Selasa, 04 Mei 2010

Jalan Terjal Bung Kecil

Misbahus Surur*
http://soeroer.blogspot.com/

Jalan diplomasi rupanya bagi sebagian orang masih bisa menyisakan celah pincang. Bahkan dalam rentang sejarah bangsa ini, ada beberapa tokoh yang antipati dan menentang habis-habisan jalan atau cara-cara seperti itu. Sebut saja, salah satunya dan yang paling keras adalah Tan Malaka. Dalam skala besar mencapai kemerdekaan negeri ini, ia adalah sosok yang sangat anti pada cara-cara diplomasi, kooperatif atau jalan persuasif semacamnya. Mengenai jalan yang ditempuhnya itu, Tan telah menunjukkan dirinya sebagai tipikal manusia yang anti imperialisme murni. Ia pernah berujar: “Bangsa Indonesia yang sejati belum punya riwayat sendiri selain perbudakan. Riwayat bangsa Indonesia baru dimulai jika mereka terlepas dari tindasan kaum imperialis”. Beberapa buah pikirannya mengenai langkah-langkah jitu mencapai kemerdekaan negeri ini, telah ia rangkum dan terdokumentasikan secara apik dalam buku, semisal “Merdeka 100%” dan ”Naar de Republiek Indonesia”. Namun berbeda dengan Tan, Sutan Sjahrir punya cara sendiri untuk menggapai revolusi negerinya. Meskipun peran Bung kecil ini, –demikian dulu ia akrab disapa (mungkin karena ukuran badannya yang terlampau mungil), dalam panggung sejarah, sering disiniskan tokoh-tokoh seangkatannya.

Sjahrir adalah sosok dengan seabrek ide-ide brilian yang seringkali dinilai paradoksal dan melawan arus. Seolah tak sejalan dengan cara-cara dan berbagai usaha perjuangan tokoh-tokoh sezamannya. Bisa jadi, ini berkait dengan pengaruh pendidikan Belanda yang dienyamnya, begitu pula beberapa organisasi pergerakan yang pernah diikutinya. Karena bagaimanapun, pendidikan ala Leiden yang telah ia raih itu, meskipun tak selesai, sedikit banyak telah mem-Baratkan gagasan-gagasannya. Sebagaimana kata teman politiknya, Salomon Tas, yang juga ketua perkumpulan mahasiswa sosial Amsterdam, saat itu: ”Kepribadian Sjahrir telah berkembang dalam iklim Barat”.

Seluk beluk serta pergaulan luasnya dengan beberapa organ kiri di Belanda seperti misalnya, lingkungan mahasiswa sosial ASDSC (Amsterdam Sociaal Democratische Studenten Club) dan partai sosialis SDAP (Social Democratische Arbeider Partij) yang dikomodori Sneevlit, tak pelak membikinnya tahu siasat apa dan cara bagaimana yang harus ia lakukan untuk melawan bangsa kolonialis Belanda. Kendati bagi sebagian orang nantinya, kerap pula langkah-langkah perjuangannya itu dicap lembek dan terlampau elitis. Pengalaman politiknya dalam partai-partai sosialis, semacam SDAP, dalam kadar tertentu sangat berpengaruh besar pada gerakan politik Sjahrir. Kalau ditelisik dalam panggung sejarah Indonesia, partai inipun (baca: SDAP) ternyata ikut menyumbang gagasan lahirnya kebijakan baru Belanda di tanah Hindia, yakni ”Politik Etis” tahun 1895. Menggantikan kebijakan sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) yang dinilai sangat menyengsarakan rakyat. Meskipun dalam beberapa hal, kebijakan etis itu tak terlalu signifikan menanggulangi penderitaan rakyat negeri jajahan.

Sebenarnya ada beberapa pemikiran yang membikin Sjahrir menjadi seperti itu. Semuanya berangkat dari kecintaannya pada negeri ini. Misalnya, ketika mengambil sebuah tesis -yang nantinya berpengaruh besar pada tiap-tiap kebijakan yang akan ia ambil-, khususnya saat ia menjabat sebagai perdana menteri. Sedikit banyak ia memperhatikan perkembangan dunia luar, seperti iklim perpolitikan di Eropa dan Asia. Ia berpendapat bahwa nasion itu harus ditempatkan sejajar lebih tinggi dan lebih penting dari sebuah pribadi-pribadi (individualisme). Di sini, Sjahrir tak menafikan bahwa tiap negara adalah sarang bagi tumbuh kembangnya individualisme. Tentang nasionalisme, Sjahrir punya pemikiran yang lebih universal dari Soekarno. Jika Soekarno memaknai nasionalisme Indonesia sebagai nasionalisme yang khas dengan kepribadian Timur, Sjahrir punya pendapat lain. Menurut Sjahrir, nasionalisme adalah proyeksi kejiwaan dari semangat rendah diri dalam sikap kolonial antara kolonialis dan inlander (de projectie van het inferioriteits-complex, 10 hlm. 178, dalam Daniel Dhakidae, 2009). Dalam arti yang agak lugas, nasionalisme juga dimaknai Sjahrir sebagai lahan laten berkembangnya bibit keserakahan dan nafsu berkuasa.

Garis politik Sjahrir ini tercermin lewat beberapa buku. Misalnya dalam buku ”Renungan dan Perjuangan”, ia melontarkan kritik tajam terhadap politik moral para pemimpin saat itu. Ia mengatakan: ”Politik untuk orang-orang kita di sini bukan berarti: perhitungan, melainkan bertindak etis, berbuat dan bersikap moral tinggi. Pemimpin-pemimpin haruslah pahlawan-pahlawan, nabi-nabi”. Sjahrir juga meyakini, persekutuan nasionalisme dengan individu dapat menghasilkan anak haram otoritarianisme. Karena itu, ia berharap nasionalisme harus tunduk pada sesuatu yang membuatnya tidak otoritarianis, totalitaris, diktatoris dan seterusnya.

Langkah-langkah yang selanjutnya terlihat sangat kontroversial dari Sjahrir dalam memainkan keyakinannya ini, misalnya adalah pada perundingan Linggarjati. Perundingan yang ia ikhtiarkan sebagai batu loncatan menuju tangga revolusi dan kemerdekaan Indonesia itu, dinilai banyak pihak sangat merugikan Indonesia. Kendati sesungguhnya manfaat itu baru bisa dirasakan setelah itu, ketika diteliti dan diapresiasi pada saat-saat sekarang ini. Manfaat itu dalam skala global misalnya, bergeraknya persoalan Indonesia ke ranah internasional ketika sebelumnya masih menjadi persoalan lokal (berkutat pada masalah intern Indonesia dengan negeri penjajah, Belanda).

Namun, beberapa langkah Sjahrir ini, khususnya bagi kaum revolusioner radikal atau kaum muda yang militan yang tak searus kerap menuai kecaman, dipandang sebagai langkah lemah yang kalah, menggadaikan negara bahkan sama sekali tak mencerminkan irama dan watak perjuangan saat itu. Terlepas dari itu, langkah ini (baca: menerjang mainstream), bagi Sjahrir dan kaum moderat yang sefaham, menjadi langkah taktis, yang selain tidak biasa tentu bukan sama sekali tanpa perhitungan.

Dus, kendati keberbedaan perjuangan itu tak terpungkiri meniscayakan keragaman cara & langkah, namun dalam kadar tertentu punya titik temu; mengabdi pada rakyat dan mencapai Indonesia merdeka 100 %. Karena itu, bagaimanapun langkah serta gagasan perjuangan tokoh bangsa kita waktu itu, seperti Sjahrir dan tokoh-tokoh lain semisal Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Amir Sjarifoeddin, dan seterusnya, saat ini sungguh layak diteladani, lebih-lebih oleh para pemimpin kita dewasa ini, sebagai langkah adiluhung yang punya preferensi jelas untuk menjawab kondisi sosial rakyat Indonesia saat itu. Karena itu, memperingati 100 tahun Sutan Sjahrir, memaklumkan ingatan panjang akan retas sebuah watak perjuangan hibrida dan nilai kehidupan organik.

Toh meskipun di antara mereka (para tokoh itu), banyak yang berbeda dan berseberang jalan, nyatanya mereka punya niatan tulus memberikan sepenuh perjuangan dan pengabdian demi cintanya terhadap bangsa dan negara. Dan terlepas dari kelebihan serta kelemahan masing-masing, mereka adalah sosok yang meletakkan bangunan pikiran-pikirannya dengan fondasi berbagai masalah sosial bangsa & sengkarutnya. Lantas bagaimana dengan pemimpin-pemimpin bangsa serta para calon wakil rakyat kita saat ini? Sudahkah mereka merujuk pada alur hidup tokoh-tokoh bangsa itu. Adakah mereka telah benar-benar berkiblat pada gerak para Founding Father tersebut?

*) Misbahus Surur, penghayat sejarah.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi