Sabtu, 27 Februari 2010

Membaca Aceh Dalam Sastra

Ahda Imran
http://www.pikiran-rakyat.com/

DALAM sejarahnya, Aceh tak pernah sepi dari perbincangan. Mulai dari kekayaan alamnya, masa lalu yang gemilang dengan sejumlah kerajaan besar, perlawanan rakyatnya terhadap kolonialisme, masa suram di tengah berbagai konflik, hingga bencana tsunami. Seluruhnya terekam dalam perkembangan karya sastra di Aceh, mulai sejak Hamzah Fanzuri, Nuruddin Ar-Raniry, Chik Pante Kulu, hingga generasi terkini, karya sastra Aceh merepresentasikan perkembangan sejarah yang menarik, baik sejarah ihwal Aceh dan kekayaan budayanya ataupun sejarah dalam kesusastraan itu sendiri.

Satu hal yang senantiasa tak lepas dari karya-karya sastra Aceh adalah perlawanan. Karya-karya perlawanan tak hanya muncul semasa kolonialisme Belanda, ketika “Hikayat Perang Sabil” karya Chik Pante Kulu menggerakkan seluruh rakyat untuk melakukan perlawanan. Bahkan hingga hari ini, semangat perlawanan terus terasa kuat dalam karya para sastrawan Aceh, termasuk perlawanan terhadap Jakarta semasa Orde Baru, menjadikan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM).

Tak ada satu pun antologi puisi karya para penyair Aceh, yang tidak menyuarakan perlawanan dan tuntutan terhadap keadilan. Di lain sisi, Aceh pun menghadirkan tangis ketika tsunami melanda di akhir tahun 2004 lalu. Sekali lagi, Aceh diliputi kemurungan yang amat terasa dalam sajak-sajak penyairnya yang terkumpul dalam antologi “Ziarah Ombak”.

Aceh dalam sejarah perkembangan kesusastraan Indonesia adalah sebuah keniscayaan. Tak hanya bersebab pada sejarah estetika pengucapannya, melainkan juga sejarah yang merepresentasikan fenomena kekuasaan yang berlangsung. Terakhir, sejarah Aceh hadir dalam lanskap bencana tsunami, perdamaian, dan perubahan besar, yang terjadi di tengah arus kehidupan sosial masyarakatnya.
**

MEMANDANG dan membaca kembali perkembangan sastra Aceh sebagai bagian dalam perkembangan sastra Indonesia inilah tampaknya yang hendak diusung oleh Aceh International Literary Festival di Banda Aceh, 5-7 Agustus 2009. Selain menghadirkan sejumlah sastrawan dari Jakarta, Medan, Yogyakarta, Solo, Bali, Bandung, Cirebon, dan Kudus, festival ini juga diikuti oleh para sastrawan dan peserta dari Italia, Austria, Australia, Cina, dan Malaysia. Selain pembacaan karya para sastrawan, festival ini juga menggelar seminar yang menghadirkan pembicara kritikus sastra Katrin Bandel dan Maman Mahayana serta penyair Aceh, D. Kemalawati.

Ketiga pembicara seminar meletakkan Aceh sebagai fokus perbincangan dengan berbagai konteks persinggungannya dalam isu kesusastraan Indonesia, termasuk ihwal politik sastra. Meski semangat perlawanan dalam karya-karya sastra Aceh tampaknya menjadi sorotan menarik, seperti mengemuka dalam pandangan Katrin Bandel. Merujuk pada sajak-sajak Fikar W. Eda, Katrin melihat bahwa ada semacam semangat perlawanan yang sama antara puisi-puisi Fikar dan Wiji Thukul.

“Hanya saja, jika Wiji Thukul menggunakan sajaknya untuk menyuarakan perlawanan suatu kelas yang ditindas oleh sebuah rezim kekuasaan, maka semangat perlawanan dalam sajak Fikar W. Eda lebih pada perlawanan suatu etnis yang diperlakukan tidak adil, bukan pada kelas sebagaimana Wiji Thukul,” ujar Katrin.

Sementara itu, Maman Mahayana lebih menyarankan pada pembacaan ihwal sejarah perkembangan sastra Aceh di hadapan berbagai situasi. Ada tiga konteks perkembangan yang coba diamati Maman, dari mulai masa kolonialisme, Orde Baru, dan DOM. Dalam amatannya, Aceh dan tsunami telah menjadi ruang bagi babak penyadaran bahwa segala konflik berdarah mesti dihentikan.

“Tentara, polisi, GAM, guru, penyair, PNS, sampai pedagang, sesungguhnya hanyalah label profesi. Ia melekat pada manusia Aceh, manusia Indonesia, yang ingin menjalan hidup sebagai manusia bermartabat. Lalu mengapa pula label itu dimaknai sebagai sumber perbedaan yang berujung pada pertumpahan darah? Aceh kini bukan lagi milik aku atau engkau, kami atau mereka. Aceh adalah kita dan kita adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan Aceh,” ungkap Maman.

Merujuk pada antologi “Ziarah Ombak” yang memuat 130 puisi karya 48 penyair Aceh, Maman memandang, bagi para penyair Aceh, tsunami merupakan kedatangan yang penuh misteri karena misteri itu menutup seluruh jawaban, maka bagi posisi penyair di situ hadir untuk menyuarakan semacam persaksian, sekaligus menariknya ke dalam ruang-ruang refleksi.

Sejumlah besar puisi dalam antologi tersebut, menyimpan begitu banyak peristiwa yang bersumber pada satu kata: tsunami. Satu hal yang tersirat dari sejumlah persaksian para penyair dalam sajak-sajak mereka adalah betapa kesadaran akibat peristiwa itu hadir dengan berbagai latar belakang. Artinya, kesadaran itu tidak muncul begitu saja. Ada berbagai konteks sejarah yang diusung oleh kesadaran tersebut.

“Antologi ini bukan hanya mewartakan banyak hal tentang sebuah tragedi. Tapi juga membawa begitu banyak tumpukan kisah yang tak terucapkan. Ia menyimpan trauma yang juga berasal dari sejarah Aceh itu sendiri. Sejarah yang agung dan berdarah-darah,” ujar Maman, seraya meyakini bahwa sastra Indonesia tinggal menunggu lahirnya karya-karya sastrawan Aceh, yang bisa memberi penanda penting dalam perkembangan sastra Indonesia.

Tak berbeda dengan Maman Mahayana, D. Kemalawati banyak mengurai sejarah perkembangan kesusastraan Aceh, termasuk sejumlah karya yang mengangkat semangat perlawanan dan rasa sakit semasa DOM. Namun pada bagian lain, ia memaparkan kondisi perkembangan terkini dalam dinamika sastra di Aceh. Satu hal yang mungkin terasa mengejutkan adalah kenyataan bahwa baru kali inilah, pegiat sastra di Aceh bisa menerbitkan kumpulan puisi para penyair perempuan, “Lampion”. Tampaknya, inilah yang telah lama dimimpikan.

Sayangnya, D. Kemalawati tidak mengajak forum untuk menelisik sebab-musabab mengapa baru kali ini perempuan bisa tampil dalam sastra Aceh. Akan tetapi lepas dari soal itu, masa perdamaian memang telah membawa perkembangan sastra Aceh dalam kondisi yang menggembirakan, dari mulai munculnya para pegiat sastra yang mendirikan penerbit kecil-kecilan, hingga penghargaan terhadap para sastrawan. Namun demikian, seluruh perkembangan itu belum dibarengi oleh lahir dan tumbuhnya para kritikus sastra.***

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi