Sabtu, 05 Juni 2010

KARYA-KARYA BESAR SASTRA ”WAHYU PROFAN” DALAM SEJARAH MANUSIA *)

Sihar Ramses Simatupang
http://terpelanting.wordpress.com/

Karya sastra memegang sebuah tanggung jawab yang begitu besar. Akademi Swedia—yang setia menganugrahi penulis dari berbagai belahan bumi dengan penghargaan Nobel—mengatakan pengarang melalui teks harus senantiasa memberikan peradaban dalam sebuah komunitas masyarakat. Hal ini kemudian menjadi pemahfuman betapa nilai ekstrinsik berperan penting dalam dimensi teks sastra.

Teks berpretensi untuk mengangkut nilai-nilai visioner dari sebuah ikatan trans-individual—meminjam George Lucas, tak hanya dalam seruan, kampanye dan jargon politik, tetapi juga keinginan alam bawah sadar individu sebagai pertahanan alami menghadapi kekuasaan (dalam bentuk apa pun).

Seorang sastrawan—dalam berbagai genre—dalam sejarahnya seringkali merupakan bagian dari keniscayaan individu dan keniscayaan sosial. Sebagai ilustrasi, wafatnya penyair Chile, Pablo Neruda, menimbulkan reaksi duka mendalam bagi masyarakatnya. Duka bukan hanya untuk tubuh yang diusung, tetapi juga untuk perjalanan teks karyanya yang tertanam sebagai kesadaran baru di kalangan masyarakat.

Kendati demikian, simbol sosial verbal masih harus direproduksi dalam dunia imajiner pengarang. Dengan begitu, teks hadir mengkristal dan menjadi seperangkat kelihaian intrinsik, berupa bangunan bahasa, dialog tokoh, konflik antar personal.

Gabriella Garcia Marquez mengabadikan napas realisme magis sejarah biografi seorang oposisi dan idola rakyat, Simon Bolivar. Kisah hidup pemimpin gerakan perlawanan kolonialisme Spanyol menjadi teks “El General En Su Laberitno” (Sang Jenderal dalam Labirinnya). Heroisme karya sastra —juga sastrawannya— memegang tanggung jawab yang besar, lahirnya sebuah wahyu (dalam artian profan, pendobrak misi sosial, semacam wangsit). Napas pergerakan tak hanya pada sejarah, tetapi juga pada catatan sebuah bangsa: takdir, kegagalan dan cita-cita. Marquez berhasil membawa amanat sebuah bangsa.

Novel “Mat” (Ibunda) karya Maxim Gorki, mengisahkan perjuangan nasib buruh lewat sekelumit kisah keluarga, kesinisan terhadap figur bapak Michael Vlassov, si ibu Pelagia Nilovna yang arif dan perjuangan si anak, Pavel Vlassov.

Maxim (bisa juga ditulis Maksim) Gorki lewat biografinya yang sarkastik itu menyulam tema biografi individu dan masyarakatnya secara lihai sehingga kemarahan bisa disembunyikan. Bahkan mengakhiri kisah dengan tertangkapnya anak dan ibu, kertas-kertas pamflet berjatuhan. Perjuangan seolah selesai di dalam teks. Namun, Gorki tahu bahwa perjuangan ini belum selesai di luar teks, imajinasi pembaca seusai membaca pun berkembang dan beranak pinak.

Dari khazanah sastra Indonesia, tetralogi karya Pramoedya Ananta Toer yang ditulis di Pulau Buru: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca adalah contoh yang menarik. Di tengah keluarga Nyai Ontosoroh, seorang terpelajar bernama Minke menikahi putri dari seorang istri Sinyo Belanda yang arif (melampaui kecerdasan nyai pada masa itu). Tiga kali Minke membangun rumah tangga karena istri-istrinya wafat. Namun, titik persoalan utama konflik individual itu adalah sejauh mana aktivitas kebangsaan Minke tak hanya menjadi sebuah replika, melainkan berkembang sebagai kesadaran kelompok, kesadaran berbangsa atas sebuah perubahan.

Simbol Belanda yang mewakili penjajahan abstrak di masa kini, marjinalitas pribumi dan kebangkitan intelektual juga masih dapat dilakukan hingga sekarang. Apakah semua simbol pada masa itu, dapat menjadi obat yang menyembuhkan sakit sosial Indonesia sekarang, membangun kesegaran individual buat para pembaca? Sejarah dan masyarakat yang berhak menjawab. Nilai khas itu yang (mungkin) dianggap tidak ada—atau belum ditangkap—oleh Akademi Swedia yang terhormat.

Strategi Intrinsik

Tuntutan nilai universal yang mempengaruhi secara signifikan sebuah komunitas masyarakat pada masa lalu dan kini, juga meyakinkan betapa pentingnya sebuah karya sastra bagi dinamika peradaban masyarakat tertentu.

Di luar karya-karya di atas, untuk mengejar kegemilangan nilai ekstrinsik, nyatanya beberapa karya sastra mengalami kegenitan visioner, menjelma menjadi pamflet politik dan perlahan “gagal” dalam potensinya sebagai karya sastra.

Teks yang genit, hanya berpretensi sebagai fotokopi atas satu sejarah peradaban saja, “buku ideologi fiktif” yang tak laku, dan hanya bertahan beberapa hari di kepala sebuah generasi, robek dan berdebu sebagai buku tak aktual dan menyepikan dirinya di lemari perpustakaan tua sebuah kota.

Menggubah visi besar sebuah negeri, visi perjuangan, kehancuran sekaligus cita-cita mereka ke dalam dialog yang “padat dan bersahaja”, ibarat kotak Pandora cantik dan mungil yang menyimpan ledakan dahsyat di otak pembacanya. Bahkan, ketika buku itu diletakkan berbulan-bulan, bertahun-tahun, berabad-abad kemudian. Sebuah wahyu profan itu telah tertanam di otak si pembaca, dan kelak akan hadir dalam perilaku abstrak, atau pun konkret untuk mengubah “dunia”.

Obat semua kegenitan visioner itu, tak pelak, adalah strategi penceritaan lewat rekonstruksi perangkat intrinsik yang cermat. Penulis tak hanya diharapkan mampu berbicara lewat medium bahasa realis, surealis, beranalogi, hiperbola atau pun metafora, atau sekadar mampu membuat gaya bercerita aku-an, dia-an atau memisahkan dirinya dari dialog, konflik dan karakter para tokoh. Bahkan, selain menjaga stilisasi bahasa, intensitas terhadap bangunan karakter, dialog, setting dan alur, persoalan interaksi dan sejarah sosial masyarakatnya amatlah berpengaruh terhadap teks yang bersangkutan.

Misteri besar dalam sastra adalah, sejauhmana interaksi penulis dengan latar geografis karya yang bersangkutan mempengaruhi wilayah bahasa, imajinasi, kultur dan latar para tokoh di dalam teks? Seperti karya Maxim Gorki yang berkisah tentang dunia anak-beranak di tengah cerobong asap pabrik dan kaum buruh, John Steinbeck yang berkisah tentang ladang jagung kering di musim panas kerontang, Peter Carey tentang bumi Australia yang penuh tegangan antara “mantan” orang Eropa, di antara penghuni asli Aboriginnya.

Bagaimana pula dengan tokoh urban kota Surabaya “Ny. Talis” yang bercorak “Orang-orang Bloomington” Budi Dharma, atau lokalisasi di tengah kotanya Suparto Brata? “jakarta”nya Isabel Blumenkol milik Pamusuk Eneste? Sony Karsono dengan urban makro-polis pada cerpen-cerpennya di tahun 1990-an.

Atau, keluar dari fokus pembicaraan tentang novel, sekelumit saja di dalam dunia puisi, bagaimanakah peran sejarah kota terhadap tanda, arus imaji dan kosmologi teks para penyairnya? Apakah puisi pun demikian halnya, antara teks, pengarang dan sejarah masyarakatnya. Baik surealisme dan realisme, adalah pilihan dari perangkat tanda yang menyelubungi karya penulis urban, namun tetap memiliki paradoks dan paralelisme untuk kota besar yang dia diami, dengan latar belakang dirinya sebagai seniman yang mempunyai banyak identitas geografi dan kultural. Teks puisi juga memotret sejarah masyarakat yang begitu cepat berjalan, serupa langkah para musafir kota, serupa detak jarum panjang di bundaran jam tugu kota…

Harapannya, si pembaca tak akan bisa berpikir bahwa ini “hanyalah” sebuah buku yang menjalin bahasa, merangkai kata, paragraf lewat halaman kertas belaka. Atau sebuah buku, yang cuma mencatat sejarah basi masa lampau di tengah percepatan sejarah masa kini yang terus berkembang dan rajin mengubah “wajah”. Tapi teks sastra “besar”; yang telah menjelma sebagai dunia yang terus memperbarui dirinya; terus ikut bergerak, memberikan nafas dan semangat buat zaman ke depan, ke tiap ruang, dimana generasi baru dapat membaca peta kehidupan manusia dari kosmo teks yang dinikmatinya.

*) Dengan rekontruksi pada beberapa bagiannya, esai ini juga pernah dimuat di Harian Umum Sore Sinar Harapan.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi