Selasa, 11 Oktober 2011

Acep Zamzam Noor dan Tasikmalaya

Soni Farid Maulana
Pikiran Rakyat, 17 Mei 2009

TASIKMALAYA adalah kota yang tengah berubah. Kota yang semula tenang dari denyut kehidupan sosial-politik dan budaya itu, kini denyarnya sampai ke mana-mana. Denyut itu paling tidak dalam konteks tersebut digerakkan penyair Acep Zamzam Noor lewat gerakan Partai Nurul Sembako (PNS) yang dengan keberaniannya sering mengkritisi kehidupan sosial-politik, maupun jalannya pemerintahan di Kota Tasikmalaya dengan memasang berbagai spanduk yang kata-katanya sering panas dibaca orang.

Misal sebuah spanduk yang pernah dipasang PNS di beberapa sudut Kota Tasikmlaya, ada yang berbunyi: “Anda ingin jadi pegawai negeri? Siapkan dana Rp 30 juta. Hubungi (0265) 336450, 330171, 330983!” Nomor-nomor telepon tersebut silakan Anda cek sendiri, nomor punya siapa. Berkaitan dengan itu, meskipun pakai nama partai, PNS bukan merupakan partai politik yang kemaruk dengan kekuasaan.

PNS adalah semacam lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang penyadaran sosial-politik maupun sosial-budaya, dalam pengertian seluas-luasnya. Sementara itu, dalam bidang kesenian, Acep menghidupkan Kota Tasikmalaya lewat berbagai acara seni dan budaya yang diproduksi oleh Komunitas Azan, dan Sanggar Sastra Tasik (SST). Tentu saja di luar tiga komunitas tadi, masih ada komunitas-komunitas seni lainnya, baik yang hidup di dalam kampus maupun di luar kampus.

Kesenian dengan demikian dalam konteks tersebut, tidak hanya menunjukkan fungsi estetikanya di masyarakat, akan tetapi telah pula menunjukkan fungsi sosial. Untuk itu, tak aneh kalau penyair Rendra pernah mengatakan, seni tidak semata-mata untuk seni, tetapi juga untuk masyarakat. Seni dan masyarakat harus saling menghidupi, dan bukannya jadi parasit.

Nah, Acep Zamzam Noor dan teman-temannya di Tasikmalaya dalam berkesenian bergerak dalam konteks yang demikian, tidak mau jadi parasit. Untuk itu, tak ada proposal yang dilayangkan Acep kepada pemerintah setempat. Adakalanya dana untuk berkesenian dicarinya sendiri. Lepas dari itu, kehidupan kesenian di Tasikmalaya pada 1980-an, termasuk kehidupan sosial-politik yang berdenyut di dalamnya, tidak seramai sekarang.

Pada 1980-an, Kota Tasikmalaya tidak punya Gedung Kesenian sebagaimana sekarang, yang kondisi gedungnya konon tidak terawat. Namun demikian, gedung tersebut masih tetap dipakai sebagai tempat kegiatan para seniman di Tasikmalaya dalam berekspresi, baik dalam bidang pementasan teater, pameran seni rupa, maupun acara pembacaan puisi. Hal itu dikatakan Acep Zamzam Noor, dalam percakapannya dengan penulis beberapa waktu lalu.

Waktu itu di Tasikmalaya ada tiga kelompok teater yang menghidupkan seni dan budaya, yakni Sanggar Epos, Teater Prasasti, dan Teater Awal. Salah seorang aktivis teater Prasasti yang hingga kini masih bergiat dalam menghidupkan seni dan budaya di Kota Tasikmalaya adalah Saeful Badar. Ia merupakan salah seorang motor penggerak Sanggar Sastra Tasikmalaya (SST), di samping Eryandi Budiman yang hijrah ke Bandung.

**

BERUBAHNYA dinamika kehidupan seni dan budaya, serta dinamika sosial-politik yang melingkupi Kota Tasikmalaya dewasa ini, pada satu sisi tidak bisa dilepaskan dari pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di dalamnya. Berkaitan dengan itu, tak aneh bila berbagai benturan kepentingan yang mengatasnamakan rakyat kerap terjadi. Bahkan bukan hanya itu, pada bulan puasa tahun kemarin, kita pernah membaca berbagai berita di berbagai media massa, ada sejumlah tukang baso yang dagang siang hari diobrak-abrik massa. Padahal pada 1980-an, tak ada kejadian semacam itu. Tanda pesatnya Tasikmalaya dalam bidang ekonomi pada sisi yang lain, bisa dilihat dari bermunculannya hotel-hotel baru dan tempat penginapan baru, serta pusat-pusat perbelanjaan baru yang besar.

Dalam konteks yang demikian, secara perlahan-lahan Kota Tasikmalaya menjadi kota yang keras secara sosial. Untungnya di tengah-tengah situasi semacam itu, masih ada sanggar-sanggar seni yang berpihak pada kemanusiaan, daya spritualitas, dan estetika dalam mengembangkan diri sebagai manusia yang cerdas. Apa sebab? Karena di Tasikmalaya, dewasa ini, tidak tumbuh dalam satu kebudayaan yang dibawa oleh satu agama, tetapi juga tumbuh dalam keragaman kebudayaan, yang dibawa oleh agama-agama lainnya. Paling tidak, selain pemeluk agama Islam, di Tasikmalaya ada pemeluk agama Kristen, Buddha, dan Hindu. Dan Acep dalam kaitan itu sering menyuarakan gerakan pluralisme dalam berkebudayaan.

Di tengah-tengah kondisi sosial-politik, dan denyut kebudayaan semacam itulah, Acep Zamzam Noor memicu teman-temannya untuk terus tumbuh, menulis, dan menulis. Tak heran bila dalam sepuluh tahun terakhir banyak penyair baru yang lahir dari Kota Tasikmalaya. Karya-karya mereka kini tersebar ke mana-mana. Selain itu, beberapa dari penyair yang pernah mengembangkan Kota Tasikmalaya pun sudah ada yang pindah kota, seperti Intan, Iman Abda, dan Ratna Ayu Budhiarti.

Hal yang sangat menarik dilakukan Acep Zamzam Noor dalam memicu teman-temannya berkreasi. Acep tidak pernah memosisikan dirinya sebagai guru, selain sebagai teman bicara dan dialog. Oleh karena itu, tak aneh bila apa yang ditulis Acep sangat lain dengan penulis yang datang kemudian yang kerap bertanya kepada Acep Zamzam Noor. Salah seorang penyair perempuan yang cukup berbakat dan memukau karya-karyanya adalah Nina Minareli. Sayangnya, ia entah ke mana saat ini. Lepas dari itu, puisi-puisi yang ditulis Acep Zamzam Noor pun menarik pula untuk diapresiasi. Salah satu karyanya bisa kita baca di bawah ini, yang ditulis dalam bentuk kwatrin.

Kenangan

Aku melukis tubuhmu
Dengan cahaya pagi
Tubuhmu memanjang
Seperti air kali

2003.

“Saya ingin menghidupkan Kota Tasikmalaya selain dikenal sebagai kota santri, juga kota puisi,” kata Acep Zamzam Noor. Untuk itu, tak aneh bila Acep dan kawan-kawannya yang bergabung dalam Komunitas Sanggar Sastra Tasikmalaya, pernah menyelenggarakan pertemuan penyair, baik tingkat Jawa Barat maupun Tingkat Nasional, dengan dana pas-pasan. Selain itu, berkali-kali pula menyelenggarakan lomba baca puisi untuk tingkat Jawa Barat.
***

Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2009/05/acep-zamzam-noor-dan-tasikmalaya.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi