Imamuddin SA
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/
Dewasa ini peranserta komunitas dalam kesusastraan sangat mendominasi. Dapat dikatakan komunitas merupakan sentral dari sastra. Komunitas adalah nyawanya. Konotasi nyawa berorientasi pada penyambung hidup. Jadi kehidupan kesusastraan di negeri ini akibat adanya peranserta komunitas-komunitas yang ada.
Mereka yang tergabung dalam komunitas sastra adalah orang-orang yang memiliki rasa senasib dan seperjuangan dalam membumisasikan serta menumbuhkembangkan kesusastraan yang ada. Ini adalah tujuan mereka. Tentunya dalam mencapai tujuan itu, mereka memiliki upaya-upaya tersendiri. Sehingga, komunitas sastra bukan sekadar label semata, namun yang menjadi prioritas utamanya adalah eksistensi dalam berkarya. Komunitas sastra tidak hanya tempat pecandu kopi ngumpul tanpa makna, tapi juga wahana pengkajian karya.
Proses pembumisasian sastra dapat dilakukan dengan jalan memasyarakatkan sastra pada masyarakat. Inilah yang seharusnya digarap oleh sebuah komunitas sastra. Perioritas utamanya adalah masyarakat mampu menghargai keberadaan karya sastra dalam lingkungannya. Bentuk penghargaan tersebut dapat berupa ketertarikan diri dalam membaca karya sastra. Masyarakat menjadi gandrung dan mengakrabi karya sastra. Istilahnya budaya membaca sastra dalam masyarakat.
Jika karya sastra telah memasyarakat, maka regenerasipun sangat mudah dilakukan. Sebab lahirnya seorang sastrawan kebanyakan bermula dari kegandrungannya dalam membaca karya sastra. Setelah itu baru tertarik untuk berproses kreatif sendiri. Dan dengan lahirnya sastrawan baru, maka khasanah kesusastraan semakin meningkat. Hal itu disebabkan oleh privasi individu yang berbeda-beda. Perbedaan itu akan menghasilkan satu bentuk karya sastra yang berbeda pula. Baik secara konsep, style, dan karakter yang dihasilkannya.
Namun apa yang terjadi belakangan ini? Kegandrungan masyarakat dalam kesusastraan sangat lemah. Karya sastra kurang diindahkan sehingga regenerasipun sulit terbentuk. Yang sungguh riskan adalah anggapan masyarakat bahwa karya sastra dan sastrawannya tidak lebih dari sebuah usaha yang berujung pada kesia-siaan saja. Bersastra adalah pekerjaan seorang pelamun. Orang yang hanya mampu berandai-andai saja.
Image semacam itulah yang harus dihapus dalam lingkungan kemasyarakatan. Dan ini merupakan PR besar bagi sebuah komunitas sastra. Mereka harus lebih greng dalam menyuarakan karya-karyanya dan memberi pemahaman kepada masyarakan akan hakekat karya sastra yang sesungguhnya. Sungguh, karya sastra dapat dikatan sebagai kitab suci kedua bagi pribadi seseorang setelah kitab suci agamanya. Sebab di dalam karya sastra juga terdapat nilai-nilai yang lebih yang dapat dijadikan sebagai pandangan hidup bagi seorang manusia. Namun di sini, kejelian dalam menginterpretasi masih menjadi warning utamanya. Sebab karya sastra kadang menyatakan suatu hal tapi untuk hal yang lain.
Usaha semacam itu harus ada dukungan dari beberapa pihak. Yang pertama adalah sastrawannya sendiri selaku motornya. Dan yang kedua adalah simpatisan masyarakat tertentu maupun pemerintahan yang berposisi sebagai penyangga berjalannya kegiatan; yang berkaitan dengan pembiayaan. Kalau tidak ada kerjasama yang solid antara kedua pihak tersebut, dapat dipastikan, sebuah komunitas tidak dapat berjalan dengan maksimal. Bahkan bisa jadi gulung tikar.
Cukup banyak komunitas yang ada di negeri ini. Meskipun cukup beraneka ragam kultur yang dibawa, tujuan mereka hanya satu; memasyarakatkan sastra. Katakan saja salah satunya adalah Komunitas Sastra Indonesia (KSI).
KSI merupakan sebuah komunitas yang cukup intens dalam menjalankan program kegiatannya. Hal itulah yang menyebabkannya tetap eksis hingga sekarang. Keberadaannya semakin meluas hingga melampaui wilayah regionalnya. Ia dapat dikatakan komunitas yang subur. Komunitas yang di dalamnya bernaung sastrawan-sastrawan yang cukup ternama. Misalkan Ahmadun Y. Herfanda, Eka Budianta Korrie Layun Rampan, Iwan Gunadi, Hudan Hidayat, Viddy AD Deary, Diah Hadaning, Wowok Hesti Prabowo, Habiburrahman El Shirazy dan kawan-kawan. Selain itu regenerasinya cukuplah banyak. Ada Mahdiduri, Iman Sembada, I Wayan Arthawa, Aris Kurniawan, Miranda Putri, Putu Satria Kusuma, Fatin Hamama, & lain-lain.
KSI bersifat terbuka untuk siapa saja. Sehingga Penghuni KSI pun berasal dari bermacam-macam lapisan masyarakat dan kultur sosial yang ada. Di antara penghuni KSI tersebut berasal dari kaum buruh pabrik, guru dan dosen, wartawan, hingga praktisi hukum. Mungkin keterbukaan tersebut sebagian dari penyebab semakin meluasnya cakupan dan jaringan KSI di negeri ini.
Keberadaan KSI dalam negeri ini cukup dapat dibilang menjanjikan. Ia berpeluang besar dalam memasyarakatkan sastra. Keberadaannya cukup diakui dalam lingkungan kemasyarakatan. Hal itu terbukti dari keberadaan dan keeksistensianya sejak berdiri (1996) hingga sekarang. Ia memiliki program-program tertentu dalam menumbuhkembangkan dan menasyarakatkan sastra yang intens dan berkala. Mulai dari penerbitan karya sastra (antologi puisi dan cerpen), lomba cipta karya sastra, diskusi sastra, pembuatan jurnal, dan sebagainya. Fenomena itulah yang tampaknya banyak menarik minat seseorang (sastrawan) untuk turut gabung dalam keanggotaannya, sehingga KSI memiliki cabang-cabang komunitas di luar daerahnya (Jakarta). Seperti Yogyakarta, Kudus, dan Banjarmasin.
Secara konkritnya, kegiatan yang pernah diselenggarakan KSI adalah pelatihan penulisan karya sastra, menyelenggarakan dan atau memfasilitasi pembacaan puisi, cerpen,, dan pementasan drama, penerbitan antologi puisi; Antologi Puisi Indonesia 1997, Indonesia Setengah Tiang karya Toto ST Radik, Rumah Panggung Di Kampung Halaman karya Wilson Tjandinegara, Presiden Dari Negeri Pabrik karya Wowok Hesti Prabowo, penerbitan Jurnal Angkatan, antologi Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, Sajak Klasik Dinasti Tang, Lelaki adalah Sebingkai Lukisan karya Jeanny Yap, Janji Berjumpa Di Pegunungan karya Ming Fang, buku 5 Tahun KSI: Antara Badai dan Hujan Kreatif, Perempuan Penyair Indonesia 2006, Menantimu Dalam Mimpi karya Kevin Zhang, Tuhan Adalah Perkara Karya Julius La Dossa, Romansa Pemintal Benang karya Khusnul Khuluqi. Selain kegiatan itu KSI juga menyelenggarakan pembinaan apresiasi sastra dan pemberian pemahaman tentang sastra kepada masyarakat, termasuk mayarakat sekolah. KSI juga mengadakan kegiatan penelitian pelbagai komunitas sastra di Jabotabek yang hasilnya adalah penerbitan buku bertajuk Pemetaan Komunitas Sastra di Jakarta. Ada lagi kegiatan yang lain seperti penyelenggaraan diskusi luar kota (Semarang, Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya), Debat Sastra dan Pertarungan Penyair Akhir Abad XX, memperingati hari puisi sedunia dengan menggelar acara pembacaan puisi di ruang terbuka Taman Martha Tiahahu dan di Terminal Blok M Jakarta Selatan. Mengadakan regenerasi sastrawan melalui sayembara penulisan karya sastra tingkat nasional dalam KSI Award (2001, 2002, dan 2003).
KSI Award 2001 berhasil menerbitkan antologi puisi yang berjudul Narasi 34 Jam; Antologi Puisi Antikekerasan KSI Award. Ksi Award 2002 berhasil menerbitkan karya yang berjudul Elegi Gerimis Pagi: Antologi Cerpen Mini KSI Award 2002. KSI Award 2003 adalah sayembara manuskrip puisi. KSI juga mengadakan sayembara penulisan cerpen tingkat nasional, pertunjukan karya sastra dan pemutaran film dokumenter tentang sastrawan, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh KSI. Termasuk penerbitan buku yang kesekian kalinya ini yang berjudul Komunitas Sastra Indonesia; Catatan Perjalanan.
Semua fenomena di atas berorientasi pada tindak penyuaraan identitas diri KSI dan jati diri KSI. Itu menunjukkan bahwa KSI benar-benar ada dan bereksistensi serta hidup. Sebab sesuatu dikatakan hidup apabila bereksistensi. Sedangkan sesuatu itu bereksistensi apabila ia memiliki inisiatif dan pergerakan. Ini senada dengan ungkapan Deskartes; Aku berfikir maka aku ada.
Dan saya kira, puncak dari usaha dalam menunjukkan identitas serta jati diri KSI adalah diterbitkannya buku yang berjudul Komunitas Sastra Indonesia; Catatan Perjalanan. Buku ini mengupas masalah perjalanan KSI saat bergelut dalam dunia sastra. Di dalamnya ada penjelasan tentang periode kepengurusan KSI mulai berdiri hingga periode 2006-2007. Selain itu juga menyajikan pahit getirnya fenomena kehidupan dalam dunia sastra. Masih banyak lagi cakupan lain yang kesemuanya dihadirkan dalam bentuk esai. Esai-esai tersebut kebanyakan bertumpu pada acara-acara diskusi yang telah diselenggarakan oleh KSI. Jelasnya mengarah pada eksistensi dan partisipasi KSI dalam membumisasikan sastra dan kepedulian sosial kemasyarakatan yang ada. Misalnya Sunami, Gempa Jogja, Banjir Besar, masalah buruh, & lain-lain. Di dalam buku itu juga disajikan karya-karya sastrawan jebolan KSI. Mulai dari karya-karya sastrawan regenerasi hingga sastrawan ternama yang tercakup di dalamnya (dalam bentuk cerpen dan puisi). Ini menunjukkan bahwa KSI bukan sekedar komunitas yang hanya bergerak membentuk kesadaran masyarakat dalam menghargai karya sastra namun ia juga berusaha menanam embrio ke-sastrawan-an.
Cukup jarang sebuah komunitas sanggup berjalan dan bereksistensi seperti itu. Apa lagi sanggup bertahan dan menjalankan kegiatanya selama itu (kurang lebih 12 tahun berjalan). Yang kebanyakan ada adalah berdiri dan hanya beberapa saat saja bertahan. Selanjutnya fakum sebab minimnya regenerasi dan pembiayaan operasional kegiatan. Bagi KSI, kemampuannya bertahan dan terus eksis hingga sekarang di tengah begitu mudahnya komunitas sastra tumbuh dan tumbang itu tak lepas dari kepercayaan yang besar terhadap keteduhan payung kekeluargaan. Keterbatasan dana, keterbatasan waktu yang dimiliki tak sedikit pengurus, dan keberagaman latar sosial anggota keluarga besar KSI seperti tak menjadi persoalan yang rumit ketika setiap kiprah selalu tak melupakan keinginan untuk bersilaturrahmi dan saling memahami. Perbedaan pendapat dan kesalahpahaman tentu tak terhindarkan. Walaupun mungkin masalah-masalah seperti itu ada yang tak terselesaikan secara tuntas, rasa persahabatan dan kekeluargaan yang besar akhirnya seperti menghapus semuanya dengan begitu saja seiring perjalanan waktu. Tentu saja, mereka yang tengah mencecap kemashuran juga berkenan mengangkat regenerasinya untuk tampil di muka.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar