Minggu, 28 November 2010

Soeharto dan Fenomena Politik Kebudayaan

Sihar Ramses Simatupang
http://www.sinarharapan.co.id/

Sastrawan Sobron Aidit bertemu dengan Ramadhan KH – keduanya telah mendiang – dalam peluncuran buku karya Sobron. Keduanya terlihat sempat berpelukan, segala catatan sejarah kebudayaan termasuk sastra seakan telah pupus dengan keakraban keduanya.

Sekalipun sastrawan Martin Aleida yang semasa mudanya sempat ikut sebagai salah satu sastrawan anggota Lekra, mengatakan di kemudian hari bahwa islah bisa terjadi, tapi penegakan HAM tetap harus dilakukan. Banyak juga keluhan atas ketidakadilan termasuk soal eksistensi berkarya pada masa lalu, yang dibocorkan pada masa pra-reformasi.

“Karya saya tak pernah diikutkan dalam angkatan sastrawan 1966,” papar Sitor Situmorang, budayawan yang juga aktivis LKN – lembaga kebudayaan yang berafiliasi pada PNI.

Yang dituju adalah Taufik Ismail, sang editor. Namun, buku Prahara Budaya adalah kesaksian sekaligus pembelaan Taufik yang juga menjelaskan berbagai konflik politik seputar pra dan pasca 1965 yang rumit sekaligus keras. Keduanya kemudian dikenal sebagai pribadi yang teguh dalam perbedaan.

Ramadhan KH pun pernah menulis tentang Royan Revolusi dan Ladang Perminus yang mengkritik Soekarno dan Soeharto sekali pun belakangan dia larut dalam sikap pro terhadap Soeharto dan membuat biografi terhadap diri “The Smiling General”.

Konflik kebudayaan semakin meruncing di tengah pemihakan Soeharto terhadap satu pemikiran dan menggilas pemikiran yang lain. Perbedaan antara Persagi dan Mooy Indie – yang satu bicara kerakyatan dan yang satu melihat Indonesia sebagai negeri molek dan mengingkari penderitaan – telah ada sejak lama, begitu pun dengan perbedaan Manifestasi Kebudayaan dan Lekra. Namun, perbedaan itu masih sebatas polemik yang seimbang dengan kubu yang hampir sama besar.

Itu terjadi ketika Soeharto belum memimpin negara ini. Belakangan, dengan politiknya yang tak menerima Lekra dan LKN dan menjadikan Manifestasi Kebudayaan yang digiringnya untuk menjadi ke arah yang semakin politis. Setelah Lekra sempat di atas angin, gantian Manifes bisa menskak mat Lekra dan LKN. Di satu sisi sejarah pasca-1966 kemudian “menghilangkan” nama-nama seperti Pramoedya Ananta Toer, Utuy Tatang Sontani atau Sobron Aidit.

Di sisi lain, setelah kemenangan politik tahun 1966, Manifestasi Kebudayaan memang tak selalu ada urusan dengan politik pemerintahan Soeharto. Namun, tidak bisa dicegah, bertahun-tahun kemudian, sastrawan Manifestasi Kebudayaan diharapkan agar tak semakin kritis terhadap masyarakat – sekali pun ada juga yang belakangan di tengah penyelewengan sang Presiden setelah memerintah puluhan tahun akhirnya menjadi oposan, seperti sastrawan Goenawan Mohammad, pemimpin redaksi Tempo yang majalahnya diberedel bersama Detik dan Editor. Atau Mochtar Lubis, pemred Indonesia Raya yang tetap oposisi pada dua periode pemerintahan kepresidenan di Indonesia: Soekarno dan Soeharto (pada tahun 1972)!

Seni Berbicara

Dari dunia seni lukis, generasi pra-1960 an, tercatat Itji Tarmizi, Amrus Natalsya, dikenang sebagai para pelukis yang ikut merunduk dan baru berpameran lagi setelah Soeharto lengser – setelah nama lain seperti Basuki Resobowo atau Henk Ngantung, pelukis Lekra lainnya yang keburu wafat sebelum menghirup hawa segar reformasi.

Mereka semua adalah generasi yang sebelum dan sesudah pemerintahan Soeharto telah berkarya dan telah berproses di zaman itu. Seperti pendapat penyair Adri Darmaji Woko yang pada tahun 1980-an membuat Kelompok Poci yang mengatakan bahwa sebelum “prahara budaya” itu, sastrawan Sobron Aidit dan Ajip Rosidi pada tahun 1950-an adalah kawan erat bahkan pernah membuat antologi bersama dengan tajuk “Yang Ketemu di Jalan”. Berpisah jalan “di persimpangan” karena perbedaan berkembang menjadi rentetan kontak fisik.

Perbedaan ideologi yang meruncing pada masa itu terjadi pada semua lapisan dan profesi, selain letusan konflik politik terhadap masyarakat yang dianggap terkait unsur PKI, stigma komunis pun ditabuhkan pada setiap lawan politik, tanpa pandang bulu. Banyak dari mereka yang dituding PKI, tak mengerti apa itu definisi dan konsep dari partai.

Agak berbeda setelahnya, perlawanan tetap bermunculan dari para seniman muda dan baru tumbuh – ideologi tak begitu mengemuka pada masa 1980 hingga pra 1998. Namun, pemerintahan Orba masih tetap meniupkan fitnah ideologis, makar dan menuding setiap perlawanan termasuk dari kalangan budayawan sebagai “organisasi tanpa bentuk”.

Berbagai latar prinsip dari para aktivis itu kemudian mengarah pada satu tujuan mengkritik Soeharto, memuliakan demokrasi. Muncullah isu mulai dari anti-imperialisme yang meletus di Malari tahun 1974, atau Tanjung Priok 1980, Penembak Misterius 1990, dan reaksi terhadap pelanggaran HAM di tiap wilayah di Indonesia.

Pada sejarah itu juga, muncullah nama-nama seniman yang dikenal kritis terhadap pemerintahan Orde Baru antara lain Rendra, Syumanjaya dan N Riantiarno. Pada masa itu juga, seirama pergerakan seni Wiji Thukul, muncul “seniman yang turun ke jalan” baik dari generasi tua hingga muda mulai dari M Brewok AS di Surabaya, Sosiawan Leak dari Solo, Ratna Sarumpaet dari Jakarta, Butet Kertaredjasa dari Yogyakarta yang mendapatkan simpati dari sebagian besar rakyat, sekali pun rasa simpati masih diungkapkan dengan rasa takut dan cemas.

Pencekalan, penangkapan terhadap seniman dan karyanya terjadi di mana-mana termasuk pelarangan dan pembubaran pementasan. Pelukis Semsar Siahaan malah mendapatkan pemukulan atas karya seni muralnya – sebelum dia ke Kanada dan wafat beberapa tahun lalu saat dia sudah kembali di Indonesia.
Perlawanan dan gerakan oposisi para seniman pada generasi 1990-an, memang tanpa beban ideologis seperti generasi sebelum mereka. Dari generasi itu, muncullah nama-nama Wiji Thukul, Gojek JS, dan banyak lagi.

Ketika itu, banyak media massa yang “tiarap” pascapemberedelan, sebut saja Sinar Harapan (1986), Tempo, Detik dan Editor (1990). Beberapa seniman yakin sastra adalah alternatif untuk berkelit di masa sulit. Seniman baik lukisan, mural, instalasi dan karikatur mampu memberi bahasa simbolik, dua makna antara fakta dan metafora, sehingga bisa menghindar dari hantaman pemerintah Orde Baru.

Ketika jurnalisme dibungkam, sastra yang bicara, demikian prosais yang juga jurnalis melahirkan Saksi Mata berkisah tentang insiden Santa Cruz di Timtim dengan karya yang imajinatif dan estetik. Seno memang sempat dimutasi dari jabatannya di media massa karena esai dan feature juga laporan khususnya tentang Timtim. Juga banyak karya para penulis muda di antologi buku, jurnal, atau majalah alternatif seperti majalah kampus, sebut saja nama Linda Kristanti, Eka Kurniawan yang tergabung dalam antologi Tak Ada Pilihan Lain terbitan Sumbu bekerja sama dengan Taring Padi, Yogyakarta. Bila pada generasi 1980-an, senimannya kemudian bisa mencair dan kembali pada pembongkaran konsep, eksperimen dan pencarian estetik, maka pada seniman 1960-an punya fenomena yang agak berbeda.

Tegangan sisa ideologi – atau dendam fisik masa lalu generasi 1960-an (dari kedua kubu) juga penegakan keadilan HAM yang terbengkalai, persoalan itu tampaknya tak mudah selesai. Hingga sekarang, di tengah keakraban salah seorang dari mereka, pada kedua kubu itu tetap saja masih ada personal senimannya yang enggan bertemu dan berbincang.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi