Selasa, 05 Januari 2010

Mengajarkan Anak Jalanan Menulis Sastra

David Krisna Alka
http://www.sinarharapan.co.id/

Mengapa harus takut pada matahari
kepalkan tangan lawan teriknya
Mengapa harus takut pada malam hari,
nyalakan lilin sebagai penerangnya.
(Syair Anak Jalanan)

Adakalanya keterbatasan sulit untuk memaklumi keinginan memacu segala bentuk kreativitas pada anak-anak jalanan. Keterbatasan itu salah satunya adalah dalam bentuk ketakmampuan dari segi materi untuk meraihnya dengan mudah. Mereka berjalan di terik matahari, dalam dingin malam, dan di tengah kegalauan negeri yang membiarkan mereka terpaksa untuk patuh terhadap keterbatasan materi tersebut.

Sebenarnya anak-anak jalanan adalah anak-anak yang kreatif. Mereka mau menggali potensi yang mereka miliki, seperti berpuisi dan bernyanyi di dalam bis kota, di tengah kemacetan kota, dan di bawah lampu merah, dan mereka memiliki pengalaman hidup yang pahit dan unik. Dalam perjalanan kehidupan mereka, kerikil-kerikil tajam yang menghadang merupakan tantangan hidup yang mau tak mau harus mereka hadapi.

Pandangan keseharian yang sudah biasa terlihat di beberapa kota besar negeri ini yaitu, nyanyian duka anak-anak jalanan. Lantunan syair lagu yang mereka nyanyikan merupakan hiburan hidup yang berusaha menyenangkan hati dengan berpuisi dan bernyanyi, terkadang hanya dengan iringan denting kumpulan tutup botol. Banyak dari mereka yang sepulang sekolah pergi mengamen untuk membiayai keperluan sekolah dan banyak juga yang tak mampu sekolah karena sanak saudara sudah tiada.

Di sisi lain, anak-anak yang berkecukupan tengah asyik membaca dan menonton film Harry Potter, tanpa memikirkan apa yang akan di makan esok hari. Suatu hari, penulis pernah mendengar syair lagu yang dilantunkan pengamen yang usianya sekitar kurang lebih berumur lima tahun. Bait pertama syair itu kira-kira berbunyi, ”Aku ingin nyanyikan lagu, lagu tentang kemunafikan dan penindasan….”

Penulis menjadi merasakan betapa puitis dan menggigit sekali syair itu dan syair yang di atas. Mengapa para sastrawan belum mengajari mereka bagaimana menulis puisi atau cerpen. Apa yang dilakukan para pengurus majalah sastra Horison pada salah satu programnya Sastrawan masuk sekolah akan lebih berarti jika difokuskan juga bagaimana sastrawan membina anak-anak jalanan untuk berkreativitas dengan menulis karya sastra.

Anak-anak jalanan lebih banyak memiliki pengalaman yang getir dan imajinasi mereka bahkan lebih tajam untuk dituangkan dalam bentuk puisi atau cerpen. Keseharian yang menantang untuk dapat bertahan hidup di kota-kota besar akan dapat mengumpulkan memori pengalaman yang unik. Untuk itu, sudah seharusnya mereka dilatih bagaimana menuangkan pengalaman tersebut dalam bentuk curahan rasa dan kata yang mendalam, diajarkan untuk menuangkannya dalam bentuk karya sastra, minimal puisi.

Banyak sudah karya-karya sastra yang mengungkap fenomena sosial mengenai penindasan terhadap rakyat kecil, tetapi jarang sekali ada pembinaan terhadap mereka untuk dapat berkarya menciptakan karya sastra. Cerpenis Hudan Hidayat pernah melakukan pembinaan seperti itu dengan mengajarkan bawahan di kantornya untuk menulis cerpen, tetapi belum banyak yang mengikuti jejak Hudan, apalagi membina anak-anak jalanan menulis karya sastra.

Selain itu, para sastrawan khususnya yang telah ”mapan” cenderung untuk lebih mengurus diri sendiri walau dalam karyanya berkisar pada persoalan kemanusiaan. Meskipun sastrawan berjuang melalui karyanya, toh tak ada salahnya apabila melakukan penggalangan aksi mengajar menulis sastra kepada anak-anak jalanan. Tidak selamanya keluh-kesah sosial harus diperjualbelikan dengan bentuk karya sastra. Akan tetapi, bagaimana pengarang berguna selamanya bagi masyarakat dengan mengkader orang-orang yang lemah supaya mampu juga berkarya walau tak harus menjadi besar seperti mereka (sastrawan).
***

Selain itu, peran negara dalam program sosial kemanusiaan yang menitikberatkan pada kesejahteraan anak-anak terlantar, baik pendidikan maupun ekonomi sudah seharusnya dilaksanakan secara konkret dan berkelanjutan. Yang sering terjadi selama ini, penyelenggara negara sering terlarut dalam persoalan politik untuk kepentingan kelompok atau golongannya dan mengabaikan program-program sosial kemanusiaan terutama bagi anak-anak terlantar.

Peran negara untuk menciptakan kader-kader bangsa yang berkualitas kiranya tidaklah sebatas memanfaatkan momen dan menjalankan rutinitas perayaan aksi sosial yang semu semata. Namun lebih dari itu, penggalangan aksi sosial kemanusiaan dan pendidikan untuk kemandirian bagi anak-anak tersebut, harus terus diupayakan tanpa kepentingan mengharapkan simpati, atau ketika pemilihan umum, untuk menambah suara dari masyarakat. Negara dan lembaga sosial yang ada, menurut Moeslim Abdurrahman (1997) tampaknya negara lebih peduli memperjuangkan hak-hak masyarakat sebagai isu as a citizen dan as a consumer daripada memperjuangkan nasib orang-orang yang menderita sebagai as a worker atau as under-class citizen.

Selanjutnya peran negara dan sastrawan dalam masalah anak jalanan ini, dengan mengutip Bourdieu, Dr. Setya Yuwana dalam buku Kesenian Rakyat dalam Hegemoni Negara (2000), dalam konteks yang sama namun fokus yang berbeda, menyatakan ada tiga ruang yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Pertama, Medan kekuasaan (the field of power). Medan ini merupakan suatu perangkat ekonomi dan politik sebagai hasil kekuasaan yang pada akhirnya dipegang oleh kekuasaan konkret yang secara ruwet menjalankan kekuasaan tersebut. Keruwetan tersebut (interpretasi penulis) dapat dikaitkan dengan medan kekuasaan negara yang kebingungan bagaimana mengatasi ketimpangan sosial khususnya yang dialami anak-anak jalanan.

Kedua, medan sastra (literary field), suatu universum sosial di bidang estetika yang memiliki perangkat hubungannya sendiri. Ketiga, medan kebiasaan dalam penciptaan (the genesis of the producers habitus), yakni sikap yang dimiliki oleh masing-masing seniman (sastrawan), bagaimana ia berjuang menentukan posisinya berdasarkan persepsi pribadi.

Dalam hal ini, perjuangan para sastrawan tidak harus mengkonsolidasi kaum yang lemah untuk melakukan perlawanan fisik menuntut kesetaraan ekonomi kepada negara meskipun pengaruh eksternal kekuasaan negara (state power) dalam memberi ganjaran dan hukuman sulit dihindari. Lebih jauh lagi menurut Bourdieu (1993), pengaruh kekuasaan negara berbentuk dominasi atau penekanan (coercion) maupun kepemimpinan intelektual atau moral, kekuasaan itu masuk, mengatur bahkan menentukan genre sosial yang dipergelarkan berdasarkan ideologi yang mendominasi.

Akan tetapi, di bumi Indonesia yang katanya demokratis ini, rakyat tentu akan mendukung apabila para sastrawan memulai bentuk perlawanan tersebut dengan mengkonsolidasikan anak-anak jalanan untuk belajar menulis karya sastra, sebagai langkah strategis peran sastrawan dalam membantu memperbaiki nasib bangsa ini.

Meminjam bahasa sastrawan muda Saut Situmorang (2004), sebaiknya para sastrawan tidak dikesankan sebagai nabi kesepian yang sedang menghujat masyarakat sekitarnya, seakan-akan kebenaran moral yang secara tak sadar diklaim dengan semena-mena yang akhirnya membuat karya sastra tersebut gagal menjadi puitis tapi berhasil menjadi retorika. Oleh karena itu, lagu tentang kemunafikan dan penindasan yang dilantunkan oleh anak-anak jalanan itu hendaknya dapat menggugah kita semua. Amin.

*) Penyair dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta , Aktivis JIMM, Ketua Al-Maun Poetry Society dan Chief of Program CMM.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi