Jumat, 10 Desember 2010

Islam sebagai Tawaran

Judul Buku : Pemikiran Politik Islam Indonesia, Pertautan Negara, Khilafah, Masyarakat Madani dan Demokrasi
Penulis : Syarifuddin Jurdi
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan : pertama, Juli 2008
Tebal : XXI + 678 halaman
Peresensi : Ahmad Khotim Muzakka
http://oase.kompas.com/

Relasi politik, kekuasaan, masyarakat, dan agama dasawarsa ini patut dicermati dengan penuh ketelitian, dengan jidat yang berlipat-lipat. Pasalnya, pertautan antara mereka lambat laun menuju arah yang agak kabur. Entah, inikah imbas dari pesan demokrasi pascareformasi atau hanya fenomena temporer yang sekala waktu bisa hilang di telan mahkamah sejarah. Hingga akhirnya lahir “wajah baru” yang meramaikan dalam jangka tempo yang entah.

Lewat buku ini, Jurdi memamerkan segepok pandangannya tentang hubungan agama (baca: Islam) dengan kuasa bernama negara, aparatur pemerintah, dan polemik yang memercantik intrik—saat pemangku agama hendak memerlihatkan kepeduliannya terhadap kondisi politik Islam di Indonesia. Ini begitu terlihat pada kata pengantarnya yang menyatakan “gagasan mengenai relasi Islam dan negara setelah kejatuhan rezim Orde Baru menemukan fase baru dalam konteks politik mengenai relasi Islam dan negara.” (hal XI)

Penulis yang merampungkan program doktoralnya di bidang kajian ilmu politik pada salah satu Universitas termuka di Yogyakarta ini, membagi buku setebal 678 halaman ini ke dalam empat tahapan pembahasan, yang tentunya, saling berkesinambungan. Karya tebal ini adalah karya serius Jurdi setelah menamatkan beberapa karya sebelumnya yang juga berkutat pada tema seragam. Yakni isu menggiurkan, politik ke-Islaman masa kini. Keseragamannya ini menegaskan bahwa penulis merupakan segelintir orang yang mau berjibaku secara serius dalam tema “layak media” ini.

Bagian pertama, Jurdi menjejali ulasan pemulanya dengan konsep Negara yang dihubungkan dengan nafas ke-islaman. Kayaknya, Jurdi begitu antusias hendak me-satumeja-kan Negara bersanding agama. Ini bisa dirasakan saat membaca sub-bab yang secara tematik, seolah, memberikan asupan kepada pembaca tentang konsep negara “ideal” versi Islam. Bahwa dalam doktrin Islam telah termaktub aneka ragam kriteria ideal sebuah negara bisa disebut demikian: Negara Ideal.

Di tengah usaha keras penulis menyusun “relief” kasar data dari seabrek pandangan mengenai Negara versi Islam, Jurdi pun sejenak menenggelamkan diri pada pandangan Barat tentang Negara. Namun, porsi yang ditampilkan tidak berimbang. Karena hanya diselipkan di sela-sela “ketegangan”nya menjabarkan versi Islam. Permasalahan ini diulas hanya pada laman 39-49.

Bagi Hegel, “Negara adalah akal di bumi dan dengan sadar merealisasikan diri di sana.” Sedangkan di samping Max Weber Negara serupa lembaga yang memiliki keabsahan untuk melakukan tindak kekerasan terhadap warganya. Kayaknya, konsep Weberlah yang selama kurun Orde lama dipaksa-terapkan di tengah masyarakat. Pemerintahan otoriter. Mental penjajah. Sementara itu Karl Marx memunyai cara pandang unik. Negara yang baik yaitu negara yang dihuni oleh masyarakat sosialis bukan demokratis.

Saya sedikit agak terganggu ketika membaca Bab Kepemimpinan Politik Islam. Di sini ditulis pemilihan hanya sah kalau paling kurang dilakukan lima orang. Ini berlandas atas kasus pemilihan Abu Bakar saat diangkat sebagai khalifah yang hanya diwakili lima orang saja. Ada yang lebih ekstrem yaitu cukup hanya dengan tiga dan atau satu orang saja. Untuk kali terakhir saya sebut pernah berlaku pada masa Ali bin Abi Thalib yang diangkat hanya oleh Abbas, pamannya. Masihkah konsep ini layak berlaku?

Untuk selanjutnya Jurdi hanya menarasikan ulang bagan pemerintahan yang baik yang banyak ditemui di buku-buku serupa tema. Tidak ada yang baru. Pada akhir bagian pertama buku bertajuk Pemikiran Politik Islam Indonesia, Pertautan Negara, Khilafah, Masyarakat Madani dan Demokrasi, Jurdi (entah karena apa?) menyodori pembaca dengan Sejarah politik Islam Indonesia. Yang dihiasi dengan hadirnya Sarekat Islam (SI), di mana Agus Salim sebagai salah seorang pemimpinnya, Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), Partai Islam Indonesia (PII), hingga dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Hingga masuknya politik Islam di gerbang Orde Baru. Yang kesemuanya, sekelumit itu. Tapi tak apa, saya kira Jurdi hendak menghidangkannya sebagai “bumbu” buku ini. Biar berasa tak tawar. Masalah ini juga dibahas pada halaman 233-284 (Bagian Kedua).

Bagian kedua dibuka dengan sambutan hangat Samuel Huntington yang dipajang berbunyi, “Rakyat telah mati kecuali para ulama, para ulama telah mati kecuali mereka yang mempraktikkan pengetahuan mereka, mereka semua mati kecuali yang salih, dan mereka dalam bahaya besar.” Ada satu-dua kalimat Huntington yang patut kita renungkan yaitu “Kita hanya akan tahu siapa kita ketika kita mengetahui siapa “yang bukan kita” dan itu hanya dapat diketahui melalui “dengan siapa kita sedang berhadapan.”

Yang menarik dari Perjuangan Politik Islam: Antara Simbolisasi dan Substansi adalah kenyataan bejibunnya kelompok-kelompok Islam yang memiliki pandangan yang secara telak bertolak—oleh karenanya, tak bisa dipersatukan. Heterogenitas ini kerap membawa tikai tak berkesudahan. Yang muncul adalah saling-silang mencurigai belbagai aktifitas yang ditunaikan kelompok tertentu.

Optimisme Jurdi terhadap Islam formalis pembawa “bendera” agama kemana-mana seakan tumbang ketika dihadapkan pada gagasan Cak Nur (1970-an) yang populer dengan istilah “Islam Yes, Partai Islam, No!” Apalagi jika dipertemukan dengan langkah radikal Gus Dur yang mengusung sekularisasi politik sebagai gerakan kultural. Yang justru, pada akhirnya, Gus Dur “bermain” juga pada tingkat struktural (politik). Mengenai hal ini, Jurdi lebih jauh berkomentar: “Kalau saja polemik antara kalangan Islam simbolik dan substantif di awal ’70-an berlangsung terus tanpa terputus oleh kebijakan rezim Orde Baru, kemungkinan untuk menemukan titik temu mengenai relasi agama dan negara di negeri ini terlalu rumit seperti sekarang ini…” (halaman 218). Ah, benarkah pak Jurdi?

Tak ada yang istimewa ketika sampai pada Bagian Ketiga. Di sini didominasi berlaman “profil” kelompok-kelompok Islam berhaluan kanan laiknya Hisbut Tahrir, Majelis Mujahidin Indoensia, Laskar Jihad Ahlul Sunah Wal-Jamaah, Front Pembela Islam, dan sebagai penutup generasi, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (383-457) diketengahkan. Setelah sebelumnya diulas tentang Gerakan Islam Indonesia Kontemporer dan Islam Indonesia dan Politik Global.

Hanya saja pada bagian ini, jika mau membaca, ada kalangan yang bermerah telinga. Yaitu kritik kepada KAMMI yang bagi Jurdi perkembangannya, “…menggembirakan”, “karena mampu menarik simpati massa mahasiswa di berbagai perguruan tinggi negeri besar. Tapi pada sisi lain juga menimbulkan kebingungan berbagai pihak melihat organisasi ini sebagai sebuah Ormas yang independen dan tidak mempunyai hubungan politik mana pun,” jelasnya.

Namun, lanjut Jurdi, fakta menunjukkan bahwa KAMMI menjadi bagian dari salah satu kekuatan politik tertentu dan kegiatan-kegiatan demonstrasinya merupakan “pesan” dari kekuatan politik tertentu pula. Yang perlu diperhatikan pula oleh aktifis KAMMI yaitu mengenai prioritas basis keilmuwan harus lebih ditekuni daripada kegiatan demonstrasi yang mencitrakannya sebagai elemen Islam yang “hidup” di jalan.

Serupa penutup, pada Bagian Keempat, dijabarkan secara panjang mengenai konsep berbingkai Islam, Masyarakat Madani dan Demokrasi. Dalam banyak teori Jurdi lebih menyukai konsep yang termaktub dalam wahyu Tuhan perihal Islam yang unggul. Dan kayaknya Jurdi juga tergoda dengan Masyarakat Yatsrib (Madinah), yang menurutnya, bisa dijadikan contoh oleh umat Islam. Mengapa? Masyarakat Madinah bersatu dalam perbedaan, baik latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan adat-istiadat maupun keyakinan. Pun, selayaknya ini kita praktikkan di sini: Indonesia. Secara isi, Jurdi berhasrat: Islam dijadikan landasan dalam berpolitik. Islam sebagai tawaran kata lain.

*) Staf di Idea Studies Fakultas Ushuluddin, IAIN Walisongo, Semarang

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi