Chairul Abshar
http://www.suarakarya-online.com/
Bila tidak karena mempertimbangkan kegaduhan yang mungkin timbul, Darwis hendak berteriak sekeras kerasnya dan berlari keliling perkampungan itu. Ia ingin memproklamirkan kegembiraannya kepada semua warga bahwa dia siap bekerja lagi. Semua utangnya akan dibayar lunas. Mang Karta pemilik warung rokok, Mpok Milah pedagang nasi uduk tak perlu was was kalau ia kabur. Kalau perlu, bayar sekalian berikut bunganya. Dan, terakhir, akan dipasangkan di depan rumahnya pengumuman: “Dilarang memandang Darwis sebelah mata”. Pedih rasanya dilecehkan karena menganggur.
Memang, di tangannya kini terpegang surat panggilan kerja. “Anda diharapkan datang Senin 1 Agustus 2011, untuk mulai bekerja. Tentu saja kami akan memberikan pengenalan singkat dan brifing tugas yang menjadi tanggungjawab Anda”. Tertulis jelas di kertas itu.
Mewahnya kertas surat itu memastikan bukan berasal dari perusahaan kacangan. Kertas itu terlalu mahal bagi mereka. “PT Produk Lokal Indonesia” terpampang gagah di tengah atas kertas yang dipegangnya. Nama perusahaan itu terasa aneh, tapi ia tidak peduli.
Surat lamaran mana yang nyasar ke perusahaan itu? Ribuan lamaran dilayangkan sudah. Beberapa saja yang punya alamat jelas. Selebihnya masuk Kotak Pos saja.
Dari semua lamaran yang dikirim, tak satu pun dijawab. Tidak untuk sekadar interviu, apalagi panggilan kerja. Darwis larut dalam angan yang mendadak hadir di relung pikirannya. Ini peluang bagiku. Keadaan mulai berubah. Aku harus ambil posisi itu.
Tiga tahun menganggur, hidup dari pesangon yang sudah minus, seperti sekarang, terasa menyesakkan. Apapun pekerjaan itu, aku tak boleh menampiknya. Ini mungkin satu-satunya kesempatan.
PUKUL ENAM PAGI, Darwis meninggalkan rumah petak kontrakannya. Semangat dan ceria memancar dari wajahnya yang berseri-seri. Siapa pun, yang pernah bertemu dia sebelumnya, akan tercengang. Darwis ceria sekali.
Penuh semangat. Selangkah demi selangkah, ia menjauh dari pintu rumahnya.
“Ceria bener, Bang.”
“Udah kerja lagi, ya, Bang?”
“Enggak sarapan uduk dulu, Bang?”
“Ngutang lagi? Tapi, abis gajian langsung bayar!”
“Biasa aja,” sahutnya nyaris tak terdengar. Entar kalian semua bakal terkagum-kagum, katanya dalam hati.
Darwis terus berjalan mantap. Langkahnya mengayun pasti. Di ujung gang, ia berhenti sesaat, melirik jam tangan. Masih terlalu pagi. Tidak perlu terburu-buru.
BEGITU PINTU LIFT TERBUKA, kakinya mengayun ringan. Menoleh ke aras kanan, di ujung pandangannya ia menatap logo perusahaan yang memanggilnya, mencengkeram dinding ruang tamu. Seorang resepsionis menatapnya.
“Saya Darwis.” Ia memperkenalkan diri. “Saya diminta menghadap pak Marzuki, Manajer Personalia.”
Resepsionis itu tersenyum, menyadari kehadiran Darwis. Terasa ada yang janggal dengan senyum itu.
“Ya, ya Bapak, manajer baru itu, kan?” Senyum itu tetap menempel di bibirnya. “Saya Sonya,” ia mengulurkan tangan. “Selamat bergabung, Pak. Saat ini Pak Marzuki sedang meeting, sebentar lagi selesai,” kata Sonya. “Tapi, Pak Marzuki sudah menugaskan saya mengantarkan Bapak melihat-lihat ruang kerja Bapak.”
“Nah, ini ruangan Bapak,” sahut Sonya membuyarkan kekaguman dan kebingungan yang baru dihadapi Darwis, sambil membuka pintu sebuah ruangan. “Bapak tunggu disini. Silakan isi formulir data karyawan ini.”
“Ini ruang kerjaku?” Darwis bingung lagi. Ia ingat ruang direktur marketing di kantor lamanya. Fantastis, pikirnya. Ruang manager baru sudah semewah ini?
Marzuki Nasir, manager personalia ditemui Darwis, ternyata sama dengan lainnya. Murung sekali wajahnya.
“Silakan Pak Darwis,” sahutnya kepada Darwis yang telah berdiri di pintu, sambil menunjuk kursi di seberang meja kerjanya. “Dari mana Bapak tahu kami membuka lowongan ini?” tanya Marzuki.
Darwis terkejut, tidak menyangka ditanya begitu. “Apa Bapak tidak bikin iklan lowongan?” tanyanya.
“Tidak, sama sekali tidak pernah.” jawab Marzuki.
“Ada kebijakan di sini, kami tidak diperkenankan mengiklankan apa pun dalam menjalankan bisnis ini.”
“Bagaimana resume saya bisa sampai ke tangan Bapak?” Darwis bertanya dalam kebingungannya.
“Surat lamaran Anda, ada dalam kotak pos kami!”
Kebingungan Darwis kian menjadi. Ia terdiam beberapa saat. “Boleh saya tahu berapa nomor kotak pos itu?”
“9999 JKS.”
Jantung Darwis berdetak cepat. Seketika ia ingat. Ia memang mengirimkan satu set berkas lamarannya ke kotak pos itu. Ia bahkan tidak tahu bahwa kotak pos itu memang ada. Hanya iseng saja mengirimkannya.
Frustrasi karena tak satu pun lamarannya direspon, jadi sisa yang dimilikinya dikirim sembarang saja. Kata orang, 9 angka hokky. Darwis masih bingung.
“Ya, sudahlah,” sahut Marzuki mengerti kebingungan Darwis. “Sepertinya Anda memang berjodoh kerja disini.”
“Apakah saya diterima langsung bekerja?”
“Ya, setelah Anda menandatangani perjanjian kerja.Apa surat panggilan kami kurang jelas?”
“Jelas sekali. Hanya … sedikit kaget. Tidak pernah begini sebelumnya,” sahut Darwis lega.
“Apakah ada seseorang yang mereferensikan saya?”
“Oooo, kami tidak menanggapi referensi apa pun.”
“Apakah Bapak merasa cukup dengan resume saya?”
“OK. Bekerja di sini tidak sama di tempat lain. Kami tidak mementingkan formalitas. Anda akan rasakan bedanya, nanti setelah bergabung kerja di sini.”
Darwis masih bingung dengan persoalannya.”Bagaimana Bapak bisa yakin, saya mampu bekerja di sini?”
“Sudahlah, tidak perlu Anda pikirkan. Seperti saya katakan, Anda berjodoh kerja disini. Pengalaman Anda sangat membantu. Ada beberapa hal yang Anda ketahui sebelum Anda menandatangani surat perjanjian kerja.”
“Selayaknya perusahaan multinasional, semua perhitungan biaya operasional dilakukan dalam dolar, termasuk gaji karyawan.” Dia berhenti sesaat, “Tentu saja yang Anda terima sudah berupa rupiah. Konversi yang kami gunakan adalah kurs rata-rata,” Marzuki nyerocos tanpa memberi kesempatan Darwis berpikir.
“Itu sangat fair,” Darwis berkata lirih.
“Sebagai manajer baru, basic salary Anda sebelum pajak adalah 1500 dolar Amerika.” Ada penekanan khusus, yang dirasakannya pada kata Amerika, “Setelah potong pajak dan potongan resmi lain, Salary Anda 1200 dolar.”
HERU DHARMA adalah Direktur PT Produk Lokal Indonesia. Ia orang kedua. Orang pertamanya berkebangsaan Jerman sebagai regional operation director.
“Perusahaan ini merupakan perusahaan multinasional yang berpusat di Tel Aviv, Israel,” sahut Sang Direktur memperkenalkan perusahaan itu. “Perusahana ini merupakan representative office untuk kawasan Southeas Asia dan sudah beroperasi lebih dari sepuluh tahun di Indonesia. Cabang perusahaan ini menyebar di berbagai negara,” lanjutnya. “Pemiliknya adalah raksasa produsen consumer good dunia, advertising agency global, dan banyak biliuner terkaya dari berbagai negara.”
“Kami punya banyak pabrik, memproduksi berbagai consumer good di pelbagai kota. Pasta gigi, sampo,sabun kesehatan, sabun kecantikan, dan lain-lain.”
“Market share kami tidak berkembang pesat. Tapi,penjualan kami tetap tumbuh konstan. Gejolak ekonomi dan krisis moneter tidak berpengaruh.”
“Persoalan yang sedang kami: image.Karena itulah akhirnya diputuskan untuk mengadakan brand image departemen ini, sehingga masalah itu ditangani serius. Andalah yang memimpinnya, Bung Darwis. ”
“Sebentar, Pak,” Darwis menyela pembicaraan.”Kalau diijinkan, saya ingin bertanya.”
“Silakan. Apa saja.”
“Saya bingung. Rasa-rasanya saya belum pernah menemukan produk perusahaan ini di pasaran.”
“Tentu, Bung tidak akan pernah menemukannya di pasar. Produk kami untuk kalangan terbatas. Anda sering mengamati iklan di televisi?”
“Tidak sampai mengamati, tapi saya sempat melihatnya,” jujur Darwis menjawab.
“Hahaha…” Heru Dharma terbahak. “Tak seorang pun benar-benar memperhatikan iklan di televisi, tapi mereka semua ngoyo, tetap saja memutar iklan itu. Memang begitu kenyatannya. Itu terjadi dimana-mana.”
Kejanggalan lain menyeruak di benak Darwis. Bagaimana bisa orang tertawa sementara rona wajahnya murung? Apa sebenarnya yang sedang terjadi di sini?
“Suatu kali, Bung pasti pernah melihat iklan yang membandingkan dua produk sejenis.Sabun ini dengan sabun produk lokal. Dan, semua produk lokal kalah mutu.”
“Ya pernah. Sering malah,” Darwis mengangguk.
“Mereka keterlaluan.” muka Heru memerah marah. “Seharusnya mereka mempertimbangkan perasaan kita. Egois!.” ketus sekali kata “egois” itu diucapkannya.
Darwis kaget. Emosi bapak ini seperti tidak stabil. “Bung kira, siapa yang bikin semua produk itu?”
Darwis terkesiap. “Saya pikir, semua itu untuk menjaga etiket beriklan saja.”
“Semua orang akan mengira begitu. Tapi, semua itu adalah produksi perusahaan kita. Kami yang menyuplai mereka. Tentu berdasarkan spesifikasi order mereka.”
“Jadi sebenarnya yang diproduksi hanyalah pembanding supaya produk di pasaran seakan lebih baik?”
“Begitulah, Bung Darwis.Kita diadakan, diperintah untuk membuat produk serampangan. Mereka ingin produk mereka berkesan wah. Supaya produk mereka diserbu pembeli. Kalau saja kita diijinkan melempar produk kita ke pasar dan mengiklannya, keadaan tidak akan begini.” Miris sekali Heru mengucapkan kalimat itu.
Darwis melongo. Ia benar-benar tidak pernah menyangka begini. Produk Lokal ternyata merek dagang resmi. Merek dagang yang sengaja diciptakan untuk menjadi loser, supaya produk di pasar jadi superior.
“Kenapa Bapak betah bekerja di sini?”
“Betah? Saya betah bekerja di sini?” Wajahnya kembali murung seperti lainnya. “Dulu, ada staf saya yanf sangat idealis. Ia tidak terima perlakuan ini, dan tiba-tiba saja menghilang. Ia bukan aktivis anti Status Quo. Tapi, ia memang tidak pernah ditemukan kembali. Dirumahnya, di kampungnya, tidak ada. Demi kerahasiaan, mereka tak segan-segan bertindak biadab.”
Darwis kecewa dengan kenyataan yang dihadapinya. Ia merasa dijebak sedemikian rupa, sekaligus meragukan pula siapa yang menjebaknya. Mereka? Ataukah keadaan yang terasa tidak berpihak kepadanya?
SORE HARI, tepat pukul 18.00, Darwis masih terhenyak di ruang kerjanya. Ruang kerja yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Rapi, megah.Mungkin hanya direktur atau pengacara yang punya ruang seperti itu. Para pegawai lainnya sudah pulang. Hari pertama bekerja di kantor barunya merupakan hari yang panjang.
Darwis akhirnya kecewa. Tidak ada yang bisa dibanggakan kerja disini. Ia baru sadar, kenyataan inilah yang menyababkan semua orang disini jadi serba misterius. Senyuman hambar, tak bersemangat, serba murung. Perubahan emosi secara mendadak. Ini gila, pikirnya.
Akankah aku siap hidup tanpa semangat memperoleh pengakuan? Bukankah orang di luaran sana berjuang banting tulang, bunuh-bunuhan untuk sebuah pengakuan? Sementara aku disini, hanya diakui sebagai pecundang.
Hidupku sudah tergadaikan. Aku sudah jadi manusia tanpa kebanggaan. Mukanya masam memikirkan semua itu. “Indak karajo, nak karajo. Alah karajo, mancilobia”.*) Pepatah yang ia dengar di kampung terngiang-ngiang kembali di benaknya. Keadaan yang ia alami sampai akhirnya memperoleh pekerjaan ini digambarkan persis oleh kalimat-kalimat tua itu.
Pantaskah hidup ini ditukar begitu saja dengan sejumlah materi? Apakah ia memiliki pilihan? Ia sama sekali tidak yakin! ***
* Padang, 2011
*) Ungkapan ini sering digunakan masyarakat Minang bagi orang yang sangat kecewa pada pekerjaannya: “Tidak bekerja, ingin bekerja. Setelah dapat pekerjaan, ternyata mengecewakan hati.”
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 07 Agustus 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar