Jumat, 01 Oktober 2010

Dia Ingin Membunuhku

Teguh Winarsho AS
http://www.kr.co.id/

DIA melukaiku lagi. Dengan belati. Dia hunjamkan ke dadaku berkali-kali. Aku meradang. Merintih kesakitan. Aku sekarat, hampir mati. Lalu, aku pergi meninggalkan dia. Meninggalkan senyum manisnya yang menipu. Meninggalkan kerling matanya yang tajam ingin membunuhku. Tapi dia terus membuntutiku dengan belati. Aku bingung. Ke mana aku harus sembunyi? Aku sering merasa putus asa dan ingin bunuh diri. Memotong urat nadi. Atau menjerat leher dengan tali.

Bukankah lebih terhormat mati bunuh diri dari pada mati sia-sia ditikam belati? Maka, suatu hari aku membeli seutas tali. Aku berharap seutas tali itu akan mengantarku ke surga. Lalu kutulis surat pendek untuk orang tua dan saudara-saudaraku. Kukatakan pada mereka bahwa aku akan bunuh diri. Maaf, ayah, ibu, kakak, jika selama ini aku pernah berbuat salah pada kalian. Maaf. Maaf. Ini sudah menjadi keputusanku. Jangan pernah menangisi kepergianku. Sebab aku laki-laki terhormat sudah sepantasnya mati dengan cara terhormat pula. Bukan mati di tangan dia.

Seutas tali itu telah kuikat di atas pintu kamar. Pada ujung tali di bawah kubuat simpul lubang sebesar kepalaku. Lubang itu nanti yang akan menjerat leherku. Membuat batang leherku mengisut dan nafasku berhenti. Aku akan terbang jauh. Melayang tinggi. Menembus langit. Awan. Udara. Menuju tempat paling sunyi. Paling tersembunyi. Kini aku tinggal mencari kursi. Kursi yang akan menjadi pijakan terakhir kakiku saat aku memasukkan kepalaku pada simpul lubang tali. Meletakkan simpul tali itu persis di batang leherku. Kursi itu sendiri nanti akan kutendang secepat mungkin, agar hentakkan tubuhku lebih cepat jatuh ke bawah.

Aku mencari-cari kursi. Tapi ternyata tidak mudah menemukan kursi yang cocok untuk bunuh diri. Kuobrak-abrik seluruh rumah. Aku sudah tidak sabar melakukannya. Seperti ada kekuatan gaib yang tiba-tiba merasuk ke dalam tubuhku membuatku begitu terburu-buru. Membuatku seperti orang diluapi birahi. Ah, apakah bunuh diri sama nikmat dengan senggama? Apakah saat nafas meregang satu-satu, rasanya nikmat seperti saat orgasme? Bukankah saat bunuh diri penis kita juga mengeluarkan sperma?

Akhirnya kutemukan kursi di depan meja komputer. Kursi yang selama ini sering kugunakan untuk sembunyi dari kejaran dia. Kursi yang begitu setia menemaniku saat menulis cerita. Kursi butut, jelek, usang, ah, kenapa nasibmu begini tragis? Kenapa nasibmu tak sepadan dengan pengorbananmu? Terima kasih atas pengabdianmu selama ini. Bertahun-tahun lamanya kamu menemaniku. Maaf, nanti kamu akan campak sia-sia. Aku akan menendangmu sekuat tenaga agar kematianku lebih sempurna.

Aku telah bersiap bunuh diri. Aku berdiri di atas kursi. Sedikit pun kakiku tidak gemetar. Wajahku tidak pucat. Tubuhku tidak berkeringat. Aku tinggal mengalungkan simpul tali di leherku. Menendang kursi. Lalu, wuuss… Segala kesengsaraan itu akan lesap. Segala perih luka itu akan musnah. Inilah saat paling indah di mana aku terbebas dari kejaran dia. Tak akan pernah kulihat lagi belati dia menari-nari di wajahku. Aku sudah lebih dulu mati bunuh diri. Mati sebagai laki-laki sejati.

Simpul tali itu telah kukalungkan di leher. Kuat. Aku memejamkan mata rapat-rapat. Kutarik nafas panjang. Sangat panjang. Inilah tarikan nafasku yang terakhir. Aku berusaha menikmati tarikan nafas ini seperti bayi yang baru lahir. Pada udara yang masuk hidungku, kurasakan geletar hebat di pori-pori kulitku. Lalu, geletar itu merasuk ke dalam tubuhku, berpusar dan bergulung di dalam perut, lalu naik ke atas menghunjam ubun-ubunku.

Aku tinggal menendang kursi tempat kedua kakiku berpijak ketika tiba-tiba dia muncul di depanku dengan belati menari-nari di tangan. ‘“Kenapa kamu mesti bunuh diri, Sayang. Bukankah lebih asyik jika kubunuh perlahan-lahan dengan belati ini. Belati ini masih cukup tajam untuk kulitmu yang jarang tersentuh matahari. Ayo, kita nikmati saja permainan ini berdua. Kupotong tubuhmu sekerat demi sekerat…” Dia bersuara dengan lembut. Tapi aku begitu gugup, melepaskan jerat tali di leherku. Lari ke luar. Menerobos gelap malam.

Aku terus lari. Menerobos semak berduri. Menahan dingin dan rasa nyeri. Tapi malam terlampau gelap. Kabut tiba-tiba turun menghalang pandanganku. Aku tak bisa lari. Aku lelah. Tubuhku terhuyung roboh ke tanah. ***

PAGI. Terhuyung aku pulang ke rumah dengan satu cita-cita untuk bunuh diri. Kali ini aku tak boleh gagal. Ya, ya, aku harus berhasil. Aku akan melakukannya dengan cepat sebelum dia datang menghunjamkan belatinya ke dadaku. Tapi saat masuk ke dalam rumah, kulihat tali yang semalam ingin kugunakan untuk bunuh diri sudah raib. Tentu dia yang mengambil tali itu. Dia tak suka aku bunuh diri. Dia ingin menikmati kematianku dengan belati.

Tak ada tali. Maka kuambil pisau dapur di lemari. Aku ingin bunuh diri dengan cara memotong urat nadi. Ini pekerjaan mudah. Aku sudah sering mengiris roti. Kali ini mengiris urat nadi. Darah segar tentu akan muncrat saat nadiku putus. Aku tidak tahu apakah aku akan langsung mati atau menggelepar-gelepar seperti ikan koki? Aku lebih senang jika langsung mati. Tapi seandainya aku harus menahan sakit, akan kunikmati rasa sakit itu sepenuh hati. Rasa sakit ini tentu hanya sementara sebab aku akan mati. Aku akan kehilangan segala rasa.

Kusandarkan tubuhku di dinding rumah. Dinding rumah itu terasa dingin seperti ujung pisau di tanganku. Aku memejamkan mata sembari berdoa agar kelak aku masuk surga. Usai berdoa, mata kembali kubuka dan kali ini aku benar-benar sudah siap bunuh diri. Perlahan kuangkat pisau itu. Kucium ujungnya, kurasakan ketajamannya lalu kuayun sekuat tenaga: cress! Cress! Darah segar muncrat dari nadiku. Membasahi lantai dan wajahku. Kulihat darah terus mengalir dari nadiku. Warnanya merah. Aku merintih dan menggelepar kesakitan. Aku meronta dan meregang. Lalu, segala yang tampak di mataku perlahan-lahan berubah gelap. Senyap. ***

TEMPAT apa ini namanya? Semua serba putih. Serba wangi. Kulihat puluhan orang mengelilingiku. Menatap iba. Aku lupa siapa mereka. Tapi rasa-rasanya aku pernah akrab. Kuperhatikan wajah-wajah sedih itu satu persatu. Aku menghimpun segala ingatan untuk mengingat nama mereka. Tapi aku benar-benar lupa. Apakah aku sudah mati? Samar telingaku mendengar suara orang membaca kitab suci.

Sejurus kemudian seseorang menghampiriku. Berbisik. “Aku Joni Ariadinata. Ini Satmoko Budi Santoso, Itu Amien Wangsitalaja, Abdul Wachid BS. Nach, yang kurus berdiri di pojok itu, Sri Wintala Achmad. Sebelahnya, Raudal Tanjung Banua, Achmad Muhaimin Azzet, Indra Tranggono, Otto Sukatno CR, Zainal Arifin Thoha, Iman Budhi Santoso, Joko Budhiarto, Jayadi Kastari, Hadjid Hamzah, Handoko Adi Nugroho, Arwan Turi Artha, Mustofa W Hasyim, Arief Fauzi Marzuki, Edi AH Iyubenu, Nurel Javissyarqi, Soegiyono MS, Afrizal Noor Hakim Asrori, Tahta Tanual, Andi Irmawan, Imam Samudra, Amrozi…”

Aku mengangguk-angguk mulai mengenali orang-orang itu. Mereka kawan-kawan terbaikku. Aku kemudian mengalihkan pandangku di sudut lain. Pada sekerumun perempuan berkerudung hitam. Beberapa orang kulihat matanya sembab. Sebagian menitikkan air mata. Lagi-lagi aku seperti pernah mengenal orang-orang itu. Entah di mana. Mungkin dalam sebuah diskusi sastra atau pertunjukan teater. Tapi, ah, kenapa aku lupa nama mereka? Apakah aku sudah mati? Samar telingaku mendengar suara orang membaca kitab suci.

“Kami datang untuk mengantarmu…” Kudengar seorang perempuan bersuara. Lembut. “Aku Evi Idawati. Sebelahku, Aning Ayu Kusuma, Ulfatin Ch, Abidah El Khalieqi, Endang Susanti Rustamadji, Ita Dian Novita, Maya Wulan, Niken Wresniati, Eltsaqofa Najuba Azzahra, Dwi Ifidiati, Inul Daratista, Tamara Blesynski…” Perempuan itu berhenti sejenak. Pandangan matanya menyimpan kesedihan mendalam. Lalu, “Kami semua sangat sedih dan turut berduka cita…”
Ya, ya, kini aku mulai bisa mengenali orang-orang berkerudung hitam itu. Aku ingin bangkit menghampiri mereka. Menyalami mereka. Tapi tidak bisa. Tubuhku benar-benar tidak bertenaga….

Kulonprogo-Depok.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi