari-hari, dan jarak yang ditempuh pengoreksian diri di depan cermin hayati.

Keduanya (kesadaran dan kekuasaan) merupakan penentu terjadinya pembuangan timbunan pengetahuan yang melelahkan. Yang meletihkan ditariknya beberapa studi kasus kelumpuhan gerak, dengan seperangkat kesadaran manusiawi.

Ini harus selalu dipegang negara, organisasi serta diri yang menanjaki hayat, agar tampil tidak berupa kegagapan menuju kegagalan. Tetapi memberi peluang kemajemukan matang, ruang-waktu atas kontak kemungkinan tertandakan. Membuang gelembung waktu percuma, jika sekiranya sekadar bahan banding tanpa lapangan nyata; kerjasama realitas kesadaran, berperang melawan goda kepentingan kekuasaan yang tiran.

Proses selanjutnnya, memungkinkan mengambil beberapa pelajaran tengah berlalu, bagi kuasa diri atas kesadaran termiliki. Itu evaluasi penting pada nilai-nilai terbangun sampai berkebugaran. Namun sering kali rencana gagal menemui prahara di muka bumi, ialah hasil perencanaan salah; membangun daya dari sesuatu tak hakiki, jauh dari kesadaran manusiawi. Sebab kemasyarakatan selama ini, terbangun berlandaskan keberpihakan, hukum standar ganda membingungkan, yang tampil tali kendali terlepas, sasaran yang seharusnya dilalui itu terabaikan.

Musibah selama ini berasal dari keluputan pengamatan, pada ruang kabur yang sulit menentukan arah kelanjutan, atas lahirnya wacana berseliweran, tidak tertampung di ruang kesahajaan. Kalau memetik kebablasannya revolusi industri; berangkat tergiur perubahan, jiwa kebutuhan merangsek ingin dipenuhi, pola terbangun terstruktur, tiada keberagaman yang nantinya mencapai titik tak manusiawi.

Asumi yang ditimbulkan, bergesernya nilai menjadi bentuk-bentuk perbendaan. Dan fasilitas yang ada, rancangan proses perputaran kerja, tampak ideologi perbudakan. Medan pemaksaan yang menjerumuskan, menenggelamnya nilai-nilai luhur naluriah. Sejauh ini belum memiliki kontrol efektif; tidak ayal, bencana atas rencana berlebihan menemui muara, kehancuran.

Sejenis pola yang dikembangkan orang setres, kelewat mengumbar kesenangan yang masih terbebani sakit kepala atau kumat tiba-tiba. Dengan membaca gejolak yang ada, marilah menghentikan gerak masa sesaat, sehingga tampak yang bergerak bukan berdasarkan kedirian sejati. Semua berjalan serupa tubuh-tubuh robot, kelicikan memerima kepahitan realitas di kedalaman bathin, menghadirkan pelaku frustasi, mesin-mesin pencetak waktu tidak jelas, membuang sejauh mungkin perencanaan yang ada kemungkinan lainnya.

Padahal apabila yang lain ditarik, hasilnya dapat menemukan sesuatu yang lebih baik. Ini kerja membuang kebiasaan lama, membangun berkekuatan baru dari tiap-tiap diri yang ingin merevolusi dari evolusi nilai positif yang terabai. Menjadi minat baca sekiranya digerakkan kesadaran menilik bencana dari rencana. Olehnya gigih menjalankan pilihan sebagai pribadi berkembang. Yang siap terima resiko dengan tantangan serta konsekwensi gerak perubahan. Minat lain kembali pada niatan semula, mengambil tameng pribadi yang terlupa untuk dibawa sebagai jarak keamanan ketika meluruskan perjalanan besar, revolusi.

*)Pengelana dari desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, JaTim.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi