Jumat, 01 Oktober 2010

RASA MARDIKA: REPRESENTASI PSIKOLOGI TOKOH PROPAGANDIS ATAS PERLAWANAN KAUM KROMO

Agus Sulton *
http://www.sastra-indonesia.com/

PENDAHULUAN

Rasa Merdika adalah novel karya Soemantri. Ditulis memakai ejaan Melayu lama yang terdiri dari 134 halaman, harga f 0,25. Diterbitkan oleh PKI Semarang, Juli 1924 dan ditulis dalam penjara di Semarang, tertangkap lantaran terdakwa melanggar artikel 161 bis dari stafwetboek yang akhirnya dihukum selama lima bulan. Selama di prefentief atau penjara Soemantri dapat menulis dua buah karya yaitu, Rasa Merdika dan Rahasia Terboeka, suatu cerita kesusahan atau penindasan yang terjadi di Kota Semarang pada masa Kolonial Hindia Belanda—saat bersamaan PKI mulai melebarkan sayapnya.

Rasa Merdika: Hikajat Soedjanmo yang ditulis oleh Soemantri menjadi perdebatan hingga sekarang untuk mencari tahu siapa pengarang sebenarnya, apakah Mas Marco Kartodikromo atau Soemantri? Benedit Anderson dalam Imagines Communities menegaskan bahwa Soemantri adalah teman Mas Marco. Mendiang Bujang Saleh—yang kompeten dalam bidang ini menegaskan bahwa Rasa Mardika adalah karya Mas Marco. Dalam kesempatan ini saya menegaskan bahwa novel ini dikarang oleh Soemantri sendiri. Kenapa ? karena, dari berbagai sumber data menjelaskan, bahwa Mas Marco tidak pernah menulis karya yang berjudul Rahasia Terboeka, bukti otentik penulis peroleh dalam ”permoela’an kata” di situ menyebutkan bahwa, Soemantri dipenjara selama lima bulan menulis dua buah novel, yaitu Rasa Merdika dan Rahasia Terboeka.

Lebih lanjut, Sub judul novel ini adalah Hikajat Soedjanmo, keterangan ini dibuat karena cerita ini berkisar pada tokoh Soedjanmo—sebagai tokoh utama, psikologi Soedjanmo dilukiskan sebagai pemuda yang baik budi, patuh, pemberani, dan berdarah dingin. Selain itu, novel ini banyak mengandung sisi humanisme yang perlu untuk dijadikan tauladan yang baik, sehingga penulis sangat tertarik pada penggambaran psikologi tokoh-tokohnya dalam novel Rasa Merdika ini. Walaupun orang memandang novel ini adalah novel bacaan liar, itu semua tidak lepas dari luapan orang yang sudah dininabobokkan oleh Kolonial Hindia Belanda pada saat itu, yaitu Balai Pustaka. Yang perlu diingat lagi adalah, novel ini didalamnya banyak mengajarkan sikap bijak kepada semama manusia, agar nantinya tidak ada sikap saling serakah.

PSIKOLOGI SASTRA DAN PSIKOLOGI TOKOH

Psiokologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Bahkan, psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang, akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra.

Pada dasarnya, psikologi sastra akan ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus. Pertama, pendekatan tekstual, yang mengkaji psikologi tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan reseptif-pragmatik, yang mengkaji aspek psikologi pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya sastra yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca delam menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologi sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya (Endraswara, 2003: 99).

Aplikasi konkritnya, terlukiskan pada novel Rasa Mardika karya Soemantri, disini pengarang menggambarkan di Kota Semarang yang masyarakatnya mengalami penindasan dengan cara menyewa tanah petani kecil dengan paksa dan ongkos sewa yang sangat rendah. Uang yang didapat petani itu tidak seimbang dengan keperluan hidupnya, sehingga banyak petani yang beralih pekerjaan menjadi kuli di kota-kota besar. Deskripsi tersebut nampak jelas pada diri psikologi tokoh Kromotjiloko—bekas petani yang merantau menjadi buruh di kota.

Selain itu, terdapat juga tokoh putih atau tokoh central dalam novel ini yaitu, Soedjanmo dan Sastro. Sastro diangkat oleh Soedjanmo sebagai guru karena dapat memberikan jalan keluar pada Soedjanmo yang mula-mula mempunyai pandangan yang kabur tentang kehidupan sosial. Melalui Sastro, pengarang memasukkan ideologi komunis kepada Soedjanmo. Sastro, dalam hal ini termasuk golongan intelektual. Dia menjadi pembawa paham komunis dan menyebarkannya. Tokoh lain yang menjadi corongpengarang adalah Soedarmo. Ia seorang wartawan dan umumnya wartawan pembawa ide baru. Selain itu, novel ini paham internasionalisme dipertentangkan dengan paham nasional dan dimasukkan pengarang melalui cakapan antara Sastro dan Soedjanmo.

Deskripsi watak tokoh tersebut, diperjelas dalam perkembangan teori psikologi Sigmund Freud yang memfokuskan pada perilaku manusia. Tetapi perlu dipahami bahwa di dalam disiplin psikologi ini terdapat banyak cabang yang mesti sama-sama menjelaskan faktor-faktor determinan perilaku manusia, namun tak jarang bertolak belakang secara ekstrim. Salah satu titik ekstrim adalah aliran behavioristik, beserta derivatnya, yang berkeyakinan bahwa segala macam perilaku manusia dipengarui oleh faktor-faktor di luar dirinya yang disebut stimulus. Tujuan perilaku manusia adalah merespon stimulus ini.

PROPAGANDA DAN RESISTENSI RASA MRDIKA

Sastra menampilkan kehidupan, dan kehidupan adalah kenyataan sosial (Damono: 1999). Kutipan ini memberikan makna, bahwa pengarang dan peristiwa yang dialami serta masyarakat merupakan siklus yang tidak bisa dipisahkan dalam sastra. Ketiga unsur itu merupakan siklus penting dalam pembentukan sebuah dunia baru yang ideal berdasarkan keinginan pengarang.

Sastra merupakan cerminan fiktif kehidupan masyarakat yang banyak mengangkat permasalahan yang ada dalam masyarakat. Unsur-unsur yang terdapat dalam masyarakat itu diantaranya adalah politik, ekonomi, norma-norma sosial, agama, adat istiadat dan unsur-unsur lainnya.

Sastra sebagai sebuah institusi, mempergunakan bahasa tulis sebagai media komunikasinya. Dengan demikian bahasa tulis, pengarang bebas untuk lebih jeli dalam mengolah realitas politik yang berkembang dalam masyarakat sehari-hari dan memadukan dengan daya imajinasinya, kemudian dikemas menjadi karya sastra. Karya sastra hadir dalam masyarakat dikarenakan faktor-faktor sejarah dan lingkungan tempat karya itu dilahirkan.

Dari masyarakat itulah sebuah karya terbentuk, baik itu sifatnya realis sosialis atau hanya bersifat fiksi. Tapi penggambaran tokoh-tokoh dalam karya sastra itu sedikit banyak—tidak bisa lepas dari kejadian atau penggambaran fiktif dari sang pengarang. Tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra tidak lepas dari bumbuan atau ideologi yang dianut pengarang. Dalam hal ini, apabila pengarang tokoh propagandis dari sebuah partai, maka psikologi tokoh-tokoh yang diciptakan dalam karya tersebut tidak akan lepas dari latar belakang yang dibidangi oleh pencipta karya tersebut.

Lebih lanjut Damono (1999) dalam Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida menyatakan bahwa sastra propaganda atau karya sastra yang mengandung suatu ajaran politik tertentu akan berhasil bila pengarangnya terlibat secara langsung dengan kegiatan politik. Dalam hal ini novel-is politik harus melibatkan dari sebaik-baiknya dalam pergolakan politik karena tanpa hal itu karya sastra akan mentah.

Pada dasarnya, psikologi tokoh propagandis dalam novel Rasa Merdika lebih bersifat radikal. Pencipta mempunyai tujuan untuk mempengarui pembaca yang memakai medium tokoh-tokoh pemberani dan bijaksana dalam novel tersebut. Karena sedikit banyak novel ini membicarakan tentang kaum kromo yang semakin terpinggirkan karena ladang-ladang mereka dipaksa oleh kaum borjuis—kapitalis untuk disewa dengan harga yang sangat murah, sehingga masyarakatnya semakin klabakan untuk menyambung kehidupan dengan jalan merantau ke Kota.

Ringkasnya, tokoh propagandis dalam novel Rasa Merdika ini banyak memberikan proses pencerahan kepada masyarakat kaum kromo, agar sadar akan penindasan yang dialami selama hidupnya. Bentuk ini sebagai bukti resistensi (perlawan) masyarakat pribumi yang anti Kolonial Hindia Belanda. Disamping itu, penulisan novel Rasa Merdika banyak didasarkan pada ajaran Marx. Di sini, persoalan perjuangan kelas sangat diutamakan. Kelas menurut Marxisme pada pokoknya ada dua macam dalam setiap masyarakat, yaitu kelas yang memiliki tanah (alat produksi) dan kelas yang tidak memiliki tanah—tenaga disumbangkan dalam proses produksi (Soewarsono: 2000).

Namun pada pokoknya, novel monumental Rasa Mardika paling tidak dapat memberikan sugestif (propaganda) dan aspek referensial dalam proses perjuangan (resistensi) akan keberadaan rezim penguasa yang haus kekuasaan (wilayah). Yang jelas tiap-tiap psikologi tokoh, baik arti nama atau sikap antar tokoh selalu mencerminkan dan menentang sistem kelas, kelas dalam arti Marxisme senantiasa berada dalam perebutan kekuasaan, sehingga Rasa Mardika patut untuk dijadikan sebagai bekal dalam memahami arti kemanusiaan dan dasar pemikiran, karena apa yang direpresentasikan Soemantri terhadap tokoh-tokoh di dalamnya menunjukkan gagasan untuk menyadarkan masyarakat melalui pergerakan politik agar persamaan hak dapat diwujudkan tanpa ada yang saling dirugikan (korban).

*) Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Jombang.
Tinggal dan berkarya di Ngoro, Jombang, Jawa Timur.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi