Selasa, 04 Mei 2010

Sampah

A Rodhi Murtadho
http://www.sastra-indonesia.com/

Sampah? Sudah melebihi jajaran pegunungan, bahkan sudah punya keinginnan untuk membentuk galaksi. Mengalahkan Bima Sakti. Entah mulai kapan keinginan itu mulai tercipta. Yang pasti sejak mereka mampu membentuk planet sampah lengkap dengan satelitnya.

Aku tak tahu bagaimana mereka berkomunikasi. Keakraban muncul. Berkembang biak tanpa perkawinan yang berarti. Yang aku tahu keinginan mereka, dalam kacamata mereka, baik dan tulus dari hati nurani. Menggalang persatuan demi mewujudkan cita-cita mereka.

“Bagaimana kita bisa berkembang biak cepat di bumi ya?” ucap salah satu sampah yang menyerupai botol, “padahal manusia sangat punya keinginan memusnahkan kita.”

“Itu gampang,” kata salah satu sampah yang hancur, tak berbentuk, tak menyerupai apapun, “kita bisikkan pada industri untuk membuat kemasan yang tidak bisa didaur ulang dan tidak mudah terurai oleh bakteri. Seperti diriku yang kian hari makin hancur oleh bakteri sialan ini. Bentukku sungguh menyedihkan.”

“Ya…ya. Boleh juga. Lantas bagaimana tentang rencana kita untuk menyingkirkan manusia dari bumi.”

“Tentu saja akan kita lakukan. Semua koloni seantero jagad juga sudah siap. Tinggal mengatur strategi saja.”

Aku bahkan tidak percaya, langkah mereka sudah sedemikian jauhnya. Bahkan manusia yang menciptakan mereka, ingin mereka singkirkan. Apalagi dengan rencana mereka yang ingin berkembang biak besar-besaran. Makin membuatku khawatir.

Manusia memang hanya mampu berpikir tanpa bisa mewujudkan pikiran itu. Sementara mereka, sampah, bisa mewujudkan keinginan mereka dengan setiap tidakan yang dilakukan manusia. Layaknya dapat dikatakan bahwa mereka sudah memiliki setiap diri mereka sendiri. Sedangkan manusia hanya memiliki sampah dari dirinya.

Bahkan pikiran yang seharusnya menjadi kelebihan dan kebanggan manusia, sekarang, menjadi sampah. Pikiran sampah. Tak pernah terdengar, tercampakkan yang pasti, kegemilangan dari kecerdasan pikiran. Semua hanya mampu menciptakan sampah baru.

Kuberanikan diriku menghadap pada jutaan sampah. Dalam keadaan sedang diskusi dan menyiapkan strategi. Dengan sedikit risih yang muncul. Kulihat di jajaran sampah pemandangan yang tak lulus sensor. Tanpa memperhatikan keadaan sekitar. Tak juga kaget dengan kedatanganku.

Leleran cairan hasil hubungan mereka pun tercecer tak tertampung. Cairan yang seharusnya berada dalam rahim. Menjadi calon orok. Kupahami itu karena aku tahu kalau mereka hanya memiliki kelamin tanpa rahim. Sungguh pemandangan yang luar biasa biadabnya menurut orang-orang suci.

“Hai sampah! Jangan kau terlalu berani pada manusia. Manusia juga punya rencana menghancurkan kalian,” ucapku, “bukan hanya menyerahkan kalian pada bakteri saja, tapi lebih dari itu kalian tidak akan bisa berkembang biak karena akan kuciptakan sendiri kemasan atau benda yang bisa dipakai lagi dan tidak akan dibuang.”

“Bagaimana kau akan melakukan?” jawab salah satu sampah yang hampir tidak berbentuk, yang tadi bercakap dengan botol sampah, “kami tahu itu akan hanya ada dalam pikiranmu. Atau paling tidak, jika terwujud hanya akan ada padamu saja. Kami akan tetap berkembang biak melalui pikiran dari manusia lainnya bukan kau tentunya.”

“Kau akan kubakar!”

“Dengan apa kau akan membakarku? Kalau kau membakarku tentu dengan mudah aku menjadi sampah baru. Sampah udara. Dengan mudah aku dapat berkembang biak. Membuat sampah baru lagi. Sampah manusia.”

“Bagaimana caranya? Kau hanya sampah dan bagaimana kau bisa menjadikan manusia sebagai sampah. Bukankah sampah tetap menjadi sampah dan manusialah yang menghasilkanmu.”

“Aku hidup. Ya, karena aku hidup sekarang. Dengan bentukku sekarang, kusengat penciuman manusia. Dan kalau kau bakar aku, aku dengan mudah dapat masuk ke paru-paru manusia, aliran darah, jantung, otak, bahkan setiap lubuk hati manusia. Manusia akan lumpuh, tak punya perasaan lagi. Yang akan menjadi sampah kami berupa tubuh yang sudah ditinggalkan rohnya. Atau tubuh yang sudah ditinggalkan otak dan pemikiran tentang kami.”

Tumpukan-tumpukan sampah berloncatan di hadapanku. Memperlihatkan diri kalau mereka hidup. Sempat aku terheran. Bagaimana mereka hidup? Sementara mereka hanya barang mati tak berharga. Bentuk mereka pun tak pantas dikatakan sebagai makhluk hidup. Siapa yang memberi mereka nyawa? Atau mereka hidup dari baterai atau semacamnya tapi tak kulihat itu pada diri mereka.

“Hai sampah,bagaimana kau hidup?” tanyaku.

“Aku hidup dari pikiran manusia, nyawa kami dari hasil pemikiran yang dituangkan pada diri kami.”

“Lantas, semangatmu?”

“Kami dapat semangat juga dari pemikiran manusia. Selain dari perasaan senasib kami, sesama sampah, bertemu dengan saudara-saudara yang lain di tempat manusia mempertemukan kami.”

Semakin terperangah aku dibuatnya. Bagaimana mungkin sampah mempunyai perasaan. Punya semangat juang. Sementara manusia saja kadang-kadang tidak mempunyai perasaan. Tidak punya semangat juang untuk membasmi sampah-sampah ini.

Aku merasa semakin terpojok dengan sampah-sampah ini. Tak heran kalau mereka sudah bisa membentuk gunung. Planet dan satelitnya. Lantas bagaimana jika mereka menyerangku? Apa yang bisa kulakukan? Untuk lari pun tak mungkin. Karena setiap memandang hanya kutemukan sampah. Tanah yang kuinjak layaknya berubah menjadi lautan sampah.

“Ehmmm…,Tuan Sampah, bagaimana kalau manusia dan sampah saling berdamai? Hidup berdampingan, saling membantu, dan bertenggang rasa.”

“Tidak bisa. Manusia sudah memperlakukan kami tidak sewajarnya.”

“Maksud, Tuan?”

“Kau lihat sendiri, kami dibuang ke angkasa luar setelah bumi tak mampu lagi menampungnya. Untungnya kami bisa membentuk jajaran planet. Jadi kami bisa hidup. Enak saja mau damai! Kami akan menumpas habis manusia, mengusirnya dari bumi.”

“Ke mana Tuan akan mengirim kami?”

“Jelas ke angkasa luar. Sama seperti mereka mengirim saudara-saudara kami. Biar merasakan betapa tidak enaknya hidup di luar orbit.”

Gundukan-gundukan sampah mulai berdiri. Mengelilingiku. Nyalang mata mereka penuh emosi. Kepalan tangan mereka memaksaku memperbesar rasa takutku yang ada.

Aku mulai berpikir kalau mereka ada dan hidup seperti saat ini. Atau keinginan mereka untuk menyingkirkan manusia itu benar adanya. Barisan mereka yang kuat semata-mata disebabkan kelalaian kami. Menganggap remeh sampah. Aku teringat ketika koloni mereka tak begiu banyak. Mereka tak punya kekuatan. Tapi tata ruang tempat tinggal kami memberi peluang mereka berkembang pesat. Kebiasaan kami, membuang mereka sembarangan, sering dimanfaatkan mereka.

“Eh…, begini,” tubuhku mulai bergetar, “Tuan Sampah bagaimana kalau Tuan kami pergunakan lagi.”

“Manusia? Menggunakan sampah? Untuk apa? Dan mana mungkin? Kami tahu kebiadaban manusia. Penginkaran-pengingkaran yang mereka lakukan. Bahkan sesama manusia. Menciptakan lingkungan tanpa kami katanya. Mana buktinya? Semuanya hanya omong kosong. Apalagi janjimu seorang diri. Bagaimana kami bisa percaya?”

“Lantas mau Tuan apa?”

“Manusia harus menjadi budak kami!”

“Mana mungkin Tuan. Kami sebenarnya yang diciptakan Tuhan untuk lebih berakal. Bukan sampah. Itu tak mungkin terjadi karena derajat kami sebenarnya lebih tinggi dari sampah.”

Gundukan-gundukan sampah mulai menghantamku. Memegang erat tubuhku. Bahkan ada yang sempat masuk ke dalam tubuhku melalui rongga hidung, mulut, telinga, anus. Aku mersakan otakku diremas sampai pecah. Darahku pun mulai muncrat keluar. Jantungku mereka keluarkan. Bahkan seluruh isi perut sampai terburai keluar. Hatiku pun mereka sayat-sayat menjadi potongan kecil-kecil. Sampai kudapati diriku sudah menjadi sampah.

Gresik, 17 April 2006

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi