Ahmad Kekal Hamdani
http://ahmadkekalhamdani.blogspot.com/
kaum gelandangan yang mendengkur pulas seperti
huruf kanji kumal di emper-emper pertokoan cina
tak pernah terjamah tangan-tangan puisi kita
sebab tak mengandung nilai sastra
-Wiji Tukul
*
Tentu saya tidak pernah benar-benar ingat, kapan bermula pertemuan saya dengan sebuah buku. Buku yang kemudian membawa saya entah di alam mana saya pernah hidup. Di atas lembaran-lembaran dengan simbol-simbol aneh itu; sejarah, peristiwa dan tragedi seperti telah menjadi dirinya sendiri. Siapa menyangka, bahwa saya merasa mengenal nenek moyang lewat sebuah buku? Nama-nama kota yang belum pernah saya singgahi, bagaimana orang-orang di dalamnya berinteraksi, ada banyak hal dalam buku, dan tidak mudah menceritakan semua dengan perasaan gembira atau miris-perih terhadap itu semua. Tentu kau boleh tersenyum kecut, pun tiba-tiba memelukku! Seperti kita pernah dibesarkan dari aksara dan paragraf yang sama, sebuah sepatu boat, palu-arit, kaligrafi bertuliskan Allah, dan sepuntung rokok yang padam nyalanya.
Namun, setelah beberapa tahun saja saya berdiam di Yogyakarta, dengan akses buku-buku dan informasi yang deras mendera. Tiba-tiba saya semacam mual intuitif, kepekaan saya tiba-tiba tergantikan oleh data-data dan angka-angka yang busuk. Mulanya, mungkin karena tidak terbiasa. Tapi mengapa saya selau merasa mengidap rasa haus dan kelaparan yang tak wajar, perut saya terus saja memuntahkan segalanya. Dan sialnya, di sinilah letak kelebihan –bila tak mau dikatakan kekurangan- dari sebuah kota besar dengan tingkat penduduk yang padat, begitu banyak dengan pabrik-pabrik yang terus saja mendaur ulang buku-buku, membakarnya kembali dalam diskusi dan forum-forum yang ganjil, yang memiliki pintu dan jendela. Buku-buku itu semacam membawa sebuah pesta besar yang tidak pernah selesai dari masa lalu. Yang riuh, dan tidak saya temukan ketenangan di dalamnya.
Bila bumi ini memiliki dua buah kutub, utara dan selatan. Maka sebuah buku juga memiliki sebuah kutub, yakni timur dan barat. Buku terkadang memang membuat saya tahu tentang masa lalu, namun demikian ia juga tidak membantu saya bekerja untuk masa depan. Ia (buku) adalah ruang isolasi yang mempunyai elastisitas tersendiri dalam membangun wacana dan kenangan-kenangan dalam bentuk teks dan bagan-bagan yang rumit. Saya jadi berpikir, mengapa di negeri ini dipenuhi dengan pabrik-pabrik yang kotor dan jorok, sebab setiap waktu kita hanya melahirkan sarjana-sarjana yang mengkonsumsi buku tetapi tidak dapat keluar dari teks, sembari terus saja megikuti jargon sarjana filsuf barat –Derrida- yang mengatakan segala sesuatu ada di dalam teks! Sungguh, ini pertama kali saya merasa menyesal memasuki studi filsafat dan hanya terperangkap dengan buku-buku. Saya pun, tiba-tiba ingin mengingkari diri saya sendiri, yakni sebagai penyair yang menganggap teks sebagai jagad raya, tempat segala-galanya hidup! Saya ingin menulis dengan melebamkan ‘daging’, dan sesekali mengucurkan ‘darah’. Daripada slogan Derrida yang mengatakan “tak ada apa-apa kecuali teks” saya lebih memilih kata “hanya ada satu kata, lawan!” milik Wiji Tukul.
Ketika modernisme meletus di barat, orang-orang latah berlari ke barat. Ketika Posmodernisme juga menyala di barat, orang-orang juga kembali latah ikut-ikutan ‘ancur-ancuran’. Ada juga sebagian yang tenggelam dalam kemegahan imperium raja-raja masa lalu, kejayaan-kejayaan Islam dan lain sebagainya. Siapakah yang paling berjasa dalam hal ini, adalah buku. Adalah masa lalu yang melompat ke masa kini secara sepotong-potong dan sporadis. Bila Guevara mengatakan tidak ada kata menunggu dalam ‘revolusi’, sebab realitas memang selalu berubah, sebelum kau selesai berucap masa kini, kekinian tiba-tiba telah menjadi begitu tua rautnya. Bila filsuf dekonstruksionis menyamakan realitas dengan sebuah teks, bagi saya realitas memiliki perbedaan yang tajam dengan teks. Sebuah metafor, sampai kapanpun hanyalah menjadi dirinya sendiri yang berbeda dengan realitas objeknya.
**
Ada sebuah ruang pribadi yang tiba-tiba hendak menggelembung menjadi ruang sosial. Ada suara-suara dari masa lalu yang datang bertubi-tubi ke masa kini. Kekinian lantas menjadi absance karna dilapisi oleh melankolia sejarah dan utopia-utopia masa depan. Diri pribadi akan menjadi terbekap bila masa lalu dan masa depan menguasai kekiniannya, menjadi sebuah paradigma yang blong, dan luput dari kekinian. Semacam kampung halaman yang selalu mengikuti kemana pengembara pergi, kampung halaman yang dibikin dari masa lalu yang gemetar dan masa depan yang cemas. Itu sebabnya, sebagaimana manusia, harus mengatasi kenangannya. Manusia memang sebuah persimpangan, menjadi tempat telikung kesadaran-kesadaran alam yang hidup langgeng dari masa lampau ke masa depan yang tak ada. Menulis puisi adalah menjadi saat ini, di bumi ini.
Secara fitrah, dapatkah manusia lari dari kenangannya? Lari dari bayang-bayang yang dibiaskan cahaya di lekatnya? Manusia, hidup bersama kenangan bukan? Ia menjadi dirinya seperti apa yang ia kenang tentang dirinya! manusia membawa beban masa lalu dan mimpi masa depan yang bisa saja sangat sporadis dan tiba-tiba. Dengan itu, pertahanan manusia bukan persoalan bagaimana ia menerima ingatan, akan tetapi bagaimana ia mengatasi dan melampauinya. Manusia selain juga sebagai makhluk yang berpikir, yang bermain, yang bersaing dengan sesama, ia juga makluk yang mengingat dan melupa! Dalam hal ini, manusia terkadang hanyalah alat tampung kenangan-kenangan, sebuah lorong transmisi gelak tawa dan alir air mata.
Manusia Indonesia belum lepas dari politik segmentasi yang diciptakan oleh kolonialisme. Sebuah pembayangan yang menjurus pada pembentukan dan penetapan (fixity) tentang bagaimana barat menyuntikkan imajinasi itu ke dalam pikiran kita. Itu sebabnya, banyak dari karya sastra hanya adalah melankolia dari keperihan-keperihan itu, termasuk puisi-puisi saya yang justru saya sadari ketika ia menjadi antologi seperti sekarang ini “Rembulan di Taman Kabaret”. Apakah ini sebuah kesalahan? tentu saya tidak dapat melegitimasinya begitu saja. Ingatan-ingatan traumatik memang tidak bisa lenyap begitu saja, ia membutuhkan semacam trapi psikis akan sejarah ke-Indonesia-an yang lebih jujur. Saya merasa hidup di masa kini yang terus berlari dan tidak terpegang, sebuah konstelasi kejadian yang surup ke ke-terlampau-an.
Dan ketika senja berangkat, batin saya seperti merasai bahwa saya lahir dari generasi yang hilang. Masa kini, tidak kalah asingnya dari masa lalu yang saya temui di buku-buku, dalam catatan dan ceritera yang ditiupkan angin ke kisi-kisi ingatan. Merubah kehidupan, melampaui sejarah dan kenangan-kenangan tidak cukup dengan hanya menulis puisi, tetapi tenggelam di dalamnya, dalam hidup yang estetik dan tragik. Saya ingin menutup catatan ini dengan sebuah bait dari Pope’s Odissey yang juga dikutip oleh Ivanhoe dalam novel klasik ‘Sir Walter Scott’:
begitulah mereka bicara; dan ke kolong kubahnya yang hina
babi-babi kenyang itu pun pulang bersama petang.
ke kandang, dengan terpaksa, dengan enggan,
ditingkah pekik riuh rendah, pekik tak sedap
Yogyakarta, 2010
***
Keterangan: Disampaikan dalam diskusi dan bedah buku “Rembulan di Taman Kabaret” di UNIJOYO 2010.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar