Jumat, 26 Desember 2008

MANUSIA KELELAWAR RESEP KEPENULISAN YATI SETIAWAN

Sutejo
Ponorogo Pos

Masih ada yang tersisa di balik pelepasan Budi Darma sebagai guru besar Unesa tanggal 8 Desember 2007 lalu. Di balik cerita para penulis macam Lang Fang, Yati Setiawan, Mashuri, Audex, Kurnia Fabiola, dan Budi Darma sendiri. Yati Setiawan, seorang ibu rumah tangga yang berkarya banyak bercerita tentang pengalaman kepenulisannya. Sebuah perjalanan yang menarik untuk dipelajari. Yati Setiawan sendiri adalah isteri dosen Unesa yang juga menulis: Wawan Setiawan.

Apa yang menarik dari pengakuan dalam seminar itu. Berikut yang dapat penulis refleksikan (a) bahwa dia banyak belajar menulis dari suaminya, (b) komunitas rumah penulis untuk share dan berbagi (filosofi komunitas penulis), (c) pentingnya motivasi yang kuat, (d) dia tidak paham sastra dan teori menulis, pokoknya menulis, (e) penulis itu seperti kelelawar, dan (f) pentingnya komunikasi dengan media melalui redaktur budayanya. Sebuah kejujuran –yang barangkali—menarik jika kita mau nyantrik pada pengalaman Yati Setiawan. Seorang ibu rumah tangga yang membanggakan.

Sebagaimana sering saya ungkapkan dalam berbagai kesempatan, menulis itu memang dapat dipelajari dari berbagai segi (a) bisa dari teks langsung sehingga kita terapkan jurus ATM (Amati, Tirukan, dan Modifikasikan) atau N3 (Niteni, Nirokne, dan Nambahi), (b) bisa dari akuan jujur proses kreatif para tokoh, dan (c) bisa berangkat dari seperangkat teori menulis sebagai penuntun. Mana yang paling efektif, tergantung pada karakter kita sebagai calon penulis.

Saya sendiri lebih menyukai langsung berjalan. Langsung praktik. Karena menulis itu seperti analog sisi kehidupan kita lainnya (a) menulis itu seperti naik sepeda, (b) menulis itu seperti berjalan, (c) menulis itu seperti merangkai bunga, dan (d) menulis itu seperti berkata. Dan seterusnya. Jika anak kecil yang baru berjalan diajari tentang teori berjalan dan berbicara, maka saya tidak dapat membayangkan apa yang terjadi. Tentu, jika Anda memiliki kesadaran hati untuk menulis maka akan memilih alternatif pertama dan kedua. Berangkat dari contoh langsung atau dari pengalaman yang menggerakkan dari penulis yang lain.

Apa yang menarik yang perlu direfleksikan dari pengalaman kreatif Yati Setiawan? Pertama, pengaruh suami yang penulis. Jika analog berikut kita terima, tentu sebenarnya saya punya saran lain: mungkin bukan suami beneran saja tetapi juga “suami bayangan”, boleh. Artinya suami yang bersifat imajinatif. Bukankah tidak banyak wanita yang beruntung dapat suami seorang penulis (karena itu, sebenarnya isteri adalah termasuk isteri yang beruntung). Kejujurannya yang luar biasa menimbulkan gelak tawa di ruang pelepasan guru besar Budi Darma. Dan memang, menulis butuh kejujuran.

Dengan kata lain, sebenarnya penting disadari dalam menumbuhkan kepenulisan “orang tercinta” adalah penggerak utama. Dan inilah pengalaman Yati. Orang tercinta boleh jadi memang tidak mengajari langsung seperti Wawan Setiawan, tetapi --bisa jadi— konteks tertentu hanya memancing imajinasi, ide, dan menyuntikkan gairah saja. Untuk terakhir ini, banyak terjadi: WS Rendra, Hamsad Rangkuti, Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, HU Mardiluhung, dan lain sebagainya. Persoalannya adalah bagaimana merawat pengalaman ini agar produktif? Jika mencintai orang lain maka salah satu hal menariknya adalah menyukai apa yang mereka sukai. Artinya, jika menulis adalah hal inspiratif dari kekasih, wah alangkah indahnya jika dapat bertemu di wilayah yang terbebas dari polisi asusila, aparat hukum, dan aturan agama. Sebuah wilayah cinta yang tidak terbatas karena memang cinta tidak terbatas. Sekat perkawinan, misalnya, hanyalah formalitas, rasa dan hati bisa tamasya seluas negeri pertiwi yang kita impi.
Sebuah pergulatan guru-murid yang mewaktu. Tak beruang, tak berselang. Tak bersekat, tak berkiblat. Alir dalam pergulatan “cinta bermakna”. Cinta yang menceritakan. Dalam logika kepenulisan potret Yati-Wawan Setiawan adalah idaman. Di sinilah sebuah wilayah pengembaraan luas seperti dua rajawali melihat dunia dari segala sisi dan segi.

Kedua, komunitas keluarga sebagai penulis memang sebuah keberuntungan besar. Keluarga Yati, sebagaimana banyak dikatakan orang adalah keluarga menulis. Meskipun sejak kecil praktis tidak ada orang yang berniat memutuskan diri menjadi penulis. Seringkali, menulis sebagai cita-cita alternatif setelah terpaksa. Setelah bidang-bidang lainnya tidak tergapai. Sayang, ideologi kita belum sampai pada ruh hidup ini. Untuk ini, komunikasi menulis di keluarga sungguh merupakan idaman penting. Anak-anak Yati Setiawan (dua orang), keduanya sampai sekarang aktif menulis di majalah muda Nova. Dan dia sendiri tulisannya banyak dimuat di majalah wanita seperti Kartini, Pertiw, Femina, dan Nova. Juga, di koran Surya, Surabaya Post dan Jawa Pos. Mengapa komunitas penting?

Pengalaman Yati adalah sebuah cermin menarik. Mereka saling dapat mengritik dan menilai, memberi masukan demi perbaikan sebuah tulisan. Dalam proses penulisan awal, Yati Setiawan, banyak didorong oleh kesabaran Wawan Setiawan yang tekun mengedit aspek kebahasaan karena memang pengalaman hidup Yati tidak memiliki pengalaman ini. Sebagaimana dituangkan dalam proses kreatifnya, Ketika Saya Memulai Menulis (makalah presentasi dalam seminar nasional tanggal 8 Desember 2007), Yati, begitu dekat dan berhutang pada suami dan anak-anaknya.

Ketiga, pentingnya motivasi yang kuat. Motivasi adalah pangkal. Tempat bermula dari segala asal. Motivasi kuat dengan sendirinya melahirkan etos kuat. Meski Yati tidak mencertikan motivasi dengan berbagai ragamnya, tentu maknawinya adalah rambah ke dalam macamnya. Motivasi internal meletup dari diri penulis, menggelora setiap kala. Sedangkan motivasi eksternal, tentu komunitas keluarga adalah panglimanya. Di samping idola Yati yang menggerakkan segala laku kepenulisan. Motivasi eksternal ini jika dieksplorasi bisa beragam macam: populeritas, honor, pengakuan, kekaguman, dan sebagainya. Untuk ini jika Anda memanfaatkan motivasi yang kuat bukan mustahil kenikmatan kepenulisan pada kalanya akan menghampiri Anda.

Keempat, ketidaktahuannya tentang teori menulis. Pokoknya menulis. Di sinilah beda praktisi dan teoritisi. Wilayah kepenulisan adalah dunia nyata sedangkan teori kepenulisan adalah dunia awang-awang tempat ruang mitologis yang banyak dibincang tetapi hilang pijak. Bersepakat dalam akuan ini, tentu, saran pentingnya adalah jika pengin menulis menulislah. Tuangkan saja. Di situlah pengalaman empirik akan jadi tongkat penuntun daripada bergayung pada perahu teori tetapi terdampar di karang kepenulisan yang terjal.

Di sisi lain, hal menarik yang dapat dipelajari dari penulis ini adalah sebuah perjalanan “manusia kelelawar”. Memang, penulis tidak jarang juga yang kemudian tidak bisa tidur di waktu malam (semacam imsomnia), kemudian dalam keadaan inilah motivasi menulis mengalir, termasuk laku lainnya yang mengiringinya: membaca. Penulis memang sering tidak bisa tidur, dan karena itu, sering melampiaskan dendamnya dengan membaca dan menulis. Sebuah wilayah keterasingan yang menarik manakala mau dan mampu mengoptimalkannya sebagai sarana penting pemupukan tumbuhan bernama tulisan.

Manusia kelelawar? Metaforik kelelawar ia akan “liar” dan kembara di waktu malam, istirah di siang yang terang. Banyak penulis memang yang gerak alir kepenulisannya terjadi di waktu lengang (malam). Tetapi, di sebagian penulis lain justru terjadi sebaliknya. Jangan lupa, makna ajarnya adalah keunikan adalah warna melekat di masing-masing penulis.

Pada sisi lain, ternyata, di balik pengakuan proses kreatif Yati Setiawan ada pengalaman unik tentang kedekatannya dengan redaktur media. Dengan demikian, meskipun seringkali redaktur mengaku tidak terpengaruh dengan nama dan orang paling tidak, hukum kemanusiaan tetap berjalan. Kalau memang layak, kenapa tidak. Dan, bisa jadi, satu hal yang menarik bisa jadi dapat didahulukan untuk kepentingan tertentu. Jika Anda pengin menulis maka mengenal media termasuk redakturnya bukanlah hal haram untuk dilakukan.

Hal itu dapat melahirkan dua keuntungan penting (a) lahirnya jaringan informasi dan karya, dan (b) lahirnya motivasi karena dekat pusat informasi. Persoalannya adalah bagaimana memanfaatkannya untuk pengembangan kepenulisan? Hal ini sangat berpulang dan bergantung pada kita sendiri. Yang menjadi masalah bagaimana cara membangunnya? Dalam berbagai even seringkali redaktur ini “turun gunung”, maka untuk menumbuhkannya karena itu pentingnya kita juga hadir dalam even-even sosial kepenulisan sebagai “kawah candradimuka”. Sebagai upaya membangun ghirah dan motivasi menulis dalam perjalanan yang mewaktu. Pergulatan ini mengingatkan pada pengalaman Hilman, Gola Gong, dan Arswendo Atmowiloto.

Apa yang dapat kita lakukan? Semuanya tergantung kekuatan lahir batin kita, karena semuanya memungkinkan untuk mendorong lahirnya motivasi menulis di satu sisi dan pada sisi lain akan melahirkan hal lain yang bersifat gerak. Merawat karakter manusia kelelawar tentunya akan menjadi pijar yang menggetarkan.
***

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi