Senin, 01 Agustus 2011

PENJARAHAN DARI PEMBANGUNAN

Nurel Javissyarqi
http://sastra-indonesia.com/

Tatkala pembangunan fisik ditingkatkan, sedang perbaikan jiwa diabaikan, berhati-hatilah penjarahan, tindak anarkis dari prodak demokrasi, hal pernah diramalkan Hegel. Insan-insan Indonesia giat bekerja, tekun menjadikan dirinya kaya. Seperti bangsa lain yang gemar kilatan mewah, merindu kecantikan luar, daya rayu memperbudak. Padahal K’tut Tantri pernah berkata; “orang Indonesia itu para pelaku terbaik,” ketika melihat pasukan Bung Tomo menyamar sebagai anggota Palang Merang Internasional demi mengambil alat siar perjuangan.

Anak-anak salah sasaran pada bidang pendidikan karena keegoisan orang tua. Ini pemaksaan mengenakan yang tidak diinginkan, bertolak keliru dalam pengambilan kemauan. Kemapanan menurutnya, tuntutan hidup demi mendapati segala dari lingkungan yang tidak sesuai pribadi, akan menyempitkan kesempatan pihak lain.

Perlombaan terlihat mentereng, awal nantinya ambruk menimpai anak-anaknya. Pengalokasian masa berlebih dalam perkara dihasratkan, tanpa perhatikan sudut kemanusiaan. Pertumbuhan menguras keringat tiada permenungan, hasilnya kelelahan menuju matinya kalbu. Ritual peribadatan berupa pesta, menghamburkan uang demi kibaran bendera, tidak perhatikan pinggiran kemelaratan. Kehusyukan ibadah di sebelah derita ialah lukisan timpang kerap ada.

Pendidikan awal fanatisme diri yang terbentuk dari kemungkinan kuasa mengesampingkan kasih. Hilangnya tenggang rasa terburu nafsu mencapai yang nantinya bersebut prestasi kekayaan, lalu kalimat yang meluncur berupa sabda-sabda uang. Jika menilik ke belakang sejarah bangsa-bangsa di Nusantara, tidak jauh berbeda. Tumpukan emas, intan berlian dipersembah kepada kerajaan. Kepatuhan berawal pemaksaan hukum menguasai jelata.

Barang-barang mewah sekadar hiasan tanpa tuntutan perkembangan keilmuan. Kejayaan berlimpah ruah hasil tambang dalam bentuk baju kebesaran para bangsawan. Semacam mengangkat derajat terlalu tinggi dari kerja kemarin. Suatu jalan tampak bagus tapi saat pengetahuan tidak menjadi faktor utama kemajuan, kerja keras hanya menghasilkan lelah tiada manfaat bathin, bertambah penat kepala dari pemompaan rakus.

Untuk mencapai kendaraan mengkilat, intelektual bergengsi namun jauh kesahajaan tanah pertiwi, pembangunan curang, pengeroposan bahan lewat pengurangan demi kenyangkan perut pribadi. Korupsi menjadi idealitas menjajikan harapan. Kenekatan hutang menjelma solusi, hukum bernyanyi mengikuti sang tuan. Setelah penjarahan berlangsung, tidak menjadi pelajaran, kian serakah menambah kekuatan demi tak terjamah tangan penuntut nafas alami.

Selepas penjarahan bukan meningkatkan pendidikan, malah biaya melangit. Pembangunan mental identik biaya tinggi, lahan bisnis mengeruk untung tidak bertanggung jawab. Tiadanya penghargaan tulus, semua mengikuti alur suap. Pembusukan bangsa sendiri demi kepentingan pribadi. Banyak pengangguran sebab penyempitan lapangan kerja dari rakusnya menggali sumber kehidupan, yang hanya dikuasai orang-orang bertradisi penjajah. Atau malas mencipta lapangan kerja dari pendidikan salah, bangku sekolah hanya mengajarkan teori, sedang praktik menuntut biaya lebih atau bukan keilmuan, yang dijadikan lahan bisnis; ini kreatifitas pemeras.

Orang kayanya tidak manusiawi, jangan-jangan hanya mengenyam pendidikan dasar, sehingga tiada pengertian menghargai sesama. Demonstrasi menuntut murahnya biaya pendidikan serta bahan pokok menjadi sia-sis, sebab telinga-telinga di atas telah buntu, kebijakan bertelingakan satu. Tanpa musyawarah karena telah dianggapnya baik akan melukai yang lain, mufakat para petinggi, hasil olahan mental tidak diluruskan di jalan keseimbangan, hal buruk tidak menjadi buruk karna menjelma tradisi; penyuapan, korupsi, penggusuran, penjarahan dan sebagainya.

Katanya bangsa maju yang cantik penataan kotanya. Sayang, yang terjadi pemerintah menghalalkan segala cara demi keindahan pandang. Pasar-pasar tradisional terhapus, diganti barang impor merayu dibeli, dan si fakir gigit jari, sesekali harus menghujamkan belati karena tidak betah merasai. Ini tanggung jawab siapa? Penggusuran rumah tanpa penampungan menjamin, sebab penggusuran bahasa lain pengusiran dari yang berkuasa pada rakyat jelata, diharuskan tunduk kalau mau bernafas lama. Banyaklah bayi-bayi lahir dari garba simalakama. Ingatlah, anak-anak selamat dari bencana, kelak membahagiakan bangsanya, ratu adil benar-benar hadir.

Penjajahan sesama karena penguasa menjadi budak ideologi yang tidak membumi. Watak impor di masukkan menjelma kerakusan pandangan tak menyeluruh, sedang kemanusiaan tidak diperhatikan. Aku tidak menafihkan manfaat pembangunan seperti pembuatan jalan, jembatan, rumah ibadah serta lainnya. Namun ketika tidak dibarengi kualitas anak bangsa, hanya perbendaan tidak menggerakkan peradaban tangguh.

Alat-alat sekadar pajangan, bukan kebutuhan meningkatkan kemakmuran merata. Kapitalisme merambah pedalaman tidak sesuai, oleh pembawa ideologi masih timpang-tindih atas lahan realitas. Kajian yang disemarakkan budaya luar, bukan melestarikan tradisi ketimuran luhur para leluhur. Karena persiapan tidak matang menggebu profan, kejiwaannya tercebur arus tanpa semangat membumi.

Budaya seronok terpahat di dinding-dinding, seni memungkinkan hak asasi berlenggang tanpa kendali pertiwi. Kemajuan kaum hawa tiada kesadaran diri yang bukan pengganti. Pun tak ada kehormatan berbangsa berbudaya, diri para wanitanya tidak menguliti kebesaran kemerdekaan hak asasi, tampak penggelembungan nilai atas kecantikan tuntutan. Seraya beban berat terasa ringan sebab martabat yang semu.

Pendirian pabrik pengguna bahan kimia yang tidak perhatikan dampaknya. Di sana-sini lingkungan kurang ramah, semua terlihat plastik, lampu menyilaukan menuntut kemajuan kebablasan. Atau konstruksi bangunannya ternilai permodalan, pengerukan kekayaan alam dari keringat para buruh yang dihilangkan psikososialnya. Penghapusan kesempatan untuk kebertemuan, kurangnya keakraban dibatasi khttp://www.blogger.com/img/blank.gifepentingan dagang, tiada pondasi keilmuan seimbang yang tampak pesuruh, ialah manajemen tidak manusiawi.

Sering terjadi tindak kriminal oleh pengabnya peradaban tidak beradab, transformasi kajian budaya belum menelusup ke tingkatan bawah, sedang pergerakan barang pasar begitu cepat dengan propaganda tidak masuk akal seperti tukang sihir. Timpang-tindih tanpa pergerakan kuat memulihkan penyadaran, yang terlahir saling tuduh, hukum keberpihakan dari fanatisme golongan. Ibarat nyala api tak memanasi air guna kesehatan, malah membakar lewat tayangan menyesatkan. Para aktor terlihat egois genit, memandang masa depan di bawah penjajahan.

Sumber: http://sastra-indonesia.com/2009/11/penjarahan-dari-pembangunan/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi