Teguh Winarsho AS
http://www.kr.co.id/
DIA melukaiku lagi. Dengan belati. Dia hunjamkan ke dadaku berkali-kali. Aku meradang. Merintih kesakitan. Aku sekarat, hampir mati. Lalu, aku pergi meninggalkan dia. Meninggalkan senyum manisnya yang menipu. Meninggalkan kerling matanya yang tajam ingin membunuhku. Tapi dia terus membuntutiku dengan belati. Aku bingung. Ke mana aku harus sembunyi? Aku sering merasa putus asa dan ingin bunuh diri. Memotong urat nadi. Atau menjerat leher dengan tali.
Bukankah lebih terhormat mati bunuh diri dari pada mati sia-sia ditikam belati? Maka, suatu hari aku membeli seutas tali. Aku berharap seutas tali itu akan mengantarku ke surga. Lalu kutulis surat pendek untuk orang tua dan saudara-saudaraku. Kukatakan pada mereka bahwa aku akan bunuh diri. Maaf, ayah, ibu, kakak, jika selama ini aku pernah berbuat salah pada kalian. Maaf. Maaf. Ini sudah menjadi keputusanku. Jangan pernah menangisi kepergianku. Sebab aku laki-laki terhormat sudah sepantasnya mati dengan cara terhormat pula. Bukan mati di tangan dia.
Seutas tali itu telah kuikat di atas pintu kamar. Pada ujung tali di bawah kubuat simpul lubang sebesar kepalaku. Lubang itu nanti yang akan menjerat leherku. Membuat batang leherku mengisut dan nafasku berhenti. Aku akan terbang jauh. Melayang tinggi. Menembus langit. Awan. Udara. Menuju tempat paling sunyi. Paling tersembunyi. Kini aku tinggal mencari kursi. Kursi yang akan menjadi pijakan terakhir kakiku saat aku memasukkan kepalaku pada simpul lubang tali. Meletakkan simpul tali itu persis di batang leherku. Kursi itu sendiri nanti akan kutendang secepat mungkin, agar hentakkan tubuhku lebih cepat jatuh ke bawah.
Aku mencari-cari kursi. Tapi ternyata tidak mudah menemukan kursi yang cocok untuk bunuh diri. Kuobrak-abrik seluruh rumah. Aku sudah tidak sabar melakukannya. Seperti ada kekuatan gaib yang tiba-tiba merasuk ke dalam tubuhku membuatku begitu terburu-buru. Membuatku seperti orang diluapi birahi. Ah, apakah bunuh diri sama nikmat dengan senggama? Apakah saat nafas meregang satu-satu, rasanya nikmat seperti saat orgasme? Bukankah saat bunuh diri penis kita juga mengeluarkan sperma?
Akhirnya kutemukan kursi di depan meja komputer. Kursi yang selama ini sering kugunakan untuk sembunyi dari kejaran dia. Kursi yang begitu setia menemaniku saat menulis cerita. Kursi butut, jelek, usang, ah, kenapa nasibmu begini tragis? Kenapa nasibmu tak sepadan dengan pengorbananmu? Terima kasih atas pengabdianmu selama ini. Bertahun-tahun lamanya kamu menemaniku. Maaf, nanti kamu akan campak sia-sia. Aku akan menendangmu sekuat tenaga agar kematianku lebih sempurna.
Aku telah bersiap bunuh diri. Aku berdiri di atas kursi. Sedikit pun kakiku tidak gemetar. Wajahku tidak pucat. Tubuhku tidak berkeringat. Aku tinggal mengalungkan simpul tali di leherku. Menendang kursi. Lalu, wuuss… Segala kesengsaraan itu akan lesap. Segala perih luka itu akan musnah. Inilah saat paling indah di mana aku terbebas dari kejaran dia. Tak akan pernah kulihat lagi belati dia menari-nari di wajahku. Aku sudah lebih dulu mati bunuh diri. Mati sebagai laki-laki sejati.
Simpul tali itu telah kukalungkan di leher. Kuat. Aku memejamkan mata rapat-rapat. Kutarik nafas panjang. Sangat panjang. Inilah tarikan nafasku yang terakhir. Aku berusaha menikmati tarikan nafas ini seperti bayi yang baru lahir. Pada udara yang masuk hidungku, kurasakan geletar hebat di pori-pori kulitku. Lalu, geletar itu merasuk ke dalam tubuhku, berpusar dan bergulung di dalam perut, lalu naik ke atas menghunjam ubun-ubunku.
Aku tinggal menendang kursi tempat kedua kakiku berpijak ketika tiba-tiba dia muncul di depanku dengan belati menari-nari di tangan. ‘“Kenapa kamu mesti bunuh diri, Sayang. Bukankah lebih asyik jika kubunuh perlahan-lahan dengan belati ini. Belati ini masih cukup tajam untuk kulitmu yang jarang tersentuh matahari. Ayo, kita nikmati saja permainan ini berdua. Kupotong tubuhmu sekerat demi sekerat…” Dia bersuara dengan lembut. Tapi aku begitu gugup, melepaskan jerat tali di leherku. Lari ke luar. Menerobos gelap malam.
Aku terus lari. Menerobos semak berduri. Menahan dingin dan rasa nyeri. Tapi malam terlampau gelap. Kabut tiba-tiba turun menghalang pandanganku. Aku tak bisa lari. Aku lelah. Tubuhku terhuyung roboh ke tanah. ***
PAGI. Terhuyung aku pulang ke rumah dengan satu cita-cita untuk bunuh diri. Kali ini aku tak boleh gagal. Ya, ya, aku harus berhasil. Aku akan melakukannya dengan cepat sebelum dia datang menghunjamkan belatinya ke dadaku. Tapi saat masuk ke dalam rumah, kulihat tali yang semalam ingin kugunakan untuk bunuh diri sudah raib. Tentu dia yang mengambil tali itu. Dia tak suka aku bunuh diri. Dia ingin menikmati kematianku dengan belati.
Tak ada tali. Maka kuambil pisau dapur di lemari. Aku ingin bunuh diri dengan cara memotong urat nadi. Ini pekerjaan mudah. Aku sudah sering mengiris roti. Kali ini mengiris urat nadi. Darah segar tentu akan muncrat saat nadiku putus. Aku tidak tahu apakah aku akan langsung mati atau menggelepar-gelepar seperti ikan koki? Aku lebih senang jika langsung mati. Tapi seandainya aku harus menahan sakit, akan kunikmati rasa sakit itu sepenuh hati. Rasa sakit ini tentu hanya sementara sebab aku akan mati. Aku akan kehilangan segala rasa.
Kusandarkan tubuhku di dinding rumah. Dinding rumah itu terasa dingin seperti ujung pisau di tanganku. Aku memejamkan mata sembari berdoa agar kelak aku masuk surga. Usai berdoa, mata kembali kubuka dan kali ini aku benar-benar sudah siap bunuh diri. Perlahan kuangkat pisau itu. Kucium ujungnya, kurasakan ketajamannya lalu kuayun sekuat tenaga: cress! Cress! Darah segar muncrat dari nadiku. Membasahi lantai dan wajahku. Kulihat darah terus mengalir dari nadiku. Warnanya merah. Aku merintih dan menggelepar kesakitan. Aku meronta dan meregang. Lalu, segala yang tampak di mataku perlahan-lahan berubah gelap. Senyap. ***
TEMPAT apa ini namanya? Semua serba putih. Serba wangi. Kulihat puluhan orang mengelilingiku. Menatap iba. Aku lupa siapa mereka. Tapi rasa-rasanya aku pernah akrab. Kuperhatikan wajah-wajah sedih itu satu persatu. Aku menghimpun segala ingatan untuk mengingat nama mereka. Tapi aku benar-benar lupa. Apakah aku sudah mati? Samar telingaku mendengar suara orang membaca kitab suci.
Sejurus kemudian seseorang menghampiriku. Berbisik. “Aku Joni Ariadinata. Ini Satmoko Budi Santoso, Itu Amien Wangsitalaja, Abdul Wachid BS. Nach, yang kurus berdiri di pojok itu, Sri Wintala Achmad. Sebelahnya, Raudal Tanjung Banua, Achmad Muhaimin Azzet, Indra Tranggono, Otto Sukatno CR, Zainal Arifin Thoha, Iman Budhi Santoso, Joko Budhiarto, Jayadi Kastari, Hadjid Hamzah, Handoko Adi Nugroho, Arwan Turi Artha, Mustofa W Hasyim, Arief Fauzi Marzuki, Edi AH Iyubenu, Nurel Javissyarqi, Soegiyono MS, Afrizal Noor Hakim Asrori, Tahta Tanual, Andi Irmawan, Imam Samudra, Amrozi…”
Aku mengangguk-angguk mulai mengenali orang-orang itu. Mereka kawan-kawan terbaikku. Aku kemudian mengalihkan pandangku di sudut lain. Pada sekerumun perempuan berkerudung hitam. Beberapa orang kulihat matanya sembab. Sebagian menitikkan air mata. Lagi-lagi aku seperti pernah mengenal orang-orang itu. Entah di mana. Mungkin dalam sebuah diskusi sastra atau pertunjukan teater. Tapi, ah, kenapa aku lupa nama mereka? Apakah aku sudah mati? Samar telingaku mendengar suara orang membaca kitab suci.
“Kami datang untuk mengantarmu…” Kudengar seorang perempuan bersuara. Lembut. “Aku Evi Idawati. Sebelahku, Aning Ayu Kusuma, Ulfatin Ch, Abidah El Khalieqi, Endang Susanti Rustamadji, Ita Dian Novita, Maya Wulan, Niken Wresniati, Eltsaqofa Najuba Azzahra, Dwi Ifidiati, Inul Daratista, Tamara Blesynski…” Perempuan itu berhenti sejenak. Pandangan matanya menyimpan kesedihan mendalam. Lalu, “Kami semua sangat sedih dan turut berduka cita…”
Ya, ya, kini aku mulai bisa mengenali orang-orang berkerudung hitam itu. Aku ingin bangkit menghampiri mereka. Menyalami mereka. Tapi tidak bisa. Tubuhku benar-benar tidak bertenaga….
Kulonprogo-Depok.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar