Selasa, 12 Oktober 2010

Tentang Kebijakan Absurd

A.S. Laksana*
http://www.jawapos.com/

SEORANG sahabat yang setia membaca tulisan-tulisan saya, Banny Jayanata, menulis surat yang mengungkapkan keprihatinannya atas keadaan kocar-kacir negeri ini. Ia penuh pikiran baik dan saya terdorong untuk membuka surat yang ia tulis untuk saya agar bisa dibaca banyak orang. Maka saya minta izin kepadanya dan ia setuju. Dan inilah suratnya:

Saya merasa saat ini bahwa pemerintah kita makin lama makin tidak konsisten dalam bekerja, di samping juga inkompeten. Salah satu dari kebijakan absurd adalah dibentuknya Satgas Mafia Hukum. Para pakar, seperti yang saya baca di berbagai media massa, mengatakan bahwa satgas sejatinya tak memiliki wewenang cukup untuk melakukan penindakan. Pertanyaannya, mengapa membentuk yang baru dan bukan memperkuat yang sudah ada? Seperti yang dikatakan para pakar itu, kita sebenarnya telah memiliki sekitar 120 komisi, hanya saja mereka tak memiliki wewenang untuk melakukan tindakan lebih dari sekadar mengumpulkan data. Praktis cuma KPK yang memiliki wewenang lebih.

(Saudara Banny yang baik, dalam buku berjudul Peter Principle, Laurence J. Peter menulis mengenai orang-orang tidak kompeten yang ada di pucuk-pucuk kekuasaan, dalam organisasi apa pun. Kenaikan pangkat atau jabatan, katanya, bisa merupakan peristiwa pengalihan seseorang dari posisi di mana dia memiliki kompetensi ke posisi lain di mana dia tidak kompeten. ”Saya yakin salah satu bentuk polusi yang tak terlalu diberi perhatian oleh para pakar lingkungan sosial adalah polusi yang disebabkan oleh birokrasi,” tulisnya. Dan orang-orang inkompeten inilah yang menyebabkan polusi berat dalam setiap organisasi.)

Dengan memperkuat Komisi Yudisial sesungguhnya kita akan memiliki satu lagi lembaga sebaik KPK di ranah peradilan, dan itu pasti akan membuat kinerja peradilan jauh lebih baik. Paling tidak, ruang gerak para markus (makelar kasus, Red) dibatasi kalau tidak dilenyapkan. Namun, pemerintah malah membuat sesuatu yang baru yang pada dasarnya tak berbeda dengan yang sudah ada. Maka, saya kira satgas hanya bagian dari pencitraan belaka.

(”Pembentukan kabinet yang sekarang sungguh membingungkan saya. Mungkin perlu diangkat satu menteri lagi: Menteri Urusan Mengangkat Menteri,” tulis Goenawan Mohamad pada 6 Januari dalam Twitter-nya.)

Saya juga masih ingat bagaimana pemerintah kita ikut ambil bagian dalam penandatanganan perjanjian Kopenhagen dan mencanangkan, tanpa diminta, penurunan emisi karbon tahun 2020 sebesar 26 persen. Tetapi itu kontradiktif, terutama karena di saat yang sama pemerintah telah membebaskan jutaan hektare lahan untuk CPO dan tambang batubara. Jadi, ketika SBY berkata, ”Mari kita bersama-sama menanam bermiliar pohon!” sebenarnya apa yang ingin ia katakan adalah, ”Mari kita menanam miliaran pohon, dan kami pemerintah yang akan menebangnya!” Begitu banyaknya paradoks terjadi saya kira karena masalah yang muncul bukannya diselesaikan dengan baik, tetapi malah ditutup-tutupi demi menjaga tampilan luar semata.

(Mengenai tampilan luar, saya baca di situs resmi Presiden SBY bahwa dalam berbagai kesempatan, di mana pun, presiden dan Ibu Ani selalu menanam pohon. Pada hari Jumat (15/1) pekan lalu, RI-1 dan RI-1,5 itu menanam nyamplung dan sukun di Cilincing. Menurut penelitian Departemen Kehutanan, pengolahan biji nyamplung sebagai BBM lebih efektif dibanding biji jarak yang juga dikampanyekan sebagai sumber energi alternatif. Saya kira nyamplung mungkin lebih baik juga dibandingkan Blue Energy yang sempat dibanggakan oleh presiden sebagai ‘’solusi Indonesia” dan diberi nama ajaib: Minyak Indonesia Bersatu.)

Satu hal lagi yang membuat saya prihatin, yakni keikutsertaan kita dalam Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-China yang juga absurd. Di saat pemerintah menyatakan keoptimisannya mengurangi jumlah pengangguran, apa yang akan terjadi dan telah terjadi adalah bahwa sebagian industri dalam negeri gulung tikar karena masuknya barang-barang China yang terkenal murah (pemerintah China memutuskan memberi subsidi hingga 14 persen bagi pengekspor kakap mereka).

Maka, logika apa yang sebenarnya dipakai pemerintah kita? Setahu saya Amerika yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar saja melakukan proteksi terhadap industri dalam negerinya dari barang-barang impor China. Karena itu, saya khawatir negara ini akan semakin terpuruk karena ketak-acuhan pemerintahnya terhadap kebutuhan-kebutuhan substansif rakyatnya.

(Ada tiga kekuatan yang bisa ditransformasikan menjadi hukum, yakni otot, uang, dan inteligensia. Untuk ketiganya kita lemah di hadapan negara-negara lain, khususnya Barat, dan itu sangat mempengaruhi diplomasi kita dalam pergaulan bangsa-bangsa. Suatu saat saya ingin membicarakan ketiga hal ini.)

Saya dan Anda, dan kami semua sebagai rakyat biasa, kini hanya bisa mengelus dada sembari mencoba menjalani hidup sebaik-baiknya di tengah begitu banyak kebohongan dan kemunafikan, dan itu terjadi dari tataran masyarakat paling bawah hingga yang teratas. Ini sungguh mengerikan. Dan lebih mengerikan lagi ketika kita membaca apa yang sedang terjadi pada lembaga kepolisian kita.

Saya sebenarnya dari semula merasa bahwa kasus yang menimpa Antasari Azhar tidaklah sesederhana itu. Dan belakangan muncul keganjilan demi keganjilan: aktivitas rekam-merekam, tak adanya bukti SMS per Februari, rekayasa BAP, dan yang terakhir, pengakuan Susno Duadji bahwa sebagai Kabareskrim waktu itu ia telah sengaja dilangkahi dan dipinggirkan. Itu semua membuat saya semakin yakin bahwa kriminalisasi tidak dimulai dari kasus Bibit dan Chandra Hamzah, namun jauh sebelum itu.

(Polusi udara dan air menyebabkan peracunan lingkungan fisik; polusi organisasional menyebabkan peracunan lingkungan sosial. Korban polusi lingkungan fisik sering tidak menyadari bahwa mereka teracuni sampai kondisi mereka benar-benar sudah sangat payah dan tak tertangani. Dalam kasus polusi organisasional, keruwetan makin menumpuk, sampai tiba hari yang fatal ketika segala hal menjadi lumpuh dan menyiksa.)

Ketika seorang warga tak bersalah bisa dipenjarakan, maka saat itu juga tak ada yang namanya hukum, dan status negara sebagai negara hukum sangat layak dipertanyakan. Dan kini saya merasa kasus yang membelit Antasari Azhar juga perlu mendapat kawalan publik. Saya berharap publik tidak tergesa-gesa mengambil pandangan sempit ketika mengetahui kecenderungan Antasari untuk main perempuan. Mungkin karena tabiat Antasari yang seperti itu, maka pihak-pihak yang selama ini tak suka dengannya merasa memiliki kesempatan yang baik untuk mulai bertindak. Lagipula, mengapa Rani disembunyikan sedemikian lama?

Sekarang, mungkin karena merasa dikorbankan dalam kasus cicak versus buaya, Susno melakukan serangan balik, dan akibatnya ia menerima banyak ancaman pembunuhan. Saya melihat semua ini hanya dengan pandangan awam yang sederhana: Apakah mungkin polisi, yang selama ini melakukan tugasnya bersinergi dengan KPK, melakukan semua itu tanpa adanya pesanan?

Saya menulis semua ini karena didorong oleh perasaan yang sama dengan Anda: keprihatinan. Kini saya mencoba, untuk tidak melebih-lebihkannya, membaca koran hanya pada sore hari, atau ketika saya siap. Dan, judul salah satu tulisan Anda, Surat Terbuka kepada Presiden, saya kira tepat, karena mau tidak mau dialah orang yang paling bertanggung jawab atas semua ini.

Salam saya,

B. Jayanata

(Saya kira memang ada persoalan serius dalam keberlangsungan organisasi besar yang dinamakan Indonesia. Dan saya sepakat dengan Anda bahwa telah terjadi polusi hebat yang disebabkan oleh inkompetensi, yang menyebabkan rakyat kecil terus terlempar ke mulut bencana –apa saja bentuknya.) (*)

*) Cerpenis, beralamat di aslaksana@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi