Fahrudin Nasrulloh*
http://www.facebook.com/people/Fahrudin-Nasrulloh/1033640669
Gerombolan kadal merayap
Kecemplung di seteko kopi
Kebal-kebul dihembus asap
Oi oi oi, dipelantingkan puisi
Kumpulan puisi ini diterakan dengan judul Secangkir Kopi Pahit di Negri Kadal dari karya dua penyair: Saiful Bakri dan Sosiawan Leak. Kesan pertama saat membaca judul itu, saya ingin mengarung di pusaran kopi yang berlumpur-lumpur dengan racikan lumayan pahit (kadang asyik juga dengan kepahitan tanpa gula yang bersebut: “satanic coffe”) yang bisa memoncrotkan lidah saya agar daya hidup yang seringkali digentarkan hidup itu sendiri bisa dikuatkan karenanya. Lamat-lamat saya jadi teringat film Coffee and Cigaret yang digarap Stanley Kubrick. Ada sekitar sembilan fragmen, dengan tokoh-tokoh perokok dan penggemar kopi yang ampuh yang digelut persoalan masing-masing, dengan tema yang sangat-sangat sepele. Sebuah mistik keseharian, ibarat sehampar puisi kehidupan yang kini bergelayutan sendiri dalam rekaman ingatan saya.
Peristiwa-peristiwa yang panjang dan bercecabang, sekali waktu si Bakri ini melunasinya bersama saya, Abdul Malik, Jabbar Abdullah dan kawan-kawan lain untuk ngopi kabudayan semisal di warkop Mbah Mo, atau Yu Mijang di belakang Samsat Moker (baca: Mojokerto), atau warkop Kang Nawi, atau di Mbak Yani langganannya Pak Edy Karya, atau di warkop Mas Yayak di barat gubuk Dewan Kesenian Moker. Kita selalu ngobrol banyak hal dan ngakak tentang keglethekan kehidupan seniman yang kerap sumpek mikir berkarya dan kembara diri yang terus mengalir sebab entah, tak henti-henti.
Lalu, adakah warkop yang jos bargojos juga di “Negri Kadal”? Waaah, saya kepingin pol mencobanya, jika memang ada. Atau anggap saja memang ada. Atau sementara, bacalah dengan sumringah puisi berumbul “Negri Kadal”nya Sosiawan Leak. Atau, malah, Mas Leak, juga telah membikin warkop dengan cita rasa dari peresan kadal-kadal dari berbagai penjuru benua? Ada kadal Jawa yang mulus menggairah, ada kadal gurun Afrika yang kulitnya blentong-blentong dan lancip-lancip, ada kadal India yang bisa berjoget ala lagu “tumpasen Ae”, atau kadal ganasnya politikus busuk yang suka mengadali wong cilik, de el-el. Dan di depan warkopnya Leak, jika suatu saat hidupnya terdesak entah oleh apa lalu berhenti nulis puisi, ia boleh saja memasang plakat di warkopnya tersebut dengan tulisan: “Warkop Negri Kadal Top Markotop”. Pasti, tidak hanya kaum penyair yang kere yang berkeruyukan dan berkongkow-kongkow di sana.
Lepas dari lanturan wel geduwel beh itu, dua penyair di kumpulan puisi ini menyajikan sajak-sajak yang tampaknya seperti memeram sepercik perlawanan. Semacam sajak-sajak protes. Protes atas keterpurukan diri dan atas sebab di luar diri. Perlawanan pada penguasa, sistem yang korup, prilaku elit penguasa yang gak patheken, kepincangan sosial, ambruknya etika, pahitnya romansa cinta, ketertindasan kaum buruh, industrialisme yang mengoyak-moyak, kapitalisme dan hegemoni cukong-cukong yang memecundangi rakyat, de el-el. Kita bisa menyimak aneka nuansa tersebut pada enam puisi Saiful Bakri: “Kopi Pahit”, “Bangunan Itu”, “Inilah…..”, “Susi”, “Patah Hatiku”, “Kami Datang”, “Hmmm…….”.
Dalam “Kopi Pahit”, terasa ada yang umup atau mendidih bergolak-golak di sana. Dunia yang mengumup di kepala. Di aliran darah. Tak keluar lewat lubang mana pun. Air didihnya terus munclak-munclak. Menciprat-ciprat. Di benak terdalam si penyairnya yang, beberapa tahun lampau merasakan berat-perihnya menjadi buruh, meski kini jadi guru. Buruh dan guru, telah mengendap kuat, beban terpikul dari kerasnya hidup, mengintrusi dunia kesehariannya yang coba terus dimaknai dan diperjuangkannya lewat puisi-puisinya. Mari longok penggalan bait “Kopi Pahit” ini:
Lampu jalanan telah melahirkan bayang bayang
Di pojok rumah sakit bersandar warung kopi
Milik Kang Nawi yang bermodal uang PHK
Seperti hari hari biasanya
Warung Kang Nawi menjadi forum yang terbuka
Meski kadang ada beberapa mata elang
Yang memandang dengan curiga
Setali tiga kutang (atau uang juga boleh), Leak pun menghadirkan tiga sajaknya: “Dunia Bogambola”, “Negri Kadal” dan “Aku Tulis Puisi”. Simak saja penggalan “Negri Kadal” ini:
negri kami negri kadal
negri yang tidak pernah sepi dari juluran lidah
menjelma dasi, panji-panji hingga janji-janji
yang selalu terpelanting bacinnya ludah.
Yang umup dan melarut, dari sajak tersebut, adalah rasa “didih” yang moncer dengan pekikan yang coba digelontorkan agar siapa saja kuasa mendengar. Seperti kilat, asal jangan coba dijilat. Nanti ada yang terpelanting bacinnya ludah. Puisi ini saya ibaratkan bak musik dari orkestra dunia dapur yang bergedombrangan: suara-suara dari barang-barang pecah-belah di dalam rumah puisinya, sebagai bentuk protes atas segala yang dianggap si penyair bahwa problematik ke-Indonesia-an terkini benar-benar mengalami keamburadulan dan kebobrokan yang gawat sekaligus mencekam.
Puisi-puisi kedua penyair ini tidak mengajak pembaca untuk berkerut kening. Sajak-sajak yang biasa-biasa saja. Sekali baca langsung paham. Biasa-biasa dalam artian ada kebebasan untuk menyuarakan apa pun isi hati dengan daya naratif-faktual, konkrit, dan berbicara atas nama peristiwa yang kemudian dielaborasikannya. Puisi-puisi yang bak corong mikropon pengumuman yang menghadirkan pesan singkat yang gamblang dan mudah ditangkap. Bukan puisi-puisi “angin bisu” yang bersunyi-sunyi di kamar pengapnya sendiri atau dari bejibun gagasan filsafati atau yang beranjak dari tradisi pemikiran puitik yang berat-berat. Sajak-sajak mereka seperti “iklan” tentang apa yang musti kita sadari dari yang sebagian besar berisi problema kebangsaan negeri ini. Semacam Risalah Etik-Moral, yang sesungguhnya juga dapat pula kita jumpai di koran-koran maupun media berita lainnya. Dari realitas yang terempiriklah, yang berseliweran dalam keseharian diri mereka atau pada siapa saja: kedua penyair ini memadatkan inspirasinya atas pengalaman-pengalaman itu dalam bentuk puisi.
Sebuah pertanyaan mungkin muncul, apakah sajak-sajak mereka berhenti sampai di situ? Apakah pula semisal sajak-sajak Rendra atau Wiji Tukul yang bergaya protes mampu mengubah dunia (tatanan kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada kepentingan jelata)? Dari sinilah kita akan selalu mentok, dan lagi, sekali lagi kembali dan kembali bahwa puisi bukanlah buldoser atau sepasukan tank yang bisa merangsek yang riil yang menggedor dinding “kepongahan”, atau putingbeliung yang mengobrak-abrik pohon-pohon dan rerumah, atau banjirbandang yang menyasak apa saja. Namun puisi hanyalah sepercik “wedaran” tak suci (yang juga bukan KUHP atau undang-undang yang diterbitkan DPR-MPR), yang disampaikan si penyair sebagai medium kritik ataupun refleksi. Ada harapan di kejauhan sana. Impian yang kerapkali tak kunjung datang. Bahwa yang terketuk kritikan lewat puisi, siapa tahu akan terbuka hati. Yang tergugah karena sepotong puisi, siapa tahu tergerak untuk melangkah memperbaiki diri. Selebihnya, puisi dapat saja dianggap omong kosong dari si pelamun yang kokean cincong.
Meski begitu, amal kultural penyair semoga saja oleh Tuhan disediakan kotaknya sendiri di padang akhirat nanti. Itu pun jika betul-betul ada. Agar orang-orang seperti Bakri dan Leak ini akan terus bahagia sejahtera, bisa ngrokok dan ngopi di warkop “kadal” mana saja, membacakan lagi dan lagi puisi-puisi dalam Secangkir Kopi Pahit di Negri Kadal ini kepada siapapun. Dan yang lebih penting, mereka mampu terus melahirkan puisi-puisinya, agar perlawanan atas ketidakadilan tak henti disuarakan seperti cuplikan puisi Leak “Aku Tulis Puisi” ini:
aku tulis puisi
sebelum segala terpejam
kepayahan
Atau setanggal ikhtiar untuk bisa bersiteguh meski pada akhirnya semua yang kita yakini akan luruh meremah menjadi kesia-siaan belaka, digegas waktu, walau impian-impian perlahan meredup, semangat hidup tambah meleleh, tapi coba tetap bertegak diri, sebagaimana yang terlukis pada sajak Bakri “Patah Hatiku” ini”:
Airmata tumpah
Puisi hanya mencatat sejarah
Pada siapa lagi aku percaya
—-
*Fahrudin Nasrulloh, buruh kata-kata dari Komunitas Lembah Pring Jombang.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar