Maman S Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/
Joya Uraizee This Is No Place For A Woman: Nadine Gordimer, Nayantara Sahgal, Buchi Emecheta and The Politic of Gender (England: Africa World Press, Inc., 2000) xi + 255
Sejarah umat manusia adalah potret buram perjalanan panjang ketertindasan wanita. Di belahan bumi mana pun di dunia ini, kehidupan manusia selalu tidak terlepas dari citra superior kaum lelaki. Lantaran segenap aspek kehidupan ini dibangun lewat sudut pandang lelaki, maka kaum wanita selalu berada dalam posisi inferior. Ia senantiasa menjadi objek dan terus-menerus diperlakukan begitu. Jika kemudian muncul kesadaran kaum wanita untuk mengambil hak kemanusiaannya secara proporsional, itu semata-mata lantaran penindasan kaum lelaki sudah pada tingkat kebangetan.
Seperti kita ketahui bahwa feminisme berasal dari Barat. Kemudian ada anggapan bahwa berbicara tentang feminisme sama halnya berbicara tentang wanita, khususnya wanita kulit putih di negara Barat, tempat asal mula munculnya gerakan feminisme. Anggapan tersebut sah-sah saja meskipun tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya apa itu feminisme? Pengertian feminisme menurut Harold L. Smith adalah mencakup ideologi dan gerakan pembaharuan untuk meningkatkan status wanita agar sederajat dengan pria dalam segala aspek kehidupan. Menurut pandangan kaum feminis, wanita menjadi pihak yang tertindas disebabkan jenis kelamin mereka.1
Selanjutnya menurut Soenarjati Djajanegara, ada beberapa aspek yang mempengaruhi ideologi feminisme, khususnya di Amerika, antara lain pertama, aspek politis berkaitan dengan Deklarasi Kemerdekaan Amerika pada tahun 1776, yang isinya antara lain menyatakan bahwa semua pria diciptakan sama, tanpa menyebut-nyebut wanita. Oleh karena itu para tokoh feminis dalam konvensi di Seneca Falls pada tahun 1848 memproklamasikan versi lain dari Deklarasi Kemerdekaan Amerika yang berbunyi semua pria dan wanita diciptakan sama. Kedua, aspek evangelis atau aspek agama berkaitan dengan ajaran agama Katolik dan Protestan yang menempatkan wanita pada posisi yang lebih rendah daripada kedudukan pria. Ketiga, aspek sosialisme dalam kaitannya dengan kedudukan wanita dalam lembaga sosial baik itu keluarga, masyarakat, maupun negara. Aspek sosialisme ini antara lain dipengaruhi oleh pemikiran Frederick Engels yang mengemukakan bahwa dalam suatu keluarga, suami mewakili kalangan borjuis sedangkan istri mewakili kaum proletar. Sedangkan Karl Marx mengatakan bahwa wanita-wanita Amerika sebagai kelas yang tertindas dalam masyarakat kapitalis, tidak memiliki nilai ekonomi, mengingat pekerjaan mereka sebagai pengurus rumah tangga tidak berharga dan tidak bisa dibandingkan dengan pekerjaan laki-laki yang menghasilkan uang. 2
Berkaitan dengan hal tersebut, Mary Wollstonecraft, perintis gerakan feminis Inggris, dalam bukunya A Vindication of The Right of Woman atau Perlindungan Hak-Hak Kaum Wanita yang ditulisnya di akhir abad ke-19, mengemukakan bahwa kaum wanita khususnya dari kalangan menengah merupakan kelas tertindas yang harus bangkit dari belenggu rumah tangga. Menurutnya, tidak ada perbedaan esensial dalam hukum moral antara pria dan wanita, sehingga sangat tidak logis apabila memperlakukan wanita berbeda dengan pria. Sementara itu Djajanegara berpendapat bahwa untuk mencapai tujuan feminisme antara lain dengan cara membebaskan wanita dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga.3
Sejalan dengan sejarah perkembangan dunia, khususnya masa pascakolonial, maka ideologi feminis pun mengalami perkembangan pula, utamanya dalam hal wilayah dan materi pemikiran atau kajian serta tujuan yang menjadi landasan gerakan feminisme itu sendiri. Pada akhir tahun 1960-an, menurut pendapat Olive Banks, gerakan feminisme, khususnya di Inggris, yang awalnya sering disebut sebagai ‘ideologi domestik’ oleh para feminis modern diubah menjadi ‘feminisme baru’ dan hal ini mempengaruhi gerakan para wanita. Dan pada periode antara tahun 1918 dan 1970, ideologi feminisme di Inggris didominasi oleh rencana-rencana politik, berkaitan dengan hak wanita untuk ikut berperan dalam bidang politik.4 Menurut Banks, superioritas pria memainkan peran penting, utamanya atas posisi subordinat wanita dalam perburuhan dan perubahan gerakan wanita. Sedangkan menurut pendapat Lambertz, feminisme pada masa lalu cenderung menekankan kebijakan pada sumber-sumber finansial terbatas lebih dari sekedar pada kekerasan fisik.
Dalam perkembangannya, gerakan feminisme tidak saja memperjuangkan hak kaum wanita, khususnya wanita kulit putih, tetapi juga wanita kulit hitam atau kulit berwarna, bahkan juga hak kaum lesbian. Selanjutnya muncul berbagai macam aliran feminisme, antara lain, Feminisme Kulit Hitam (Black Feminism), Feminisme Kulit Putih (White Feminism), Materialist Feminism, Lesbian Feminism, Liberal Feminism, dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan munculnya feminisme cenderung disebabkan adanya diskriminasi gender yang dihadapi para wanita dalam masyarakat sosialnya, utamanya karena posisi subordinat wanita. Diskriminasi gender di sini lebih berkaitan dengan konsep gender yang bersifat sosial, artinya yang berhubungan dengan norma sosial yang terbentuk oleh kondisi budaya dan masyarakat tertentu, bukan mengacu pada perbedaan gender yang bersifat alami berdasarkan perbedaan biologis.
Menurut Melani Budianta, definisi gender secara umum adalah. pembedaan-pembedaan yang bersifat sosial, yang dikenakan atas perbedaan-perbedaan biologis atau perbedaan yang nampak antara jenis-jenis kelamin Adapun prinsip dasar konsep gender itu sendiri antara lain bersifat anti determinisme biologis, yaitu perbedaan biologis tidak serta merta menentukan perbedaan sikap, sifat dan perilaku, akan tetapi norma-norma masyarakat dan budayalah yang mengkondisikan bagaimana harus berperilaku. Perspektif ini juga menolak esensialisme yang mengkaitkan sifat-sifat yang ada pada suatu hal dengan esensi atau ‘hakikat’ yang ada pada dirinya. Selain itu istilah gender juga mengacu pada hubungan yang relasional, yaitu bahwa gagasan tentang ‘pria’ atau ‘maskulinitas’ tidak bisa dipisahkan dari gagasan tentang ‘wanita’ atau ‘femininitas’. Konsep gender juga bersifat multi dimensi karena masalah gender berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya, termasuk kaitannya dengan norma-norma keagamaan.
Oleh karena itu, untuk mengkaji permasalahan gender dapat juga dilakukan kajian terhadap beberapa aspek sosial yang meliputi ras, etnisitas dan kelas. Baik itu melalui pemakaian simbol-simbol dan mitos yang beredar dalam masyarakat, norma-norma yang dipakai untuk memahami simbol-simbol yang ada (biasanya disampaikan melalui wacana agama, pendidikan, ilmiah, politik, dan sebagainya), serta mempelajari tatanan masyarakat yang mendukungnya (struktur keluarga dalam masyarakat, pola-pola pembagian kerja dan peran berdasarkan jenis kelamin), dan pembentukan identitas subjektif. Dalam sistem kekerabatan yang patriarki, dominasi atau superior pria atas wanita sangat jelas disebabkan kekuasaan seorang ayah (kepala keluarga) atas keluarganya, baik terhadap wanita maupun pria yang usianya lebih muda, sehingga kaum feminis seringkali mendiskripsikan istilah patriarki sebagai salah satu bentuk penindasan terhadap wanita yang dilakukan oleh pria.
Berkaitan dengan permasalahan di atas, apabila kita mencermati perkembangan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, kita tidak bisa meninggalkan peranan wanita dalam usahanya meningkatkan potensi yang dimilikinya. Meskipun kita tahu bahwa usaha tersebut banyak menghadapi kendala mengingat kedudukan wanita, khususnya di Indonesia yang menganut sistem patriarki, masih dianggap subordinat dibawah cengkeraman superior pria. Diskriminasi gender tersebut membatasi peran wanita yang sebagian besar hanya dalam lingkup domestik, sementara pria memainkan perannya dalam lingkup publik yang lebih luas.
Berkaitan dengan sistem patriarki, hak-hak wanita dibatasi dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain dalam aspek ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Posisi wanita yang lemah (inferior) ini memberi peluang besar terjadinya penindasan terhadap wanita baik dalam bentuk kekerasan secara fisik maupun mental, di lingkungan keluarga maupun di luar keluarga. Kekerasan terhadap wanita di lingkungan keluarga atau disebut ‘domestic violence’ antara lain kekerasan fisik atau pun mental yang dilakukan oleh suami terhadap istri, adanya budaya kawin paksa terhadap wanita untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, dan sebagainya. Adapun kekerasan terhadap wanita di luar lingkungan keluarga antara lain pelecehan dan kekerasan seksual terhadap wanita di kantor, di jalan, dan di tempat-tempat lain di luar lingkungan keluarga. Diskriminasi gender juga di alami para wanita yang bekerja, antara lain penerapan sistem upah yang merugikan pekerja wanita karena mereka menerima gaji yang lebih rendah dari pria meskipun jam kerja mereka sama, pemberian tunjangan kesehatan yang kurang mencukupi, dan sebagainya.
Upaya untuk meningkatkan derajat wanita agar sejajar dengan pria, khususnya di Indonesia, sudah dilakukan sejak dulu seperti yang dilakukan oleh R.A. Kartini, Dewi Sartika, dan lain-lain. Usaha tersebut masih terus berlangsung hingga saat sekarang seperti yang dilakukan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan, Chofifah Indra Parawansyah, yang terus menggiatkan upaya peningkatan kualitas sumber daya wanita agar sederajat dengan pria, antara lain melalui jalur pendidikan, ketenaga kerjaan, dan sebagainya. Dengan usaha tersebut diharapkan eksistensi wanita akan lebih dihargai oleh pria.
Usaha-usaha tersebut sejalan dengan gerakan dan ideologi feminisme di Barat meskipun dalam konsep yang berbeda disebabkan adanya perbedaan latar belakang sejarah, budaya, sosial, ekonomi dan politik. Sebagai contoh wanita Indonesia lebih terikat secara kultural dibandingkan wanita di Barat, dalam kedudukannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya dalam suatu keluarga, disamping mereka juga terikat oleh hukum agama. Mereka hidup dalam masyarakat dengan sistem hukum setempat di samping sistem hukum negara, dan hal ini tentunya berbeda dengan sistem hukum di Barat.
Dalam kaitannya dengan sastra, karya sastra ikut berperan secara aktif dalam membentuk dan mengubah ideologi sosial, khususnya yang berkaitan dengan ideologi gender, melalui wacana. Dengan demikian fungsi karya sastra di sini bukan sekedar sebagai cermin masyarakat yang sifatnya pasif. Karenanya, kita dapat mengetahui persoalan yang muncul dalam masyarakat melalui suatu karya sastra, baik itu melalui teks, simbol, metaphora, dan sebagainya, yang digunakan oleh penulis dalam merepresentasikan ideologi gender. Ketika permasalahan gender menjadi permasalahan yang mendunia, karena diskriminasi gender tidak hanya dialami para wanita di negara maju seperti Eropa dan Amerika tetapi juga di negara berkembang di wilayah Asia, Afrika, dan di negara bekas jajahan lainnya, maka permasalahan tersebut juga tampak dalam karya-karya sastra yang dihasilkan. Karya yang mencerminkan adanya permasalahan gender sebagian besar dihasilkan oleh para penulis wanita pada masa pascakolonial, Mereka antara lain yaitu Nadine Gordimer, lahir pada tahun 1923 di Afrika Utara, Nayantara Sahgal, lahir di India pada tahun 1927, dan Buchi Emecheta, lahir di Nigeria pada tahun 1944.
Menurut Joya Uraizee, dalam bukunya This Is No Place For A Woman: Nadine Gordimer, Nayantara Sahgal, Buchi Emecheta and The Politic of Gender (2000), meskipun ketiga penulis wanita tersebut mempunyai perbedaan latar belakang ras, kelompok sosial, bangsa, dan ideologi, akan tetapi karya-karya mereka menampakkan adanya kesamaan yang mencolok. Ketiganya menampilkan identitas wanita pada masa pascakolonial yang tidak tetap dan berubah dengan sendirinya, dalam berbagai posisi pada rangkaian kesatuan yang terus berkembang. Tulisan-tulisan mereka juga menunjukkan bahwa identitas wanita merupakan suatu hasil sejarah ideologi yang melatar belakanginya.
Lebih dari itu, ketiga penulis di atas juga menggambarkan subjektivitas wanita dalam masa pemecahan, pemindahan dan marginalitas dalam karya-karya mereka, berkaitan dengan latar belakang mereka masing-masing. Sebagai contoh, Gordimer menaruh perhatian terhadap hubungan antar ras disebabkan latar belakang sosialnya yang menganut sistem apartheid. Sementara itu, Emecheta menolak kebiasaan yang agak ambivalen terhadap ras dan etnisitas sebagai permasalahan pokok dalam masyarakatnya (suku Ibo) di Nigeria dan dalam masyarakat kulit hitam di Inggris. Sedangkan novel-novel Sahgal mengimplikasikan bahwa dasar penggolongan atau diskriminasi rasial dalam masyarakat urban India adalah sebagai hasil individualisme yang bias atau merupakan suatu beban bagi masyarakat Hindu yang perlu dibuang.
Menurut Uraizee, salah satu gambaran yang menghubungkan antara Gordimer, Sahgal dan Emecheta, adalah cara mereka merepresentasikan suara-suara kelas bawah. Hal ini tampak dalam karya Gordimer berjudul The Conservationist, karya Sahgal berjudul The Day in Shadow, dan karya Emecheta berjudul The Bride Price.(hlm. 29-78).
Ketiga penulis wanita tersebut juga menghubungkan identitas kewanitaan masa pasca kolonial dengan bentuk-bentuk penindasan patriarki. Hal tersebut tampak dalam karya Gordimer yang berjudul A Sport of Nature, karya Sahgal berjudul Rich Like Us, dan karya Emecheta berjudul Second Class Citizen. Sedangkan gambaran negara atau dunia yang ideal menurut wanita masa pascakolonial tampak dalam karya Gordimer yang berjudul Burger’s Daughter, karya Sahgal berjudul This Time of Morning, dan karya Emecheta berjudul Double Yoke. (hlm.79-107). Selanjutnya, ketiganya menelaah kondisi aktual ‘dunia baru’ atau masyarakat yang diciptakan oleh revolusi anti imperialisme. Gambaran dunia baru sebagai dunia yang mengalami krisis tampak dalam karya Gordimer yang berjudul July’s People, karya Sahgal berjudul Storm in Chandigarh, dan karya Emecheta berjudul Destination Biafra. (167-225)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar