Dwi S. Wibowo
http://sastrasaya.blogspot.com/
Sehari. Aku bermimpi aku jadi manusia, Dada. Sehari.
Dada. Sehari. (Afrizal Malna: “dada”)
Naomi srikandi, dalam pengantarnya (Manusia Grogi Mebaca Puisi-Puisi Afrizal Malna) dalam acara launching buku kumpulan puisi afrizal malna yang dicetak ulang oleh penerbit omah sore menyebut bahwasanya membaca puisi-puisi afrizal malna adalah keluar dari taman bacaan sastra yang manyajikan keindahan namun memasuki tong sampah, toilet umum, dan slogan-slogan busuk yang terpampang di kota-kota. Yang justru menyajikan kesan spontan yang acak adul. Tidak seperti kebanyakan penyair lain yang betah berlama-lama membuai diri dalam kenikmatan berbahasa, afrizal justru terkesan meledak-ledak dalam ekspresi berbahasa dalam sajak-sajaknya akan kita jumpai metafor-metafor yang terlampau jauh. Bahkan bisa jadi akan sangat susah dicerna, karena memang kerap kali dalam puisi-puisi afrizal malna terdapat simbolisme-simbolisme yang bisa dibilang baru. Sehingga akan lebih terasa bahwa puisi-puisi afrizal malna sekedar menampilkan imaji-imaji visual yang mengajak pembaca ke sebuah dunia baru yang benar-benar asing dari kenyataan, dan bukan menampilkan pesan-pesan yang ingin disampaikan didalamnya.
Dalam kumpulan puisi Abad Yang Berlari, kita akan menemukan puisi berjudul “dada” yang salah satu baitnya berisi begini:
Dada
Sehari. Waktu tidak menanam apa-apa, dada. Hanya hidup, hanya hidup membaca diri sendiri; seperti anakanak membaca, seperti anak-anak bertanya. Menulis, dada. Menulis kenapa harus menulis, bagaimana harus menulis, bagaimana harus ditulis. Orang-orang menjauh dari setiap yang bergerak, dada;seperti menakuti setiap yang dibaca dan ditulisnya sendiri. Membaca jadi mengapa mebaca. Menulis jadi mengapa menulis.
Dalam satu bait puisi di atas terdapat tiga kata “dada”, dan penempatan diksi tersebut yang sepertinya tidak mengarah pada fungsi dada sebagai salah satu organ manusia, sebagai objek mati, namun justru afrizal malna meletakkan kata “dada” sebagai sebuah objek yang hidup seperti halnya menyebut nama orang. Saya sempat menerka demikian, namun perlakuan afrizal malna terhadap diksi “dada” yang demikian tidak hanya dalam puisi “dada” saja namun saya juga menemukannya dalam puisi “abad yang berlari”. Ada kalimat yang berbunyi begini:
Dada yang bekerja di dalam waktu
Di sinipun dada diperlakukan sebagai sebuah subjek hidup yang nyata bekerja. Bisa dibilang ini merupakan metafor yang tidak lazim dipakai dalam puisi di indonesia yang akan lebih banyak mengeksplorasi benda mati untuk dihidupkan dalam bait, bukan terhadap organ-organ manusia yang bisa dibilang benda hidup namun tidak dapat sepenuhnya hidup sebagai objek dalam perilaku berbahasa. Meskipun ada juga penyair lain yang juga mencoba menghidupkan organ-organ manusia, yaitu gus tf, semisal dalam puisinya yang bertajuk “daging akar”, namun di dalam puisi tersebut gus tf tidak mampu sepenuhnya menghidupkan daging menjadi subjek yang seratus persen hidup yang berlaku sesuai fungsinya sebagai subjek, daging dalam puisi gus tf hanya menjadi bulan-bulan untuk hidup namun juga menghidupi kata lain dalam puisi itu untuk menyusun metafor yang indah. Dalam kumpulan puisi Abad Yang Berlari afrizal malna melakukan banyak sekali eksplorasi semacam itu. Jadi semacam terjadi proses totalisasi yang berpusat pada subjek dalam puisi afrizal malna, tempat segala objek menjadi subjek, ekspresi suasana hati manusia. Di situ kita menyaksikan sebuah personifikasi subjek, sebuah antroposentrisme (faruk:150). Kumpulan puisi Abad Yang Berlari menampung banyak sekali diksi “dada” mulai dari puisi yang berjudul “dada”, “tanah dada”, sampai “dia hanya dada”. Nampaknya afrizal malna begitu terpesona pada dada hingga ia enggan untuk berjauhan dari dada.
Setelah saya membaca usai buku kumpulan puisi tersebut, ternyata saya menjumpai bahwasanya afrizal tidak hanya mencintai dada, namun ada beberapa diksi yang juga ia perlakukan sama halnya dengan “dada”, melakukan proses antroposentrisme, proses personifikasi subjek. Metafor lain yang ia gunakan ialah “televisi” dan “palu”. Penggunaan metafor “televisi” ini saya pikir menjadi unik karena hampir setiap pemakaiannya, afrizal seperti ingin menyampaikan sesuatu, kalau boleh saya bilang kekaguman terhadap fenomena keluarnya televisi di era 80-an
Yang barangkali masih menjadi benda langka kala itu. Misalnya dalam peutup puisi “lembu yang berjalan” terdapat kalimat seperti ini:
Angin telah pergi, tidak lagi ucapkan kotamu, tak lagi ucapkan namamu. Aku bersalaman. Mengecup pesawat TV sendiri… tak ada lagi, berita manusia.
Televisi seperti merenggut sebagian besar perhatian manusia, manusia tidak lagi berpikir nama, tidak lagi berpikir tempat. Semua telah terenggut televisi. Atau juga dalam puisi “chanel 00” yang sangant pendek,begini bunyinya:
Chanel 00
Sebentar.
Saya sedang bunuh diri.
Teruslah mengaji dalam televisi berdarah itu, bunga.
1983
Unik sekali, pendek namun betapa jelas menggambarkan imaji visual. Afrizal malna merupakan penyair yang cukup peka dengan fenomena sosial di sekitarnya, pemakaian metafor “televisi” sendiri merupakan bagian dari kepekaannya melihat fenomena masyarakat tahun 80-an yang deigemparkan oleh munculnya pesawat televisi. Sedangkan penggunaan metafor “palu” hanya saya dapati pada puisi “abad yang berlari” :
Abad Yang Berlari
Palu. Waktu tak mau berhenti, palu. Waktu tak mau berhenti. Seribu jam menunjuk waktuyang berbeda-beda. Semua berjalan sendiri-sendiri, palu.
Sama halnya dengan pemakaian metafor “dada”, metafor “palu” digunakan dengan proses antroposentrisme, personifikasi subjek secara total. Dan uniknya lagi, “dada”, “palu” selalu dikombinasikan dengan waktu. Nampaknya afrizal hendak menyampaikan bahwasanya waktu dalam dada sama dengan palu yang memukul-mukul paku (ini hanya terkaan saya saja).
Mengutip K.L. Junandharu dalam sebuah diskusi di yayasan umar kayam, (desember 2009). Bahwasanya afrizal malna menulis puisi yang bertujuan untuk melampaui hukum-hukum kausalitas temporal yang niscaya pada suatu puisi, dan memimpikan satu puisi dimana efek-efek penyejajaran dan keserempakan bisa tercipta. Afrizal malna tidak sekedar mengacak semiotika bahasa, namun ia membawa konsep dasar untuk manampilkan imaji-imaji visual yang baru dan segar lewat pemakaian simbol-simbol dalam metafor-metafornya. Terlepas dari itu semua, Abad Yang Berlari memberikan banyak sekali memberikan petualangan baru dalam ranah bahasa, sebuah permainan yang menarik seperti bermain ski di kepala afrizal yang botak, salah langkah sedikit dalam upaya memahaminya bisa terjebak dalam longsor salju tanda tanya yang mengejar dengan kecepatan ratusan mph dan siap mengubur hidup-hidup.
_ , Yogyakarta, 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar