Ahmad Zaini
Radar Bojonegoro, 7 Juli 2011
Setiap sore aku biasa mangkal di warung es dawet siwalan. Warung sederhana beratap daun ilalang selalu menjamuku dengan suguhan es dawet yang berisi buah siwalan. Warung yang berada di bawah pohon akasia tua selalu ramai oleh para remaja yang ingin menghabiskan sore sambil menunggu beduk maghrib tiba.
Segelas es dawet siwalan disuguhkan pelayan warung yang berkebaya coklat. Ia tersenyum manis kepadaku sambil mempersilakan aku meminumnya. Diiringi hembusan angin pantai utara, aku menyeruput segelas es dawet siwalan suguhannya. Segar rasanya berbaur dengan aroma wangi kembang akasia yang mekar di atas warung itu.
Maimunah, pembantu warung yang menjual es dawet siwalan sudah seminggu ini tak kelihatan. Hanya Mbok Darmi yang melayani para remaja, termasuk aku juga, yang datang ingin menikmati es dawet siwalan dan kangen pada senyum Maimunah. Aku ingin bertanya kepada Mbok Darmi tentang keberadaan Maimunah, ya, tidak enak. Aku takut jika kedatanganku ke warung selain menikmati es dawet siwalan juga ingin bertemu dengan Maimunah diketahui Mbok Darmi. Maka aku memutuskan untuk bertanya kepada teman-teman yang lain saja.
“Din, ke mana, ya, Maimunah?”
“Saya tidak tahu. Memang ada apa kamu kok menyanyakan Memunah?”
“Ya, tidak ada apa-apa Din. Hanya tanya.”
“Biasanya kalau ada orang bertanya dengan ekspresi wajah yang resah sepertimu, berarti ada maksud tertentu, lho!”
“Benar Din. Tidak ada maksud apa-apa.”
Aku langsung meninggalkan warung tersebut takut jika pertanyaan Didin mengenai sikapku akan membongkar rahasiaku.
“Eh, akan ke mana?”
“Saya pulang dulu. Ada panggilan dari ayahku,” jawabku memberi alasan pada Didin.
Sesampai di rumah, aku tak bisa tenang. Pikiranku selalu memikirkan Maimunah. Gadis lugu yang setiap hari membantu Mbok Darmi melayani para pembeli es dawet siwalan benar-benar telah memenuhi pikiranku. Setiap pagi ketika aku berangkat kerja, siang ketika istirahat kerja dan sore ketika pulang kerja hanya satu yang ada dalam pikiran. Maimunah.
Sewaktu aku berangkat ke tempat kerja, aku selalu melintas di depan warung itu sambil melirik untuk memastikan apakah Maimunah ada atau tidak. Jika Maimunah ada, maka aku ingin lekas pulang dari kerja dan mampir ke warung es dawet siwalan untuk menikmati senyum Maimunah saat menyuguhkan segelas es dawet siwalan. Sebaliknya, jika Maimunah tidak ada, maka tidak ada kinginanku pulang dari tempat kubekerja. Aku akan menghabiskan waktu di pantai utara sambil duduk-duduk melamunkan senyum manis dara yang masih lugu tersebut.
Hembusan angin senja di pantai begitu kencang. Ia mencoba mengusir gelisahku dengan kiriman ombak yang menghantam batu karang. Aku kaget ketika percikan ombaknya membelai wajahku yang dirundung keresahan memikirkan keberadaan Maimunah. Aku beranjak dari batu karang yang telah kududuki hampir sejam. Burung camar yang berpesta dengan mangsa di permukaan laut mengikuti langkahku yang meninggalkan pantai itu. Sedangkan warung es dawet siwalan di bawah pohon akasia senyap tak ada gurau remaja yang mengantarkan perjalanan hari menuju gerbang malam. Bangunan yang terbuat dari bambu itu berdiri sendiri tak ada yang menemani. Aku berhenti sejenak di depan warung. Kumatikan mesin sepeda motorku lalu memandangi warung yang memberikan kesan tersendiri kepadaku. Ya, siapa lagi kalau tidak gadis lugu, Maimunah, yang selalu menghadirkan kesan istimewa di hatiku.
Gelisah malamku diliputi rasa rindu ingin pergi ke warung. Aku tak bisa tidur karena memikirkannya. Aku beranjak dari pembaringan kemudian memutar televisi menyaksikan film tengah malam untuk mengusir rasa rindu tetapi seru cerita dari film itu tidak mampu mengobati rinduku pada Maimunah. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku merindukannya. Dari wajahnya, ya, biasa-biasa saja. Tapi mengapa hati ini selalu ingin bertemu dengannya?
Tak sadar malam telah membawaku hingga pagi datang. Dingin udara pagi telah menggigilkan diriku yang kurang tidur semalam. Seruan ibu dari ruang makan mengundangku untuk beranjak ke sana. Aneka menu makanan terhidangkan di meja makan. Akan tetapi, selera makanku benar-benar berkurang.
“Kenapa kamu tidak segera sarapan?” tanya ibu kepadaku.
“Eh, iya!” jawabku dengan terheragap.
Sepiring nasi berlauk ikan laut sudah di depanku. Sendok dan garpu telah siap melayani di kedua tanganku. Namun, gairah makan seperti sirna entah ke mana. Hasrat yang menggebu di hatiku hanya satu. Bertemu Maimunah yang sejak seminggu telah menghilang dari hidupku.
“Nak, sebanarnya apa yang kamu pikirkan?”
“Tidak memikirkan apa-apa.”
“Ibu tidak percaya jika kamu tidak memikirkan apa-apa. Kalau tidak ada beban di pikiranmu, mengapa kau akhir-akhir ini bergelagat aneh seperti ini? Setiap ibu menghidangkan sarapan pagi, kau tidak pernah menyantapnya dengan lahap seperti pagi-pagi sebelumnya. Apakah ada masalah di tempat kerjamu?”
“Tidak ada Bu.”
“Lantas apa yang membuatmu seperti ini?”
“Maaf, Bu! Saya berangkat kerja dulu!”
“Lho, lho, lho..! Kok, malah pergi tidak menghabiskan sarapanmu?”
“Sudah kenyang, Bu.”
Aku langsung berangkat kerja melintasi jalan beraspal yang masih berkabut. Di sepanjang perjalanan aku masih diselimuti rasa gelisah. Wajah Maimunah seakan melukis setiap titik yang aku lihat. Pohon-pohon besar di pinggir jalan tak memberikan kesejukan pada diriku yang melewatinya. Hingga pada saatnya aku sampai di depan warung es dawet siwalan tempat Maimunah bekerja.
Warung sederhana di bawah pohon akasia masih tutup. Daun serta kembang akasia yang berguguran di depannya masih berserak belum ada yang membersihkannya. Warung yang sekaligus tempat tinggal Mbok Darmi perlahan pintunya terbuka. Aku melihat Mbok Darmi keluar sambil membawa sapu lidi dan kerang tempat sampah. Kemudian dia menyapu membersihkan halaman warungnya dari daun dan kembang akasia yang berjatuhan.
Ingin rasanya kaki ini melangkah ke arah Mbok Darmi dan menanyakan Maimunah, tetapi aku malu untuk melakukannya. Lama aku termenung di depan warung karena ragu bertanya kepada Mbok Darmi sampai-sampai arloji di tanganku jarumnya berlabuh di angka tujuh kurang seperempat.
“Wawan, kenapa kamu di situ?”
Aku kaget katika Mbok Darmi menyapaku. Dalam hati kecilku, inilah kesempatan yang baik untuk menanyakan Maimunah kepada Mbok Darmi.
“Ini, Mbok. Saya akan berangkat kerja.”
“Kenapa sejak tadi berdiri di situ?”
“Eeeh..! Eeeh…!”
“Ada apa Wan?”
“Tidak ada apa-apa Mbok. Aku malu.”
“Malu kenapa? Memang kamu ini mau apa kok malu? Katakan saja!”
“Saya mau bertanya kepada Mbok. Maimunah ke mana ya Mbok sejak seminggu ini kok tidak menemani Mbok Darmi berjualan es dawet siwalan?”
“Ooo...menanyakan Maimunah to? Begitu saja pakai malu-malu segala! Maimunah pulang kampung karena Bapaknya sakit. Besok kalau bapaknya sudah sembuh, dia juga akan kembali ke sini.”
“Emmm… begitu to Mbok! Maaf ya Mbok, saya mengganggu. Terima kasih atas pemberitahuannya.”
Tangan Mbok Darmi lagsung saya sahut kemudian kujabat sambil kucium lantas aku kabur meninggalkannya sendiri membersihkan sampah-sampah yang masih tersisa.
“Weleh…, simelekethe!” ucap Mbok Darmi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikapku yang girang tak wajar seperti ini.
“Masih ada harapan..!” ucapku dalam hati sambil mengendarai sepeda motor ke tempat kerja.
Di tempat kerja aku ingin segera menuntaskan kerjaku. Satu demi satu pekerjaanku telah usai lalu aku pamit pulang lebih awal kepada pimpinan karena ingin mampir ke warung penjual es dawet siwalan. Dalam hati aku berharap Maimunah sudah datang dan menyuguhkan segelas es dawet siwalan dengan senyum yang lama kurindukan.
Warung di bawah pohon akasia telah ramai pengunjung. Para remaja sudah menyuruput es dawet siwalan di kawasan pantura ini. Aku mencari tempat duduk yang enak kemudian memesan segelas es dawet siwalan. Lama aku menunggu Maimunah muncul dari belakang kemudian menyuguhiku pesanankku dengan senyuman.
“Ini Nak Wawan es dawet siwalan pesananmu.”
Betapa terkejutnya aku, ternyata Mbok Darmi yang menyuguhkan segelas es dawet siwalan kepadaku.
“Lho, Mbok! Ke mana Maimunah?”
“Dia belum kembali.”
“Apes, aku!” ungkapku seketika sambil menampar pelan keningku.(*)
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Selasa, 04 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar