Minggu, 30 Mei 2010

Jagat “Umup” dari Puisi-puisi yang Ber“gedombrang”

Fahrudin Nasrulloh*
http://www.facebook.com/people/Fahrudin-Nasrulloh/1033640669

Gerombolan kadal merayap
Kecemplung di seteko kopi
Kebal-kebul dihembus asap
Oi oi oi, dipelantingkan puisi

Kumpulan puisi ini diterakan dengan judul Secangkir Kopi Pahit di Negri Kadal dari karya dua penyair: Saiful Bakri dan Sosiawan Leak. Kesan pertama saat membaca judul itu, saya ingin mengarung di pusaran kopi yang berlumpur-lumpur dengan racikan lumayan pahit (kadang asyik juga dengan kepahitan tanpa gula yang bersebut: “satanic coffe”) yang bisa memoncrotkan lidah saya agar daya hidup yang seringkali digentarkan hidup itu sendiri bisa dikuatkan karenanya. Lamat-lamat saya jadi teringat film Coffee and Cigaret yang digarap Stanley Kubrick. Ada sekitar sembilan fragmen, dengan tokoh-tokoh perokok dan penggemar kopi yang ampuh yang digelut persoalan masing-masing, dengan tema yang sangat-sangat sepele. Sebuah mistik keseharian, ibarat sehampar puisi kehidupan yang kini bergelayutan sendiri dalam rekaman ingatan saya.

Peristiwa-peristiwa yang panjang dan bercecabang, sekali waktu si Bakri ini melunasinya bersama saya, Abdul Malik, Jabbar Abdullah dan kawan-kawan lain untuk ngopi kabudayan semisal di warkop Mbah Mo, atau Yu Mijang di belakang Samsat Moker (baca: Mojokerto), atau warkop Kang Nawi, atau di Mbak Yani langganannya Pak Edy Karya, atau di warkop Mas Yayak di barat gubuk Dewan Kesenian Moker. Kita selalu ngobrol banyak hal dan ngakak tentang keglethekan kehidupan seniman yang kerap sumpek mikir berkarya dan kembara diri yang terus mengalir sebab entah, tak henti-henti.

Lalu, adakah warkop yang jos bargojos juga di “Negri Kadal”? Waaah, saya kepingin pol mencobanya, jika memang ada. Atau anggap saja memang ada. Atau sementara, bacalah dengan sumringah puisi berumbul “Negri Kadal”nya Sosiawan Leak. Atau, malah, Mas Leak, juga telah membikin warkop dengan cita rasa dari peresan kadal-kadal dari berbagai penjuru benua? Ada kadal Jawa yang mulus menggairah, ada kadal gurun Afrika yang kulitnya blentong-blentong dan lancip-lancip, ada kadal India yang bisa berjoget ala lagu “tumpasen Ae”, atau kadal ganasnya politikus busuk yang suka mengadali wong cilik, de el-el. Dan di depan warkopnya Leak, jika suatu saat hidupnya terdesak entah oleh apa lalu berhenti nulis puisi, ia boleh saja memasang plakat di warkopnya tersebut dengan tulisan: “Warkop Negri Kadal Top Markotop”. Pasti, tidak hanya kaum penyair yang kere yang berkeruyukan dan berkongkow-kongkow di sana.

Lepas dari lanturan wel geduwel beh itu, dua penyair di kumpulan puisi ini menyajikan sajak-sajak yang tampaknya seperti memeram sepercik perlawanan. Semacam sajak-sajak protes. Protes atas keterpurukan diri dan atas sebab di luar diri. Perlawanan pada penguasa, sistem yang korup, prilaku elit penguasa yang gak patheken, kepincangan sosial, ambruknya etika, pahitnya romansa cinta, ketertindasan kaum buruh, industrialisme yang mengoyak-moyak, kapitalisme dan hegemoni cukong-cukong yang memecundangi rakyat, de el-el. Kita bisa menyimak aneka nuansa tersebut pada enam puisi Saiful Bakri: “Kopi Pahit”, “Bangunan Itu”, “Inilah…..”, “Susi”, “Patah Hatiku”, “Kami Datang”, “Hmmm…….”.

Dalam “Kopi Pahit”, terasa ada yang umup atau mendidih bergolak-golak di sana. Dunia yang mengumup di kepala. Di aliran darah. Tak keluar lewat lubang mana pun. Air didihnya terus munclak-munclak. Menciprat-ciprat. Di benak terdalam si penyairnya yang, beberapa tahun lampau merasakan berat-perihnya menjadi buruh, meski kini jadi guru. Buruh dan guru, telah mengendap kuat, beban terpikul dari kerasnya hidup, mengintrusi dunia kesehariannya yang coba terus dimaknai dan diperjuangkannya lewat puisi-puisinya. Mari longok penggalan bait “Kopi Pahit” ini:

Lampu jalanan telah melahirkan bayang bayang
Di pojok rumah sakit bersandar warung kopi
Milik Kang Nawi yang bermodal uang PHK
Seperti hari hari biasanya
Warung Kang Nawi menjadi forum yang terbuka
Meski kadang ada beberapa mata elang
Yang memandang dengan curiga

Setali tiga kutang (atau uang juga boleh), Leak pun menghadirkan tiga sajaknya: “Dunia Bogambola”, “Negri Kadal” dan “Aku Tulis Puisi”. Simak saja penggalan “Negri Kadal” ini:

negri kami negri kadal
negri yang tidak pernah sepi dari juluran lidah
menjelma dasi, panji-panji hingga janji-janji
yang selalu terpelanting bacinnya ludah.

Yang umup dan melarut, dari sajak tersebut, adalah rasa “didih” yang moncer dengan pekikan yang coba digelontorkan agar siapa saja kuasa mendengar. Seperti kilat, asal jangan coba dijilat. Nanti ada yang terpelanting bacinnya ludah. Puisi ini saya ibaratkan bak musik dari orkestra dunia dapur yang bergedombrangan: suara-suara dari barang-barang pecah-belah di dalam rumah puisinya, sebagai bentuk protes atas segala yang dianggap si penyair bahwa problematik ke-Indonesia-an terkini benar-benar mengalami keamburadulan dan kebobrokan yang gawat sekaligus mencekam.

Puisi-puisi kedua penyair ini tidak mengajak pembaca untuk berkerut kening. Sajak-sajak yang biasa-biasa saja. Sekali baca langsung paham. Biasa-biasa dalam artian ada kebebasan untuk menyuarakan apa pun isi hati dengan daya naratif-faktual, konkrit, dan berbicara atas nama peristiwa yang kemudian dielaborasikannya. Puisi-puisi yang bak corong mikropon pengumuman yang menghadirkan pesan singkat yang gamblang dan mudah ditangkap. Bukan puisi-puisi “angin bisu” yang bersunyi-sunyi di kamar pengapnya sendiri atau dari bejibun gagasan filsafati atau yang beranjak dari tradisi pemikiran puitik yang berat-berat. Sajak-sajak mereka seperti “iklan” tentang apa yang musti kita sadari dari yang sebagian besar berisi problema kebangsaan negeri ini. Semacam Risalah Etik-Moral, yang sesungguhnya juga dapat pula kita jumpai di koran-koran maupun media berita lainnya. Dari realitas yang terempiriklah, yang berseliweran dalam keseharian diri mereka atau pada siapa saja: kedua penyair ini memadatkan inspirasinya atas pengalaman-pengalaman itu dalam bentuk puisi.

Sebuah pertanyaan mungkin muncul, apakah sajak-sajak mereka berhenti sampai di situ? Apakah pula semisal sajak-sajak Rendra atau Wiji Tukul yang bergaya protes mampu mengubah dunia (tatanan kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada kepentingan jelata)? Dari sinilah kita akan selalu mentok, dan lagi, sekali lagi kembali dan kembali bahwa puisi bukanlah buldoser atau sepasukan tank yang bisa merangsek yang riil yang menggedor dinding “kepongahan”, atau putingbeliung yang mengobrak-abrik pohon-pohon dan rerumah, atau banjirbandang yang menyasak apa saja. Namun puisi hanyalah sepercik “wedaran” tak suci (yang juga bukan KUHP atau undang-undang yang diterbitkan DPR-MPR), yang disampaikan si penyair sebagai medium kritik ataupun refleksi. Ada harapan di kejauhan sana. Impian yang kerapkali tak kunjung datang. Bahwa yang terketuk kritikan lewat puisi, siapa tahu akan terbuka hati. Yang tergugah karena sepotong puisi, siapa tahu tergerak untuk melangkah memperbaiki diri. Selebihnya, puisi dapat saja dianggap omong kosong dari si pelamun yang kokean cincong.

Meski begitu, amal kultural penyair semoga saja oleh Tuhan disediakan kotaknya sendiri di padang akhirat nanti. Itu pun jika betul-betul ada. Agar orang-orang seperti Bakri dan Leak ini akan terus bahagia sejahtera, bisa ngrokok dan ngopi di warkop “kadal” mana saja, membacakan lagi dan lagi puisi-puisi dalam Secangkir Kopi Pahit di Negri Kadal ini kepada siapapun. Dan yang lebih penting, mereka mampu terus melahirkan puisi-puisinya, agar perlawanan atas ketidakadilan tak henti disuarakan seperti cuplikan puisi Leak “Aku Tulis Puisi” ini:

aku tulis puisi
sebelum segala terpejam
kepayahan

Atau setanggal ikhtiar untuk bisa bersiteguh meski pada akhirnya semua yang kita yakini akan luruh meremah menjadi kesia-siaan belaka, digegas waktu, walau impian-impian perlahan meredup, semangat hidup tambah meleleh, tapi coba tetap bertegak diri, sebagaimana yang terlukis pada sajak Bakri “Patah Hatiku” ini”:

Airmata tumpah
Puisi hanya mencatat sejarah
Pada siapa lagi aku percaya

—-
*Fahrudin Nasrulloh, buruh kata-kata dari Komunitas Lembah Pring Jombang.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi