Agus Sulton *
http://www.sastra-indonesia.com/
PENDAHULUAN
Rasa Merdika adalah novel karya Soemantri. Ditulis memakai ejaan Melayu lama yang terdiri dari 134 halaman, harga f 0,25. Diterbitkan oleh PKI Semarang, Juli 1924 dan ditulis dalam penjara di Semarang, tertangkap lantaran terdakwa melanggar artikel 161 bis dari stafwetboek yang akhirnya dihukum selama lima bulan. Selama di prefentief atau penjara Soemantri dapat menulis dua buah karya yaitu, Rasa Merdika dan Rahasia Terboeka, suatu cerita kesusahan atau penindasan yang terjadi di Kota Semarang pada masa Kolonial Hindia Belanda—saat bersamaan PKI mulai melebarkan sayapnya.
Rasa Merdika: Hikajat Soedjanmo yang ditulis oleh Soemantri menjadi perdebatan hingga sekarang untuk mencari tahu siapa pengarang sebenarnya, apakah Mas Marco Kartodikromo atau Soemantri? Benedit Anderson dalam Imagines Communities menegaskan bahwa Soemantri adalah teman Mas Marco. Mendiang Bujang Saleh—yang kompeten dalam bidang ini menegaskan bahwa Rasa Mardika adalah karya Mas Marco. Dalam kesempatan ini saya menegaskan bahwa novel ini dikarang oleh Soemantri sendiri. Kenapa ? karena, dari berbagai sumber data menjelaskan, bahwa Mas Marco tidak pernah menulis karya yang berjudul Rahasia Terboeka, bukti otentik penulis peroleh dalam ”permoela’an kata” di situ menyebutkan bahwa, Soemantri dipenjara selama lima bulan menulis dua buah novel, yaitu Rasa Merdika dan Rahasia Terboeka.
Lebih lanjut, Sub judul novel ini adalah Hikajat Soedjanmo, keterangan ini dibuat karena cerita ini berkisar pada tokoh Soedjanmo—sebagai tokoh utama, psikologi Soedjanmo dilukiskan sebagai pemuda yang baik budi, patuh, pemberani, dan berdarah dingin. Selain itu, novel ini banyak mengandung sisi humanisme yang perlu untuk dijadikan tauladan yang baik, sehingga penulis sangat tertarik pada penggambaran psikologi tokoh-tokohnya dalam novel Rasa Merdika ini. Walaupun orang memandang novel ini adalah novel bacaan liar, itu semua tidak lepas dari luapan orang yang sudah dininabobokkan oleh Kolonial Hindia Belanda pada saat itu, yaitu Balai Pustaka. Yang perlu diingat lagi adalah, novel ini didalamnya banyak mengajarkan sikap bijak kepada semama manusia, agar nantinya tidak ada sikap saling serakah.
PSIKOLOGI SASTRA DAN PSIKOLOGI TOKOH
Psiokologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Bahkan, psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang, akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra.
Pada dasarnya, psikologi sastra akan ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus. Pertama, pendekatan tekstual, yang mengkaji psikologi tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan reseptif-pragmatik, yang mengkaji aspek psikologi pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya sastra yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca delam menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologi sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya (Endraswara, 2003: 99).
Aplikasi konkritnya, terlukiskan pada novel Rasa Mardika karya Soemantri, disini pengarang menggambarkan di Kota Semarang yang masyarakatnya mengalami penindasan dengan cara menyewa tanah petani kecil dengan paksa dan ongkos sewa yang sangat rendah. Uang yang didapat petani itu tidak seimbang dengan keperluan hidupnya, sehingga banyak petani yang beralih pekerjaan menjadi kuli di kota-kota besar. Deskripsi tersebut nampak jelas pada diri psikologi tokoh Kromotjiloko—bekas petani yang merantau menjadi buruh di kota.
Selain itu, terdapat juga tokoh putih atau tokoh central dalam novel ini yaitu, Soedjanmo dan Sastro. Sastro diangkat oleh Soedjanmo sebagai guru karena dapat memberikan jalan keluar pada Soedjanmo yang mula-mula mempunyai pandangan yang kabur tentang kehidupan sosial. Melalui Sastro, pengarang memasukkan ideologi komunis kepada Soedjanmo. Sastro, dalam hal ini termasuk golongan intelektual. Dia menjadi pembawa paham komunis dan menyebarkannya. Tokoh lain yang menjadi corongpengarang adalah Soedarmo. Ia seorang wartawan dan umumnya wartawan pembawa ide baru. Selain itu, novel ini paham internasionalisme dipertentangkan dengan paham nasional dan dimasukkan pengarang melalui cakapan antara Sastro dan Soedjanmo.
Deskripsi watak tokoh tersebut, diperjelas dalam perkembangan teori psikologi Sigmund Freud yang memfokuskan pada perilaku manusia. Tetapi perlu dipahami bahwa di dalam disiplin psikologi ini terdapat banyak cabang yang mesti sama-sama menjelaskan faktor-faktor determinan perilaku manusia, namun tak jarang bertolak belakang secara ekstrim. Salah satu titik ekstrim adalah aliran behavioristik, beserta derivatnya, yang berkeyakinan bahwa segala macam perilaku manusia dipengarui oleh faktor-faktor di luar dirinya yang disebut stimulus. Tujuan perilaku manusia adalah merespon stimulus ini.
PROPAGANDA DAN RESISTENSI RASA MRDIKA
Sastra menampilkan kehidupan, dan kehidupan adalah kenyataan sosial (Damono: 1999). Kutipan ini memberikan makna, bahwa pengarang dan peristiwa yang dialami serta masyarakat merupakan siklus yang tidak bisa dipisahkan dalam sastra. Ketiga unsur itu merupakan siklus penting dalam pembentukan sebuah dunia baru yang ideal berdasarkan keinginan pengarang.
Sastra merupakan cerminan fiktif kehidupan masyarakat yang banyak mengangkat permasalahan yang ada dalam masyarakat. Unsur-unsur yang terdapat dalam masyarakat itu diantaranya adalah politik, ekonomi, norma-norma sosial, agama, adat istiadat dan unsur-unsur lainnya.
Sastra sebagai sebuah institusi, mempergunakan bahasa tulis sebagai media komunikasinya. Dengan demikian bahasa tulis, pengarang bebas untuk lebih jeli dalam mengolah realitas politik yang berkembang dalam masyarakat sehari-hari dan memadukan dengan daya imajinasinya, kemudian dikemas menjadi karya sastra. Karya sastra hadir dalam masyarakat dikarenakan faktor-faktor sejarah dan lingkungan tempat karya itu dilahirkan.
Dari masyarakat itulah sebuah karya terbentuk, baik itu sifatnya realis sosialis atau hanya bersifat fiksi. Tapi penggambaran tokoh-tokoh dalam karya sastra itu sedikit banyak—tidak bisa lepas dari kejadian atau penggambaran fiktif dari sang pengarang. Tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra tidak lepas dari bumbuan atau ideologi yang dianut pengarang. Dalam hal ini, apabila pengarang tokoh propagandis dari sebuah partai, maka psikologi tokoh-tokoh yang diciptakan dalam karya tersebut tidak akan lepas dari latar belakang yang dibidangi oleh pencipta karya tersebut.
Lebih lanjut Damono (1999) dalam Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida menyatakan bahwa sastra propaganda atau karya sastra yang mengandung suatu ajaran politik tertentu akan berhasil bila pengarangnya terlibat secara langsung dengan kegiatan politik. Dalam hal ini novel-is politik harus melibatkan dari sebaik-baiknya dalam pergolakan politik karena tanpa hal itu karya sastra akan mentah.
Pada dasarnya, psikologi tokoh propagandis dalam novel Rasa Merdika lebih bersifat radikal. Pencipta mempunyai tujuan untuk mempengarui pembaca yang memakai medium tokoh-tokoh pemberani dan bijaksana dalam novel tersebut. Karena sedikit banyak novel ini membicarakan tentang kaum kromo yang semakin terpinggirkan karena ladang-ladang mereka dipaksa oleh kaum borjuis—kapitalis untuk disewa dengan harga yang sangat murah, sehingga masyarakatnya semakin klabakan untuk menyambung kehidupan dengan jalan merantau ke Kota.
Ringkasnya, tokoh propagandis dalam novel Rasa Merdika ini banyak memberikan proses pencerahan kepada masyarakat kaum kromo, agar sadar akan penindasan yang dialami selama hidupnya. Bentuk ini sebagai bukti resistensi (perlawan) masyarakat pribumi yang anti Kolonial Hindia Belanda. Disamping itu, penulisan novel Rasa Merdika banyak didasarkan pada ajaran Marx. Di sini, persoalan perjuangan kelas sangat diutamakan. Kelas menurut Marxisme pada pokoknya ada dua macam dalam setiap masyarakat, yaitu kelas yang memiliki tanah (alat produksi) dan kelas yang tidak memiliki tanah—tenaga disumbangkan dalam proses produksi (Soewarsono: 2000).
Namun pada pokoknya, novel monumental Rasa Mardika paling tidak dapat memberikan sugestif (propaganda) dan aspek referensial dalam proses perjuangan (resistensi) akan keberadaan rezim penguasa yang haus kekuasaan (wilayah). Yang jelas tiap-tiap psikologi tokoh, baik arti nama atau sikap antar tokoh selalu mencerminkan dan menentang sistem kelas, kelas dalam arti Marxisme senantiasa berada dalam perebutan kekuasaan, sehingga Rasa Mardika patut untuk dijadikan sebagai bekal dalam memahami arti kemanusiaan dan dasar pemikiran, karena apa yang direpresentasikan Soemantri terhadap tokoh-tokoh di dalamnya menunjukkan gagasan untuk menyadarkan masyarakat melalui pergerakan politik agar persamaan hak dapat diwujudkan tanpa ada yang saling dirugikan (korban).
*) Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Jombang.
Tinggal dan berkarya di Ngoro, Jombang, Jawa Timur.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar