Denny Mizhar
http://www.sastra-indonesia.com/
“Sakit ini tak juga sembuh. Sudah Aku minum obat tapi tak juga lenyap. Haruskah tetap Aku biarkan menyelimuti tubuhku. Padahal Aku harus menyelesaikan sajak-sajakku tentang pembacaan akan diri.”
Sawah masih menyuguhkan musim panen. Para petani bergembira seusai mendapatkan rezeki yang melimpah. Begitupun para buruh tani tak juga ketinggalan merayakan pesta dari upah yang diberikan pemilik sawah. Walau tak ada kembang api, kue tart, dan lilin sudah cukup meriah.
Bulan pun menambah indah. Di halaman rumah tergelar tikar terbuat dari pandan. Saling bercengkrama dengan tawa. Tak ada duka menggantung di mata. Orang-orang tua bercerita bidadari yang sedang menggendong kucing bersemayam di bulan. Sambil menyanyikan lagu indah tentang desa.
“Harusnya Aku mati saja. Padahal, Aku telah membunuh diriku dalam sajak-sajak yang Aku tuang dalam buku-bukuku. Kini telah tersebar di rak-rak toko buku, bufet pencinta rindu, atau mungkin masuk di kolong tempat tidur para penyair yang menyatakan dirinya pujangga dan tak pernah menganggap diriku ada. Aku tak peduli dengan serapa. Aku hanya berharap pada diriku untuk tetap menulis sajak. Sebab Aku menjadi hidup ketika Aku melukis dengan kata dalam kertas-kertas putih. Walau sudah jadi, esok tetap aku pelajari, menyempurnakan bangunan diri di dalamnya.”
Bulan purnama bergeser menengah tepat di atas kepala. Para penduduk desa memejamkan mata. Meletakkan tubuh yang lelah di atas bayang yang terbuat dari bambu. Diiringi musik-musikan yang dimainkan alam melalui pukulan-pukulan angin yang membelainya. Juga hewan-hewan tak ketinggalan melantunkan lagu indah dari organ tubuh yang dimilikinya.
“Ah, kemanakah gundah ini aku kirimkan. Sakit tak membuatku sabar pada jemariku menari. Sedari tadi musik telah berbunyi dari kotak kesadaran fikir dan hatiku. Tuhan, bukannya Engkau pemberi sembuh. Maka sembuhkanlah Aku. Sebab Aku tak ingin ketinggalan ide yang berseliweran membayang di dinding-dinding kamarku.”
Senyap dan sepi desa kini telah datang. Tak ada tanda-tanda hiruk pikuk dari manusia-manusia penghuninya. Mimpi-mimpi pun berdatangan bagi mereka yang menanamkan bunga-bunga pada tidurnya. Ada kengerian, ada ketakutan, ada senyuman, ada yang basah di celana, ada juga igauan tentang keinginan yang tak tersampaikan.
Sedang di kamar rumah yang menghadap ke arah masjid tidak serupah rumah-rumah lainnya. Semua telah mematikan lampunya. Rumah itu masih menyala dengan terang, tetapi hanya di kamar depan. Kebiasaan orang desa bila tidur lampu tak pernah menyala. Bila masih menyala berarti tuan rumah masih membuka mata. Hal tersebut menjadi biasa karena dulu ketika masih menggunakan lampu templek yang berisi minyak tanah. Kalau tidur, harus meniupnya bila tidak akan membuat asap dan tak nyaman buat hidung bila pagi tiba atau saat membuka mata.
Rumah itu milik pengelana. Ia selalu menyebut dirinya pengelana. Sebab ketika masih umur belasan dan dua puluhan Ia suka bepergian ke mana-mana. Sambil membawa buku-buku sebagai bekal untuk dibaca. Selain pengelana Ia juga suka menulis sajak-sajak yang Ia buhul menjadi buku. Tanpa bantuan, buku-bukunya pun jadi. Lalu Ia memasarkannya sendiri. Ke kota-kota yang Ia anggap orang-orangnya suka baca. Kadang cacian kerap menampar mukanya. Tapi, Ia tak peduli. Hanya menulis dan membukukannya. Ia juga tak ramah dengan koran. Hingga namanya tak pernah muncul menjadi perbincangan para sastrawan. Ia tak suka keramaian, yang Ia lakukan hanya menulis menggambar dirinya dalam sajak-sajaknya.
Ia pernah sempat membuat para pembaca terkagum-kagum dengan sajak-sajak baladanya dan Ia juga pernah menuliskan sayap-sayap malaikat dalam sajak-sajaknya yang membuat orang-orang kerap mengundangnya. Tetap saja Ia menganggap dirinya pengelana. Ia tak suka sanjungan atau pujian. Begitulah kalau membaca dirinya. Ia mengujarkan itu pada tamu-tamunya yang kerap kali bertemu ataupun datang kerumahnya.
“Aku, sudah mulai gila sepertinya. Baiklah akan Aku bakar saja buku-buku yang membuatku menjadi kesurupan begini”
Ia mulai merintih, merasakan sakitnya. Menahan sakit tak kuat. Kini semakin berteriak.
“Aku harus menulis. Aku harus menulis. Aku tak mau sakit ini. Tuhan, apa benar kau telah mati. Seperti kitab yang pernah Aku baca. Hingga Kau tak mau menolongku”
Orang-orang yang tinggal serumah dengannya mulai bangun. Mengetuk pintu kamarnya. Tapi tak juga terbuka. Teriakan semakin kencang, hingga desa yang sepi karena waktu memang mengisyaratkan kesepian. Kini mulai ramai. Orang-orang pada saling bertanya.( Ada apa?, kenapa?, dan siapa?) berhamburan dari mulut ke mulut.
Rumah-rumah mulai lagi menyalakan lampu-lampu listriknya. Kedamaian terusik dengan teriakan. Jalan depan masjid ramai bergerombol orang-orang. Dan pintu kamar pun terbuka. Tetapi saat terbuka Ia sudah tidak sadarkan diri, tertidur di atas tumpukan buku-buku dan mesin ketik antiknya.
Salah satu keluarganya membopongnya untuk dipindahkan ke masjid depan rumah. Semua menganggap kesurupan setan desa dari sawah sebab padi-padi sudah di panennya dan tak ada persinggahan bagi demit penunggu sawah. Akhirnya lari memeluk orang yang suka berkhayal. Begitulah cerita yang melegenda di desa.
Orang-orang masih mulai pindah ke masjid. Ada yang melaksanakan sholat, Ada yang membaca kitab suci. Tak ketinggalan para orang pintar di desa itu meracik sesaji untuk diantarkan ke sawah sebagai penolak bala.
Tetapi Ia masih saja belum siuman. Entah tamu dari mana. Seorang tua sambil mengendong kucing putih dan memeluk buku menyibak kerumunan. Seketika orang-orang desa penasaran dan terus memandang dengan mata penuh tanya.
Orang tua yang baru datang tadi mendekat padanya. Ia masih terbaring tak sadar. Orang tua tersebut membuka buku yang dibawanya dan membaca sambil berbisik tepat di telinganya. Ia mulai merintih kesakitan. Sambil mendesah
“Kitab gila…… kitab gila…. musnah”. Ia lemas dan terpejam lagi.
Orang tua tadi meninggalkan kitab dan kucing di sebelahnya. Kucingnya mengeong seperti membangunkan Ia yang lagi tertidur tak sadarkan diri.
Orang tua itu keluar dari masjid melewati orang-orang desa. Hilang di balik tikungan jalan menuju kuburun yang letaknya dekat persawahan.
Orang-orang desa mulai pulang meninggalkan masjid. Ia dan keluarganya masih di masjid. Entah ada apa keluarganya yang menunggunya tertidur semua.
“Kenapa Aku di sini?. Apa yang terjadi?”
Ia memeluk kucing putih. Dan membuka kitab yang dibawah orang tua tadi. Sepertinya Ia mengenali hewan dan kitab itu.
Seorang Muadzin datang untuk mengumandangkan adzan. Dan keluarganya pun bangun serasa tak terjadi apa-apa. Karena terkadang suka tidur di masjid sehabis sholat malam berjama’ah. Hal itu biasa.
Ia pun mengambil wudlu dan duduk di barisan paling depan. Menyeka air mata yang berkali-kali menetes menginsyafi fikiran-fikiran gilanya. Ia menulis lagi dengan mesra bercinta dengan kata yang Ia pungut dari percakapan orang-orang desa. Juga tak lupa mencium buku yang dikasih orang tua tadi. Yakni orang tua yang menghilang di persimpangan jalan menuju kuburan dekat persawaan.
Lamongan, 30 Mei 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 30 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar