A.S. Laksana*
http://www.jawapos.com/
SEORANG sahabat yang setia membaca tulisan-tulisan saya, Banny Jayanata, menulis surat yang mengungkapkan keprihatinannya atas keadaan kocar-kacir negeri ini. Ia penuh pikiran baik dan saya terdorong untuk membuka surat yang ia tulis untuk saya agar bisa dibaca banyak orang. Maka saya minta izin kepadanya dan ia setuju. Dan inilah suratnya:
Saya merasa saat ini bahwa pemerintah kita makin lama makin tidak konsisten dalam bekerja, di samping juga inkompeten. Salah satu dari kebijakan absurd adalah dibentuknya Satgas Mafia Hukum. Para pakar, seperti yang saya baca di berbagai media massa, mengatakan bahwa satgas sejatinya tak memiliki wewenang cukup untuk melakukan penindakan. Pertanyaannya, mengapa membentuk yang baru dan bukan memperkuat yang sudah ada? Seperti yang dikatakan para pakar itu, kita sebenarnya telah memiliki sekitar 120 komisi, hanya saja mereka tak memiliki wewenang untuk melakukan tindakan lebih dari sekadar mengumpulkan data. Praktis cuma KPK yang memiliki wewenang lebih.
(Saudara Banny yang baik, dalam buku berjudul Peter Principle, Laurence J. Peter menulis mengenai orang-orang tidak kompeten yang ada di pucuk-pucuk kekuasaan, dalam organisasi apa pun. Kenaikan pangkat atau jabatan, katanya, bisa merupakan peristiwa pengalihan seseorang dari posisi di mana dia memiliki kompetensi ke posisi lain di mana dia tidak kompeten. ”Saya yakin salah satu bentuk polusi yang tak terlalu diberi perhatian oleh para pakar lingkungan sosial adalah polusi yang disebabkan oleh birokrasi,” tulisnya. Dan orang-orang inkompeten inilah yang menyebabkan polusi berat dalam setiap organisasi.)
Dengan memperkuat Komisi Yudisial sesungguhnya kita akan memiliki satu lagi lembaga sebaik KPK di ranah peradilan, dan itu pasti akan membuat kinerja peradilan jauh lebih baik. Paling tidak, ruang gerak para markus (makelar kasus, Red) dibatasi kalau tidak dilenyapkan. Namun, pemerintah malah membuat sesuatu yang baru yang pada dasarnya tak berbeda dengan yang sudah ada. Maka, saya kira satgas hanya bagian dari pencitraan belaka.
(”Pembentukan kabinet yang sekarang sungguh membingungkan saya. Mungkin perlu diangkat satu menteri lagi: Menteri Urusan Mengangkat Menteri,” tulis Goenawan Mohamad pada 6 Januari dalam Twitter-nya.)
Saya juga masih ingat bagaimana pemerintah kita ikut ambil bagian dalam penandatanganan perjanjian Kopenhagen dan mencanangkan, tanpa diminta, penurunan emisi karbon tahun 2020 sebesar 26 persen. Tetapi itu kontradiktif, terutama karena di saat yang sama pemerintah telah membebaskan jutaan hektare lahan untuk CPO dan tambang batubara. Jadi, ketika SBY berkata, ”Mari kita bersama-sama menanam bermiliar pohon!” sebenarnya apa yang ingin ia katakan adalah, ”Mari kita menanam miliaran pohon, dan kami pemerintah yang akan menebangnya!” Begitu banyaknya paradoks terjadi saya kira karena masalah yang muncul bukannya diselesaikan dengan baik, tetapi malah ditutup-tutupi demi menjaga tampilan luar semata.
(Mengenai tampilan luar, saya baca di situs resmi Presiden SBY bahwa dalam berbagai kesempatan, di mana pun, presiden dan Ibu Ani selalu menanam pohon. Pada hari Jumat (15/1) pekan lalu, RI-1 dan RI-1,5 itu menanam nyamplung dan sukun di Cilincing. Menurut penelitian Departemen Kehutanan, pengolahan biji nyamplung sebagai BBM lebih efektif dibanding biji jarak yang juga dikampanyekan sebagai sumber energi alternatif. Saya kira nyamplung mungkin lebih baik juga dibandingkan Blue Energy yang sempat dibanggakan oleh presiden sebagai ‘’solusi Indonesia” dan diberi nama ajaib: Minyak Indonesia Bersatu.)
Satu hal lagi yang membuat saya prihatin, yakni keikutsertaan kita dalam Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-China yang juga absurd. Di saat pemerintah menyatakan keoptimisannya mengurangi jumlah pengangguran, apa yang akan terjadi dan telah terjadi adalah bahwa sebagian industri dalam negeri gulung tikar karena masuknya barang-barang China yang terkenal murah (pemerintah China memutuskan memberi subsidi hingga 14 persen bagi pengekspor kakap mereka).
Maka, logika apa yang sebenarnya dipakai pemerintah kita? Setahu saya Amerika yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar saja melakukan proteksi terhadap industri dalam negerinya dari barang-barang impor China. Karena itu, saya khawatir negara ini akan semakin terpuruk karena ketak-acuhan pemerintahnya terhadap kebutuhan-kebutuhan substansif rakyatnya.
(Ada tiga kekuatan yang bisa ditransformasikan menjadi hukum, yakni otot, uang, dan inteligensia. Untuk ketiganya kita lemah di hadapan negara-negara lain, khususnya Barat, dan itu sangat mempengaruhi diplomasi kita dalam pergaulan bangsa-bangsa. Suatu saat saya ingin membicarakan ketiga hal ini.)
Saya dan Anda, dan kami semua sebagai rakyat biasa, kini hanya bisa mengelus dada sembari mencoba menjalani hidup sebaik-baiknya di tengah begitu banyak kebohongan dan kemunafikan, dan itu terjadi dari tataran masyarakat paling bawah hingga yang teratas. Ini sungguh mengerikan. Dan lebih mengerikan lagi ketika kita membaca apa yang sedang terjadi pada lembaga kepolisian kita.
Saya sebenarnya dari semula merasa bahwa kasus yang menimpa Antasari Azhar tidaklah sesederhana itu. Dan belakangan muncul keganjilan demi keganjilan: aktivitas rekam-merekam, tak adanya bukti SMS per Februari, rekayasa BAP, dan yang terakhir, pengakuan Susno Duadji bahwa sebagai Kabareskrim waktu itu ia telah sengaja dilangkahi dan dipinggirkan. Itu semua membuat saya semakin yakin bahwa kriminalisasi tidak dimulai dari kasus Bibit dan Chandra Hamzah, namun jauh sebelum itu.
(Polusi udara dan air menyebabkan peracunan lingkungan fisik; polusi organisasional menyebabkan peracunan lingkungan sosial. Korban polusi lingkungan fisik sering tidak menyadari bahwa mereka teracuni sampai kondisi mereka benar-benar sudah sangat payah dan tak tertangani. Dalam kasus polusi organisasional, keruwetan makin menumpuk, sampai tiba hari yang fatal ketika segala hal menjadi lumpuh dan menyiksa.)
Ketika seorang warga tak bersalah bisa dipenjarakan, maka saat itu juga tak ada yang namanya hukum, dan status negara sebagai negara hukum sangat layak dipertanyakan. Dan kini saya merasa kasus yang membelit Antasari Azhar juga perlu mendapat kawalan publik. Saya berharap publik tidak tergesa-gesa mengambil pandangan sempit ketika mengetahui kecenderungan Antasari untuk main perempuan. Mungkin karena tabiat Antasari yang seperti itu, maka pihak-pihak yang selama ini tak suka dengannya merasa memiliki kesempatan yang baik untuk mulai bertindak. Lagipula, mengapa Rani disembunyikan sedemikian lama?
Sekarang, mungkin karena merasa dikorbankan dalam kasus cicak versus buaya, Susno melakukan serangan balik, dan akibatnya ia menerima banyak ancaman pembunuhan. Saya melihat semua ini hanya dengan pandangan awam yang sederhana: Apakah mungkin polisi, yang selama ini melakukan tugasnya bersinergi dengan KPK, melakukan semua itu tanpa adanya pesanan?
Saya menulis semua ini karena didorong oleh perasaan yang sama dengan Anda: keprihatinan. Kini saya mencoba, untuk tidak melebih-lebihkannya, membaca koran hanya pada sore hari, atau ketika saya siap. Dan, judul salah satu tulisan Anda, Surat Terbuka kepada Presiden, saya kira tepat, karena mau tidak mau dialah orang yang paling bertanggung jawab atas semua ini.
Salam saya,
B. Jayanata
(Saya kira memang ada persoalan serius dalam keberlangsungan organisasi besar yang dinamakan Indonesia. Dan saya sepakat dengan Anda bahwa telah terjadi polusi hebat yang disebabkan oleh inkompetensi, yang menyebabkan rakyat kecil terus terlempar ke mulut bencana –apa saja bentuknya.) (*)
*) Cerpenis, beralamat di aslaksana@yahoo.com
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar