Jumat, 30 Juli 2010

Sepak Bola Klenik

Sunlie Thomas Alexander *
jawapos.com

KEJANGNYA si gundul fenomenal Ronaldo menjelang final Piala Dunia 1998 di Prancis boleh jadi disebabkan faktor psikologis. Rasa gugup dan tegang dalam menghadapi partai penentuan adalah hal wajar. Apalagi beban dipikul oleh seorang bintang yang tengah bersinar terang seperti dirinya, tentu tak ringan.

Masalahnya, spekulasi kemudian berkembang. Salah satunya adalah isu bahwa Piala Dunia 1998 tak sepi dari praktik klenik. Kesebelasan Prancis pun dituduh telah menggunakan jasa seorang dukun terkenal dari Afrika Barat, Aguib Sosso. Seperti halnya ilmu teluh dari Banten yang konon sanggup melintasi lautan, seorang dukun Afrika -kata Adam Kone, paranormal Mali- memang tak mesti ada di stadion untuk melakukan sihirnya.

Apakah Ronaldo kejang-kejang karena santet juju hitam? Benarkah balutan di lengan para pemain Les Bleus -julukan timnas Prancis- adalah jimat buatan Sosso? Benarkah dia telah memandikan Zidane dalam sebuah ritual?

Kita tidak tahu. Mistik, tak ada yang bisa membuktikan. Yang pasti, Prancis akhirnya keluar sebagai jawara Piala Dunia 1998, mengalahkan Brazil dengan skor 3-0. Zidane mencetak dua gol gemilang lewat sundulan kepalanya.

Bagi kebanyakan orang, tentu cerita Ronaldo di final Prancis 1998 memang bagaikan dongeng yang terasa mengada-ada. Namun, toh kisah itu kemudian menjadi tak lagi terlalu aneh ketika dia dikaitkan dengan sepak bola Afrika. Di Benua Hitam itu, sepak bola memang begitu lekat dengan perdukunan, dua hal yang seolah tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakatnya. Dengan begitu, perpaduan tersebut membuat sepak bola menjadi unik dan kental dengan nuansa budaya. Ya, itulah fenomena Afrika, fenomena dunia ketiga.

Antonio Pigafetta -penjelajah Florentina yang menyertai Maggelan dalam pelayaran pertamanya mengelilingi dunia- seperti diungkapkan Gabriel Garcia Marques dalam pidato nobelnya 1982, konon telah menulis sederet laporan akurat seperti khayalan saat melewati selatan Amerika.

”Dia menulis telah melihat babi dengan pusar di sekitar pinggang, burung tanpa kuku yang bertelur di atas punggung kawannya, dan semacam burung pelikan tanpa lidah yang paruhnya menyerupai sendok. Dia mengaku telah melihat suatu makhluk menjijikkan dengan telinga dan kepala keledai, badan unta, kaki rusa, dan meringkik seperti kuda,” ujar Marques.

Penulis novel Cien Anos de Solidad (Seratus Tahun Kesunyian) itu tentu saja tidak berlebihan. Faktanya, Amerika Selatan -seperti halnya ranah Afrika dan Asia, termasuk Indonesia- selama berabad-abad dipandang sebagai dunia erotis penuh misteri. Para petualang Eropa pada masa lampau, dalam lawatannya ke pedalaman Afrika, Patagonia, dan berbagai belahan Timur, telah membawa pulang cerita-cerita fantastis menggemparkan. Keajaiban dunia, atau meminjam istilah Marco Polo, Imago Mundi, begitulah mereka membahasakan pengalaman perjumpaan mereka dengan beragam praktik ritual Indian serta upacara-upacara adat suku-suku di Afrika dan Asia. Sebagian benar, sebagian salah paham penuh prasangka, dan sebagian lagi laporan palsu yang sarat fitnah.

Karena itulah, oleh perspektif Barat yang tak bisa menerima segala hal yang beraroma gaib, karya-karya Marques dan sejumlah pengarang Afrika dan India lazim disebut sebagai realisme magis, sebuah gaya berolah kisah yang merajut pertentangan dua pandangan dunia: rasionalitas scientific ala Barat dan alam mistik. Padahal, bagi Marquez dan para penulis dunia ketiga lainnya yang terbiasa dengan dukun, santet, dan berbagai realitas supranatural dalam keseharian, ia hanyalah “karya sastra yang ditulis sebagaimana kakek-nenek kita dulu bercerita.”

Tentu saja realisme magis kemudian dianggap sebagai gaya yang cocok bagi penceritaan tanah-tanah pascakolonial untuk mengisahkan dirinya dengan kacamatanya sendiri. Ia hadir sebagai sebentuk sastra perlawanan di tanah-tanah bekas jajahan yang frame of view ”dunia”-nya berusaha dikonstruksi oleh kaum imperialis. Sastra realisme magis memperlakukan wilayah mistik dan realitas empiris secara sejajar. Sebab, peristiwa-peristiwa yang fantastis dan supernatural berkait erat dengan dunia nyata dan mengakar pada realitas yang dikenali lewat referensi sosial, historis, dan politis. Ya, sebagaimana Afrika Selatan memperlakukan sepak bola dan para inyanga (dukun suku Zulu) dengan upacara penyembelihan sapi di stadion-stadion yang dipakai Piala Dunia.

Di Afrika -kata N.A. Scotch dalam tulisannya di The Journal of Conflict Resolution, 1961, Vol.5, No.1 yang baru-baru ini diterjemahkan oleh penerbit Kepik Ungu dalam buku Afrika Gila Bola (2010)- keyakinan terhadap sihir tak cuma bertahan di tengah-tengah kehidupan yang terus mengalami modernisasi. Bahkan, itu meluas dan berevolusi untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan hidup sekarang.

Tak jauh dengan pengalaman di Indonesia, praktik klenik tampak dalam perebutan pekerjaan di kota-kota. Ia digunakan untuk meningkatkan standar hidup kaum urban. Dengan demikian, ilmu sihir yang semula dipraktikkan dalam konteks tradisional kini diadaptasi dalam berbagai situasi baru. Jika di tanah air para paranormal begitu rajin muncul di layar televisi dan tak gaptek memanfaatkan teknologi SMS, di Afrika Selatan pada Piala Dunia 2010, seorang dukun bernama Sebenzile Nsukwini berusaha menerawang keamanan perhelatan akbar ini dengan menggunakan media serpihan tulang dan cangkang kerang.

Syahdan, seluruh tim sepak bola di Afrika memiliki inyanga yang menjampi setiap pemain sebelum pertandingan. Ilmu-ilmu gaib itu dimanfaatkan semaksimalnya untuk membantu meraih kemenangan. Berbagai ritual dan upacara pun digelar, termasuk menyembelih kambing sebelum pertandingan dimulai untuk membuka pintu keberuntungan.

Di sinilah, di Afrika, sepak bola menjadi realisme magis. Sebuah nuansa bermain yang mempertautkan teknik olahraga modern terbesar di jagat raya dengan praktik mistik khazanah tradisi. Kemampuan pemain, strategi pelatih, dan kekompakan tim bersatu padu dengan kekuatan gaib untuk meraih kemenangan. Itu juga sebuah bukti betapa sepak bola memang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat dunia ketiga yang akrab dengan mistik.

Seberapa manjur sebuah praktik supranatural dalam sepak bola mungkin bukanlah persoalan. ”Kepercayaan terhadap sihir amat sulit dibongkar karena ia membentuk suatu sistem yang dapat menyerap dan menjelaskan apa yang gagal dijelaskan ilmu pengetahuan yang menentangnya.” Demikian pengamatan M. Gluckman (1955:101) sebagaimana dikutip N.A. Scotch.

Lebih jauh, Sindhunata (2002:47) menyebutkan bahwa kepercayaan terhadap klenik dalam sepak bola sebagai bahasa lain dari iman tak ubahnya ”tanda salib” yang selalu diperagakan kesebelasan Amerika Latin ketika memasuki lapangan. Karena itu, sebuah ritual mistik di luar kekuatan supranaturalnya yang diyakini seyogianya bisa berfungsi sebagai semacam sugesti untuk meneguhkan keberanian dan kepercayaan diri pemain di lapangan.

Tak heran pada Piala Dunia Spanyol 1982, tim Kamerun datang bersama dukunnya ke Stadion Vigo dengan menenteng koper berisi ramuan yang ditaburkan di lapangan tengah dan daerah berbahaya sekitar gawang sebelum pertandingan. Apakah berkat ramuan klenik itulah kemudian kesebelasan Kamerun yang underdog kala itu mampu menahan Italia 1:1 dan tak terkalahkan selama putaran pertama?

Dimensi fungsional sihir itulah alasan mengapa hal-hal magis dapat bertahan lama dalam keyakinan orang Afrika, berkembang, dan bahkan beradaptasi ketika berada di tengah-tengah masyarakat industri ala Euroamerica.

Di Afrika sering terjadi kemenangan sebuah tim sepak bola dipandang sebagai kemenangan seorang dukun. Jika di Australia konon para pengelola klub menyeleksi pemain dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud, di Ghana seorang inyanga diserahi tugas mencari pemain. Maka, di samping keandalan para pemain sepak bola, kemenangan dan kekalahan sebuah tim pun dianggap bertumpu pada kemampuan seorang dukun. Karena itulah, ketika sebuah tim terus-menerus kalah, yang diganti inyanga-nya, bukan pemain atau pelatihnya.

Bagaimana dengan sepak bola Indonesia? Meskipun entah kapan timnas kita bisa berlaga di putaran Piala Dunia, toh sebetulnya kita memiliki tradisi yang serupa dengan Afrika. Wasit Jimmy Napitupulu (2005) contohnya. Dia mengaku mengetahui sejumlah kebiasaan-kebiasaan tim yang mengikutsertakan kepercayaan klenik pada liga-liga Indonesia. Misalnya, di Bali ada kebiasaan menggosokkan minyak babi di tiang gawang dan titik kickoff. Di Stadion Brawijaya, Kediri, pernah ada tiga butir telur yang ditaruh di titik kickoff sebelum pertandingan dan di Stadion 17 Mei, Banjarmasin, pernah terjadi sebuah nampan berisi dua gelas kopi dan lisong yang menyala diletakkan di tengah lapangan.

Lantas, dapatkah seorang Ki Joko Bodo membantu meningkatkan prestasi sepak bola kita? Ah, sepak bola kok jadi klenik…(*)

*) Cerpenis dan periset Parikesit Institute Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi