Mustofa W. Hasyim
http://www.jawapos.co.id/
MANUSIA memerlukan impian. Yaitu, imajinasi tentang masa depan. Mengapa? Sebab, impian adalah ruang bagi hadir dan berbiaknya benih harapan. Makin lebar dan luas ruang impian, makin mudah bagi seseorang membiakkan harapannya dan makin mudah baginya untuk menjelajahi masa depan. Imajinasi masa depan dapat menjadi tampak lebih nyata dan tidak samar-samar lagi. Dengan demikian, ini bisa menjadi rujukan manusia dalam melangkahkan hidupnya.
Dalam sebuah kisah sukses, tokoh sekaliber Mas Agung, ketika menjadi pedagang kecil, di rumahnya dia sudah menyimpan maket toko besar. Maket toko besar yang menjadi wujud impiannya itu tiap hari dia tatap mantap-mantap dan dia yakin-yakinkan kepada dirinya bahwa suatu hari akan menjadi kenyataan. Betul, dia mampu mewujudkan impiannya dan mampu membiakkan harapannya menjadi sesuatu yang secara nyata dapat dia rasakan sebagai sukses hidup itu.
Bayangkan jika manusia tidak memiliki atau tidak mampu membangun impiannya. Dia akan terperangkap, bahkan terpenjara dalam kenyataan sehari-hari. Dia akan mirip binatang yang terperosok ke dalam perigi atau sumur dalam. Dia tidak mampu lagi melihat luasnya cakrawala dan langit pun hanya tampak sepotong lingkaran yang sempit. Selama-lamanya, sampai akhir hayat akan tetap berada di situ. Mata rantai nasib buruk pun menjeratnya sampai di ujung waktu. Mata rantai nasib buruk yang merupakan wujud negatif dari imajinasi kenyataan hari ini bisa menjangkau ke masa depan yang gelap manakala dibiarkan berkuasa dan menindas manusia tanpa ampun.
Salah satu energi dahsyat yang luar biasa, yang tersembunyi di balik hadirnya impian adalah kemampuannya untuk memutus dan mematahkan mata rantai nasib buruk itu. Ini dapat dilihat dari kisah Nur, tokoh dalam novel yang diadaptasi dari sebuah film dengan judul yang sama ini. Nur punya ibu bernama Sekar yang pernah punya suami bernama Prakosa yang kerjaannya menyakiti perempuan sampai akhirnya bercerai. Lalu, Sekar punya ibu bernama Murni dan ayah bernama Susilo.
Kakek Nur suatu hari meninggal tertimpa reruntuhan tanah ketika menggali bahan gerabah di desanya. Nenek Nur bekerja di sebuah pabrik keramik dan ditindas oleh juragannya. Ibu Nur, Sekar, kemudian mengajak anak semata wayangnya tersebut ke kota.
Mata rantai nasib buruk yang tergelar sejak kakek dan neneknya itu pasti akan terus membelenggu Nur selama hidup jika dia hanya pasrah. Pasrah menjadi anak seorang perempuan tukang cuci belaka. Tetapi, Nur tidak demikian. Dia membangun impian. Ibunya juga membimbing agar impian itu tidak rapuh dihajar oleh kemalangan demi kemalangan. Termasuk, ketika suatu hari ibu Nur sakit parah, terkena kanker getah bening sehingga harus dioperasi.
Nur yang sedang senang-senangnya kuliah terpaksa cuti kuliah. Untuk membiayai operasi ibunya, Nur terpaksa berutang kepada Pak Roni, lintah darat yang ternyata merangkap lelaki begundal. Suatu hari Pak Roni nyaris memperkosa Nur. Selain itu, Nur terpaksa menggadaikan kalung pemberian neneknya untuk membiayai operasi ibunya.
Semua seperti buntu. Nur mencoba mencari kerja. Dia pernah terkecoh temannya. Dia dicarikan kerja di tempat hiburan. Untung, dia selalu dapat membela kehormatan dirinya. Karena tidak tahan, dia keluar dari tempat hiburan itu. Akibatnya, Nur kembali berhadapan dengan masalah yang makin membuat hidup terasa makin pahit. Uang untuk kuliah belum tersedia, utang belum terlunasi. Untung, setelah sembuh, ibu Nur bisa melanjutkan kerja dengan membuka kembali jasa laundry di kampung.
Di kampung tempat tinggal Nur, terdapat terminal nasib, di mana banyak orang terdampar di situ ketika malam. Yaitu, sebuah kedai minum bernama Kedai Madrim. Di tempat itu, hadir bermacam-macam manusia. Para pecundang nasib yang biasa menggantang asap alias bermimpi, tetapi mimpi yang tidak produktif karena hanya menghasilkan bualan demi bualan kosong belaka.
Tetapi, di tempat itu pula ada manusia yang memilih menjadi pemenang kehidupan karena dia berani membangun impian yang produktif. Impian yang membangkitkan semangat untuk bekerja keras. Salah satu di antaranya adalah lelaki muda bernama Dian.
Nur berkenalan dengan Dian. Lewat pertengkaran dan salah paham yang lumayan beriku-liku, mereka kian dekat. Apalagi, Dianlah yang pernah menolong Nur ketika ibunya sakit dan dioperasi. Lelaki tersebut meminjami uang dan Nur menyerahkan kalung pemberian neneknya untuk jaminan.
Ibu Nur, ketika kecil pernah punya impian membangun istana untuk kehidupannya. Nur tahu itu. Dia punya cita-cita luhur untuk membahagiakan ibunya. Dengan membangun impian, hidup sukses lewat kerja keras. Tetapi, memang tidak mudah mewujudkan impian semacam itu.
Di sinilah kelebihan novel ini. Detik demi detik, proses demi proses, dan penderitaan demi penderitaan sebagai bagian tak terpisahkan untuk menebus impian itu diracik lewat adegan demi adegan yang menegangkan. Muncul begitu banyak bumbu jenaka di sana-sini. Abidah mampu menghadirkan novel gaul ini pas dengan bahasa dan plesetan anak muda zaman sekarang.
Hidup memang serius, impian memang serius, dan harapan bukan masalah sepele. Tetapi, untuk memasuki hidup, menebus mimpi, dan mewujudkan harapan, caranya tidak perlu dengan full speed atau full stress. Ibarat menyetir mobil, agar tujuan tercapai, pengemudi harus piawai memainkan gas, rem, dan setir itu sendiri. Sekali-sekali membunyikan klakson dan mendengarkan lagu Koes Plus atau lagu campur sari penyedap kuping.
Nur pun hadir dalam suasana yang seperti itu. Inilah yang justru kemudian mendewasakan dirinya. Pengalaman demi pengalaman hidup yang mendebarkan, mencemaskan, bermain silih berganti dengan pengalaman manis. Selain itu, banyak tanjakan duka menghadang jalan hidupnya. Sebagai perempuan, dia ditempa oleh semua itu. Tanpa sadar, dia mampu membangun jiwanya, membangun pribadinya menjadi perempuan kokoh.
Lantas, di mana Nur menemukan sumber energi untuk mematahkan mata rantai nasib buruk itu? Doa ibu, jelas. Harapan nenek yang muncul dalam simbol kalung juga jelas. Bacaan tentang surat-surat Kartini, nah ini yang penting. Ia mampu memompa semangat Nur karena dia suka membaca buku. Termasuk, surat-surat Kartini yang dia rasakan inspiratif. Juga cinta. Benarkah? Benarkah dia kemudian mampu menjalin hubungan cinta dengan Dian, lalu keduanya bersama-sama melaju ke perahu sukses sampai ke balik cakrawala nasib? (*)
Judul Buku: Menebus Impian
Penulis: Abidah El Khaliqy
Penerbit: Qalbiymedia (Q-Med), Jogjakarta
Cetakan: Pertama, 2010
Tebal: viii+ 304 halaman
*) Penyair tinggal di Jogjakarta.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar