Rabu, 12 November 2008

Legenda

Sulaiman Tripa
http://www.lampungpost.com/

DIA sendiri yang meminta dirinya dipanggil dengan Legenda saja. Pak Legenda, lengkapnya. Penarik becak yang stand by di persimpangan tugu. Ada atau tidak ada penumpang, ia tetap berdiam di sana.

Biasanya memang selalu ada orang yang menggunakan jasanya dan minta diantar entah ke mana. Jangkauannya bisa mencapai dua atau tiga kilometer.

Becak Pak Legenda dengan mudah dapat dikenali. Di kanan-kiri depan, terpacak bendera merah putih berukuran besar, mungkin 70 x 40 sentimeter. Padahal, mobil mewah sekalipun hanya memakai bendera kecil yang hanya 10 x 7 sentimeter saja. Demikian juga dengan becak-becak lain, hanya memakai bendera berukuran 20 x 15 sentimeter. Itu pun satu lembar. Bukan dua lembar.

Tanda lainnya dari becak Pak Legenda adalah adanya tulisan L-e-g-e-n-d-a dengan huruf besar, di bodi becaknya. Tulisan itu berwarna kuning keemasan. Dari jauh tampak mengilap dan bercahaya.

Tanda terakhir yang paling unik adalah Pak Legenda memakai klakson di becaknya. Klakson itu mirip dengan yang dipakai mobil-mobil besar.

Mengenai klakson, aku pernah terkejut di dalam becak ketika Pak Legenda membunyikannya. Poemmm.

Pak Legenda tidak bisa melihat jantungku yang bertambah cepat sekejap. Soalnya, ia mengayuh becak dari belakang.

Kukenal bunyi klakson waktu pertama naik becak itu. Sekaligus aku baru saja mengenal Pak Legenda. Ketika aku baru datang ke kota ini, aku perlu kamar indekos.

Dari tempat pendaftaran kuliah, aku dikasih tahu seorang satpam untuk datang ke persimpangan tugu dan mencari Pak Legenda yang memiliki becak Legenda. Sebenarnya tak susah mencarinya. Hanya saja aku belum tahu letak persimpangan tugu.

Begitu selesai pendaftaran ulang, aku segera keluar kampus dan mencari persimpangan tugu. Dan sejak dari pintu gerbang, aku bingung karena begitu banyak jalan. Lalu aku putuskan untuk makan soto sapi di depan gerbang kampus.

Dari penjual bakso, aku juga disuruh tanya ke Pak Legenda.

"Di sana," penjual bakso menunjuk ujung lorong, "Mentok, belok kanan, pasti terlihat tugu."

Aku singgah ke warung soto bukan karena sekadar ingin bertanya. Aku memang sudah lapar. Waktu menunjukan pukul 09.30 pagi. Bayangkan, dari bangun jam 04.00 untuk salat subuh. Lebih dari lima jam belum makan atau minum apa-apa.

Waktu makan, aku juga punya kepentingan lain. Aku tanyakan kamar indekos. Dan jawabannya adalah Pak Legenda.

"Di mana?"

"Di persimpangan tugu."

"Di mana itu? Maaf Mbak, aku orang baru."

Lalu ia menunjuk ke sana.

Aku segera selesaikan makan. Begitu selesai, aku bayar, terus aku ikuti lorong itu hingga ke ujung. Sampai mentok. Lalu aku belok kanan, lewat jalan yang kanan kiri penuh kotak kamar.

Dari jauh, sudah kutemukan tugu mini, yang di atasnya ditancap bambu runcing dengan warna merah putih. Tugu itu persis di tengah bundaran yang juga mini. Mungkin sedan saja tidak bisa melingkari bundaran itu.

Aku terus berjalan hingga benar-benar mendekat. Dengan mudah aku menemukan beca dengan tulisan L-e-g-e-n-d-a.

"Pak Legenda!"

Ia memandang ke arahku, sekilas. Hanya sekilas.

"Yuk, naik!"

Sejenak, aku heran. Ada apa ini, pikirku. Kita tanyakan benarkah ia Pak Legenda, ia langsung bilang: Yuk naik!

"Kamu mau yang seperti apa?" ia membuka pembicaraan. Aku sendiri mendengar dengusan napasnya. Mungkin ketika mulai mendayung, terasa berat. Ia sudah tua. Orangnya kecil. Pakaiannya seperti anak muda.

"Maksud Pak Legenda?" aku belum mengerti apa yang ditanyakannya.

"Kamu untuk apa mencariku?"

"Tadi saya dapat kabar dari sana untuk menanyakan Pak Legenda."

"Ya, tapi kamu mau yang seperti apa?" potongnya, masih dengan napas yang terengah.

"Saya tak ngerti."

"Trus mencariku untuk apa?"

"Mau menanyakan rumah. Maksudku kamar sewa."

Baru aku mengerti pertanyaannya. Padahal, kalau di tempat asal saya selalu ada penjelasan dulu menanyakan sesuatu. Tapi mungkin ia sudah berhadapan dengan banyak pencari kamar, pikirku.

"Mau yang seperti apa?"

"Apa memang ada pilihan?"

Eeit. Bunyi rem. Pak Legenda menghentikan becaknya di depan sebuah rumah besar tiga lantai. Dengan jelas terlihat petak-petak kamarnya, bersusun.

"Semuanya sudah komplit. Kamar mandi di dalam kamar. Cuci baju gratis. Sarapan sudah tersedia. Kamu hanya perlu menyediakan satu juta setengah per bulan. Kamu tidak akan sibuk lagi."

Aku menarik napas.

Pak Legenda naik lagi ke becaknya, ia mengayuh lagi. Ia seperti sudah tidak perlu penjelasan begitu melihatku menarik napas dalam.

Kami masuk kawasan pinggiran yang kanan kiri jalan ada saluran air yang tidak bersih. Saluran itu hanya digali. Di pinggirnya bertumpuh sampah. Kotoran manusia juga terlihat beberapa tumpuk dari pinggir aliran air got yang tak begitu deras.

Beberapa kali Pak Legenda harus menepikan becaknya karena ada orang yang lewat. Kulihat orang-orang di sana menegurnya. Dengan jelas mereka menyebut nama Pak Legenda. Artinya, ia sudah sering ke sini, pikirku.

Becak Pak Legenda memasuki lorong-lorong kecil dan benar-benar baru pertama ini kulihat. Aku sering membuang pandang karena melihat orang-orang yang buang hajat dipinggir jalan. Tidak peduli orang yang lalu lalang.

Eeit. Bunyi rem becak Pak Legenda.

"Di sini tiga puluh ribu sebulan. Air untuk sekali mandi dalam sehari, tak ada kakus."

"Jadi kalau buang hajat bagaimana?"

Pak Legenda tidak menjawab. Matanya memandang ke arahku.

Di depan kami melintas pengangkut sampah yang menebar bau yang menyengat. Aku menutup hidung.

Aku memilih naik lagi ke becak.

Pak Legenda kembali memutar becaknya. Ia kembali mengayuh. Ia menelusuri kawasan di sebelahnya. Kawasan ini juga kumuh, dan aku melihat banyak orang yang sedang buang hajat di saluran kecil yang mengalir air ke kampung sebelah.

"Air ini dipakai orang juga, Pak?"

"Ya, untuk semuanya, ya mencuci, ya mandi."

Aku bisa melihat di dalam saluran mengapung-ngapung kotoran manusia, bahkan bulu-bulu ayam. Pak Legenda mungkin tak memperhatikan aku sedang melihat kanan kiri air yang mengalir.

Pak Legenda terus saja mengayuh becaknya. Beberapa orang memberi kode jari tangan yang dilingkar.

"Apa artinya?" tanyaku.

"Penuh!"

"Bisa penuh juga ya lokasi ini?"

"Apa?"

"Lokasi seperti ini, bisa penuh juga ya?"

"Di sini tiga puluh ribu."

Becak Pak Legenda mengarah ke Jalan Abduh, lalu melewati Jalan Normal, sampai ke Jalan Sentral.

"Lha, kita ke mana, Pak?"

"Mengantarmu!"

Dalam hati, aku bertanya, kok tahu dia wisma tempatku menginap. Persis. Melewati gedung kesenian, ia belokkan becak ke halaman Wisma Sutra. Di sini aku berdiam untuk dua tiga malam sampai menemukan kamar indekos.

"Tak usah heran. Yang mencariku pasti nginap-nya di sini."

Aku tak berkata apa-apa. Di sini memang murah. Semalam hanya 30 ribu rupiah, dengan dua ranjang plus kasur yang sepertinya jarang dicuci. Bahkan, sebelum AC dinyalakan, aku mencium bau pesing yang sangat kental. Di sudut-sudut lantai puntung rokok berserakan.

Bagaimana bisa penghuni wisma membuang air kecil di mana-mana, pikirku. Atau ini seperti orang yang sedang berfantasi, melihat pasangannya yang sedang buang air kecil, pikirku lagi.

Entahlah.

"Aku balik, besok kuambil barangmu."

"Berapa, Pak?"

"Terserah kamu."

"Kok terserah saya. Bagaimana Bapak bisa makan kalau begitu?"

"Ah, makan itu kan tak ditentukan oleh kata terserah!"

"Bapak tidak makan?"

"Makan juga, tapi kata terserah tak mengurangi jatah makanku."

Kuambil selembar 50 ribu dan kukasih ke tangannya.

"Kurang lebih, Pak ya, maaf lho!"

Ia memasukkan uang ke sakunya. Tanpa dilihat. Dilirik pun tidak.

Segera ia mengayuh becak, membelah jalan sentral sampai hilang dari pandangan mata. Aku kembali masuk ke kamar wisma yang membuatku tak bisa makan. Aku hampir muntah berkali-kali dengan baunya. Bahkan di dinding bertuliskan kata-kata seronok, bergambar alat-alat kelamin dengan tinta pulpen.

Malam itu, aku benar-benar tidak bisa tidur. Baunya itu, membuatku tak bisa memejamkan mata.

Begitu azan subuh tiba, aku bangun mengambil wudu. Koran yang kubeli sudah kususun di lantai, di atasnya kugelar sajadah.

Tak berapa lama, Pak Legenda menjemputku. Kami membawa semua barang. Ia menghentikan becaknya di depan warung makan. Kami berdua makan, lalu menuju rumah di samping jembatan.

Semua barang dimasukkan ke kamar.

"Inilah kamarmu!"

Dindingnya beton yang sudah mulai terkelupas. Pintunya dari tripleks. Ada satu lemari, satu meja, satu kursi, satu kasur, satu bantal. Kamar persis di depan pintu. Kakus berada di belakang.

Aku memberi 20 ribu untuk Pak Legenda.

"Aku pamit!"

"Ya, Pak, terima kasih ya."

Aku langsung merebahkan badan di kasur yang sedikit padat. Mataku langsung terpejam. "Kamu harus jaga pintu kamar, jangan lupa menguncinya!"

Tiba-tiba aku terjaga menyaksikan pintu kamar sedang terbuka. Aku mimpi, pikirku, syukurlah. Lalu kulihat barang-barangku sudah tidak ada lagi.

(Banda Aceh)

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi