Senin, 12 Januari 2009

''Sastra Ber-lawan'' dari Sisi Liar Penyair

http://www.balipost.co.id/
Judul : Otobiografi
Penulis : Saut Situmorang
Penerbit : [sic]
Cetakan : Noverber 2007
Tebal : 282 halaman
Peresensi: Yudhis M. Burhanuddin

BELAJAR seni, kata murid Nasar yang menetap di Legian Klod, seperti belajar silat. Belajar silat pertama-tama belajar teori dasar misalnya, jurus, menangkis, dan seterusnya. Semua teori dasar itu buyar ketika pesilat menghadapi lawan tanding dalam realitas sesungguhnya. Saut Situmorang, penyair yang lama melanglang-buana di dunia "pencak silat" teori susastra di Selandia Baru, membuyarkan teori susastra dalam realitas.

Dalam "Otobiografi" ini, ia lebih banyak menggunakan diksi dan idiom sehari-hari, yang bagi kebanyakan orang mungkin "jorok". Beberapa strata norma sastra ala Roman Ingarden pun, (tampaknya) diabaikan, meski pada beberapa puisinya, itu hadir; kemungkinan tidak disadarinya. Singkat kata, karya sastra-dalam-dirinya sebagaimana yang diusung mazhab New Criticism The Chicago School -- sebuah konvensi sastra yang banyak digunakan kritikus -- didobrak oleh Saut Sitomorang menjadi "sastra ber-lawan."

Frase puisi bagaimana pun dapat dibedakan dari frase nonpuitik. Misalnya lirik ini: ketaksempurnaanMu, kekasihKu/ manis dan indah/ sebiru rumputan/ di mana aku dulu melihatmu terbaring telanjang/ buat pertama kalinya/ di Taman Segala Awal itu. Salah satu larik puisi "kinda blue" ini menggunakan diksi dan idiom biasa, namun tetap terdengar indah dan menggugah karena di situ ada alegori sebagaimana dalam beberapa puisi lain yang dikelompokkannya sebagai puisi cinta.

Dengan kata lain, meski idiom dan diksinya biasa, namun idiom dan diksi biasa itu direkonsktruksi menjadi diksi dan idiom puisi. Puisi sebagai dokumen sosial, karena tidak bisa dilepaskan dari aspek verstehen-fenomenologi dan tidak pernah tercipta dalam ruang vakum sebagaimana rumusan Goldmann dan Lowelenthal misalnya, salah satunya bisa dilihat dari perspektif itu: merekonstruksi bahasa masyarakat awam menjadi bahasa puisi.

Seperti epistemologi, estetika ibarat hutan belantara dimana banyak pohon dan belukar di sana sehingga tafsir-tunggal tentangnya sulit ditentukan. Sesuatu yang "jorok", bahkan kehinaan dan derita, bisa menjadi sesuatu yang estetis di tangan seniman yang peka. Sastra pun demikian; ia adalah hutan belantara yang sulit ditafsir-tunggalkan. Banyak karya sastra yang menyublimasi kejorokan, kehinaan, derita dan perlawanan menjadi puisi, prosa, cerpen dan novel. Masalahnya memang, kritik sastra di Indonesia didominasi oleh kritik sastra Barat yang melulu menganggap kehinaan dan perlawanan sebagai sastra pamflet.

Sampai detik ini, kesusastraan Indonesia sangat bergantung pada legitimasi itu dan belum ada kritikus maupun akademisi sastra yang berani lantang berteriak bahwa, secara teoretis sastra merefleksikan bawah-sadar sastrawan yang tercipta akibat pergumulannya sehari-hari dengan situasi dan kondisi di mana ia berada, sehingga tidak mungkin ia melahirkan karya dari kondisi kevakuman ruang waktu. Yang bisa berbuat itu hanya Tuhan.

Ruang dan Waktu

Sebetulnya kaidah-kaidah susastra di Barat yang kini mendominasi dunia kritik sastra Indonesia bersifat relatif pada locus kesusastraan yang lain misalnya, kesusastraan Hindu-India dan Persia. Di dua peradaban ini, kritikus sastra Barat dengan malu-malu memperkenalkan konvensi sastra mereka yang celakanya dibabat-habis oleh sastrawan dan seniman dua peradaban besar itu karena mereka, pertama enggan menjadi pengekor, kedua merasa lebih dulu berperadaban.

Karya sastra erat kaitannya dengan konteks ruang dan waktu. Kumpulan syair "Gitanjali" Rabindranath Tagore yang mengantarkannya sebagai orang Asia pertama meraih Nobel Sastra mencerminkan verstehen-fenomenologi mistiskus Timur yang di Barat susah ditemukan mengingat basis kulturalnya logos-materialisme-sekuler. Trilogi Kairo Naguib Mahfoudz yang mengantarkannya meraih Nobel Sastra lebih menggambarkan kualitas verstehen-fenomenologi masyarakat post-kolonial Mesir.

Karya sastra Camus dan Sartre dikagumi kritikus sastra di Bali karena keduanya menyuguhkan verstehen-fenomenologi Aljazair yang post-kolonial. Nadine Gordimer meraih Nobel Sastra 1991 karena lebih banyak menulis politik apartheid di Afrika Selatan. Gabriel Garcia Marques pun demikian. Pramoedya Ananta Toer dinominasikan sebagai kandidat calon peraih Nobel Sastra karena karya-karyanya yang "ber-lawan". Bukankah Sutardji Calzoum Bachri mendobrak konvensi sastra Barat dengan membebaskan kata dari makna dan struktur karena diinspirasi sastra-tutur Timur yang disebut mantra?

Membaca "Otobiografi" Saut Situmorang ini lebih indah jika dilepaskan dari kaidah konvensi sastra. Ia, dalam beberapa puisinya yang dikelompokkannya puisi politik, menyuguhkan paradigma "sastra ber-lawan". Unsur estetiknya berada pada lapis makna verstehen-fenomenologi masyarakat post-kolonial Indonesia. Dalam puisi-puisi politiknya, ia menyuguhkan ironi masyarakat post-kolonial yang mempraktikkan psikologi kolonial kepada sesama anak bangsa. Itu misalnya bisa dilihat pada puisi "dari berita di sebuah majalah", "marsinah", "sajak sampah", "orang-orang lapar turun...", "bebek santet", "solilokui", "karaoke setan", "aku adalah mayat", dan "buat Fikar".

Bisa ditebak. Bagi kritikus sastra akademis, puisi-puisi Saut Situmorang ini dikategorikan sebagai sastra marxis atau pamflet. Begitulah mitos akademis yang berkembang dalam teori sastra Barat. Namun pertanyaannya, apakah karya sastra romantik-eksistensialis itu, misalnya puisi cinta, tragedi, dan semacamnya, juga tidak mem-pamflet-kan diri atas nama humanisme-universal yang malah cenderung-narsistik? Sekali lagi, sastra itu hutan belantara yang tidak bisa ditafsir-tunggalkan baik-buruknya oleh segelintir orang.

*) Mhs. S2 Unhi Denpasar.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi