Selasa, 12 Oktober 2010

Menunggumu, Luka Masih Menyapa

Denny Mizhar
http://www.sastra-indonesia.com/

“Perjalanan ini masih panjang, sayang. Siapkan perbekalan yang cukup agar kita sampai pada tujuan dengan selamat”.

Kau mengatakan itu untuk terakhir kalinya padaku. Saat kita harus dipisahkan oleh keadaan yang membawamu entah ke mana. Aku pun bertahun-tahun mencarimu, tapi hasilnya nihil. Aku kunjungi penjara-penjara yang mengurung tahanan politik tapi tak ada kamu. Aku tahu sikap hidupmu dan fikiran-fikiranmu. Tak mungkin kau seperti yang mereka tuduhkan padamu. Hanya saja bapakmu yang terlibat pada pergerakan partai yang dilarang oleh rezim penguasa waktu itu. Tetapi setahuku, tanpa alasan pelarangan dan pembubaran yang dilakukan. Hanya karena kekuasaanya tak mau terusik. Saya pikir itu saja. Aneh, aku rasa. Mereka menuduhmu tak beragama dan tak berTuhan. Bagiku itu tuduhan tanpa bukti. Sebab, setiap kau pergi denganku tak perna lupa membawa kitab sucimu. Bila waktu luang dan tak ada yang kau kerjakan, kau menyempatkan membacanya. Menjadi semakin aneh saja tuduhan itu.

Tetapi ma’af waktu itu. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Senapan yang menghadap di mataku membuat aku tak bisa berkutik dan berbuat sesuatu untuk menolongmu. Hingga mereka menyeretmu pergi entah ke mana. Aku tak lelah mencarimu, sampai ada perubahan kekuasaan karena perlawanan yang teman-temanmu lakukan. Dan kekuasaan beralih tangan, beberapa temanmu bebas. Tapi tetap saja aku tak menemuimu. Semua teman-temanmu yang kukenal, aku datangi dan bertanya pada mereka satu persatu. Tetap saja tak ada jawaban. Mereka semua bilang tidak tahu. Aku masih tak lelah untuk mencarimu. Perbekalanku masih cukup, seperti yang kau bilang dan menyarankan padaku untuk membawa perbekalan dengan cukup sebab perjalan masih panjang. Itukah makna dari ucapanmu yang harus lakukan kini. Mencarimu dengan tak kenal rasa lelah.

Kemarin aku bertemu kawan akrabmu. Dia bilang kamu sudah dibunuh. Aku tak percaya. Jika memang sudah dibunuh, di mana letak kuburannya. Atau sisa-sisa mayatnya. Tapi kawanmu menjelaskan, bahwa kamu dibunuh dan dibuang ke pulau yang tak pernah dijamah orang. Hanya beberapa orang kepercayaan penguasa waktu itu yang tahu. Sampai sekarang pun tak terungkap. Kalau tidak dibuang berarti diracun dengan cairan yang dapat meusnakan tubuh hingga tak berbekas. Temanmu lalu memelukku dan berkata

“Ihklaskan saja kepergiannya, dia pahalawan. Kamu harus bangga, yang lebih penting sekarang bagaimana kita ungkap kebusukan-kebusukan yang ada di negeri kita”.

Aku menjadi heran pada kawan akrabmu itu, keherananku adalah setelah bertemu denganku dan pergi masuk ke mobil sedan yang berplat nomer mobil warna merah. Aku jadi tak percaya dengan ucapan kawanmu itu. Aku tetap yakin bahwa kamu masih hidup.

Malam seperti ini adalah malam di mana kita dulu pernah berbincang tentang cinta. Kau pandai memberi makna-makna perihal cinta. Aku terkagum-kagum. Mendengar cerita-ceritamu. Aku kadang malu, ke mana sikap kelelakianku? aku kalah denganmu. Kau cantik, tegas, kritis juga pandai dan cerdas. Beda denganku, hanya laki-laki yang sabar menemanimu dan tak bisa berbuat apa-apa bila kau sedang dirundung masalah. Tapi kau mengatakan, aku tak harus bicara. Cukup menemanimu dan menenangkanmu saja, kamu pun sudah bahagia. Ada hal yang indah dan tak pernah aku lupa, bulan purnama seperti malam ini. Tanganmu selalu menunjuk ke arah bulan dan mengatakan kau melihat bidadari sedang mengendong kucing. Dia menimang-nimang hingga kucingnya tertidur, bergantian dengan kucing-kucing yang lain. Kau bilang kucingnya banyak sekali. Dan itu dilakukan hingga bulan tak terlihat di langit. Saat itulah bidadari istirahat untuk tidur dan mengistirahatkan diri. Kau menginginkan pergi ke bulan suatu saat, jika negeri ini telah damai dan rakyatnya makmur.

Sehabis kau mengisahkan tentang bidadari dan mengutarakan harapanmu lalu kau lari memasuki ladang tebu. Kau mengajakku bermain-main petak umpet. Kau sembunyi di sela-sela tanaman tebu, aku pun mencarimu sampai ketemu. Bila sudah aku temukan kita sama-sama menuju lapangan dan merebahkan tubuh. Mulailah kau mengumam tentang negeri ini. Negeri yang kau katakan kaya tapi rakyatnya masih melarat. Kau pun mempertanyakan, apa yang harus dilakukan? agar bumi pertiwi yang subur ini menemui tujuannya yakni rakyat adil dan makmur.

Malam terakhir itu persis dengan malam ini, padang bulan. Awalnya kau sudah meresahkan, adanya koak burung Hering yang melintas di tepian tempat kita berada. Kau berkali-kali mengutarakan perasaan tidak enakmu padaku. Perasaan seperti yang kamu rasakan ketika Bapakmu dibawa entah ke mana dan pulang-pulang tinggal nama dan baju yang berlumur darah ada lubang peluruh di sebelah sakunya.

Tiba-tiba saja ada lampu senter manyala tepat di wajah kita. Meraka berpakaian seragam. Entah seragam warnah apa, tak jelas karena silau sinar senter yang tepat menhujam mataku. Lalu matamu ditutup, mereka mendekapmu. Meraka juga menodongkan senjata laras panjang tepat dimataku. Sempat aku melihatmu tak gentar tetap tegas. Sedang aku kencing dicelana. Mataku pun ditutup oleh meraka dan mengikatku lalu meletakkan tubuhku ditengah-tengan ladang tebu. Aku mendengar suara-suara sepatu dan lirih pembicaraan mereka

“Bawah kepenjara, kamu mau menentang negara!”.

Tetapi kau diam saja, tak menjawab, suara mulutmu meludah yang aku dengar. Dan suara mobil pun berjalan meninggalkan aku yang meringkuk tak berdaya di tengah-tengah pohon tebu. Hingga esoknya pemilik ladang tebu menemukanku dan melapas ikatanku. Aku masih trauma atas kejadian itu. Hingga berhari-hari aku di rumah. Lalu aku teringat lagi ucapanmu

“Perjalanan ini masih panjang, sayang. Siapkan perbekalan yang cukup agar kita sampai pada tujuan dengan selamat”.

Aku merenung. Dan dengan keyakinanku keberanianku mulai tumbuh. Aku merasa malu. Lalu aku diam-diam mulai mencarimu. Hingga kini, masih tak kujumpai denganmu.

“Mas…, aku datang”

“Whani, kau kah itu?

“Mas.. Iya aku”

Sambil berlari kau mendekatiku. Dan aku pun memelukmu erat-erat. Resah rinduku tumpah ruah. Belum sempat aku nikmati kerinduanku. Aku melihat gerak-gerak bayanga orang mengintai. Aku melihat senapan sedang menodong ke arahmu. Aku berbalik arah.

“Cleps…cleps…”

“Whani…”

“Mas, ma’afkan aku. Harusnya aku tak datang kemari”

“Tidak apa-apa Whani, aku malu denganmu. Dengan keberanianmu”

“Mas, tahan mas…”

“Cleps…Cleps…”

Malang, September 2010

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi