Selasa, 04 Oktober 2011

MASIH ADA HARAPAN

Ahmad Zaini
Radar Bojonegoro, 7 Juli 2011

Setiap sore aku biasa mangkal di warung es dawet siwalan. Warung sederhana beratap daun ilalang selalu menjamuku dengan suguhan es dawet yang berisi buah siwalan. Warung yang berada di bawah pohon akasia tua selalu ramai oleh para remaja yang ingin menghabiskan sore sambil menunggu beduk maghrib tiba.

Segelas es dawet siwalan disuguhkan pelayan warung yang berkebaya coklat. Ia tersenyum manis kepadaku sambil mempersilakan aku meminumnya. Diiringi hembusan angin pantai utara, aku menyeruput segelas es dawet siwalan suguhannya. Segar rasanya berbaur dengan aroma wangi kembang akasia yang mekar di atas warung itu.

Maimunah, pembantu warung yang menjual es dawet siwalan sudah seminggu ini tak kelihatan. Hanya Mbok Darmi yang melayani para remaja, termasuk aku juga, yang datang ingin menikmati es dawet siwalan dan kangen pada senyum Maimunah. Aku ingin bertanya kepada Mbok Darmi tentang keberadaan Maimunah, ya, tidak enak. Aku takut jika kedatanganku ke warung selain menikmati es dawet siwalan juga ingin bertemu dengan Maimunah diketahui Mbok Darmi. Maka aku memutuskan untuk bertanya kepada teman-teman yang lain saja.

“Din, ke mana, ya, Maimunah?”

“Saya tidak tahu. Memang ada apa kamu kok menyanyakan Memunah?”

“Ya, tidak ada apa-apa Din. Hanya tanya.”

“Biasanya kalau ada orang bertanya dengan ekspresi wajah yang resah sepertimu, berarti ada maksud tertentu, lho!”

“Benar Din. Tidak ada maksud apa-apa.”

Aku langsung meninggalkan warung tersebut takut jika pertanyaan Didin mengenai sikapku akan membongkar rahasiaku.

“Eh, akan ke mana?”

“Saya pulang dulu. Ada panggilan dari ayahku,” jawabku memberi alasan pada Didin.

Sesampai di rumah, aku tak bisa tenang. Pikiranku selalu memikirkan Maimunah. Gadis lugu yang setiap hari membantu Mbok Darmi melayani para pembeli es dawet siwalan benar-benar telah memenuhi pikiranku. Setiap pagi ketika aku berangkat kerja, siang ketika istirahat kerja dan sore ketika pulang kerja hanya satu yang ada dalam pikiran. Maimunah.

Sewaktu aku berangkat ke tempat kerja, aku selalu melintas di depan warung itu sambil melirik untuk memastikan apakah Maimunah ada atau tidak. Jika Maimunah ada, maka aku ingin lekas pulang dari kerja dan mampir ke warung es dawet siwalan untuk menikmati senyum Maimunah saat menyuguhkan segelas es dawet siwalan. Sebaliknya, jika Maimunah tidak ada, maka tidak ada kinginanku pulang dari tempat kubekerja. Aku akan menghabiskan waktu di pantai utara sambil duduk-duduk melamunkan senyum manis dara yang masih lugu tersebut.

Hembusan angin senja di pantai begitu kencang. Ia mencoba mengusir gelisahku dengan kiriman ombak yang menghantam batu karang. Aku kaget ketika percikan ombaknya membelai wajahku yang dirundung keresahan memikirkan keberadaan Maimunah. Aku beranjak dari batu karang yang telah kududuki hampir sejam. Burung camar yang berpesta dengan mangsa di permukaan laut mengikuti langkahku yang meninggalkan pantai itu. Sedangkan warung es dawet siwalan di bawah pohon akasia senyap tak ada gurau remaja yang mengantarkan perjalanan hari menuju gerbang malam. Bangunan yang terbuat dari bambu itu berdiri sendiri tak ada yang menemani. Aku berhenti sejenak di depan warung. Kumatikan mesin sepeda motorku lalu memandangi warung yang memberikan kesan tersendiri kepadaku. Ya, siapa lagi kalau tidak gadis lugu, Maimunah, yang selalu menghadirkan kesan istimewa di hatiku.

Gelisah malamku diliputi rasa rindu ingin pergi ke warung. Aku tak bisa tidur karena memikirkannya. Aku beranjak dari pembaringan kemudian memutar televisi menyaksikan film tengah malam untuk mengusir rasa rindu tetapi seru cerita dari film itu tidak mampu mengobati rinduku pada Maimunah. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku merindukannya. Dari wajahnya, ya, biasa-biasa saja. Tapi mengapa hati ini selalu ingin bertemu dengannya?

Tak sadar malam telah membawaku hingga pagi datang. Dingin udara pagi telah menggigilkan diriku yang kurang tidur semalam. Seruan ibu dari ruang makan mengundangku untuk beranjak ke sana. Aneka menu makanan terhidangkan di meja makan. Akan tetapi, selera makanku benar-benar berkurang.

“Kenapa kamu tidak segera sarapan?” tanya ibu kepadaku.

“Eh, iya!” jawabku dengan terheragap.

Sepiring nasi berlauk ikan laut sudah di depanku. Sendok dan garpu telah siap melayani di kedua tanganku. Namun, gairah makan seperti sirna entah ke mana. Hasrat yang menggebu di hatiku hanya satu. Bertemu Maimunah yang sejak seminggu telah menghilang dari hidupku.

“Nak, sebanarnya apa yang kamu pikirkan?”

“Tidak memikirkan apa-apa.”

“Ibu tidak percaya jika kamu tidak memikirkan apa-apa. Kalau tidak ada beban di pikiranmu, mengapa kau akhir-akhir ini bergelagat aneh seperti ini? Setiap ibu menghidangkan sarapan pagi, kau tidak pernah menyantapnya dengan lahap seperti pagi-pagi sebelumnya. Apakah ada masalah di tempat kerjamu?”

“Tidak ada Bu.”

“Lantas apa yang membuatmu seperti ini?”

“Maaf, Bu! Saya berangkat kerja dulu!”

“Lho, lho, lho..! Kok, malah pergi tidak menghabiskan sarapanmu?”

“Sudah kenyang, Bu.”

Aku langsung berangkat kerja melintasi jalan beraspal yang masih berkabut. Di sepanjang perjalanan aku masih diselimuti rasa gelisah. Wajah Maimunah seakan melukis setiap titik yang aku lihat. Pohon-pohon besar di pinggir jalan tak memberikan kesejukan pada diriku yang melewatinya. Hingga pada saatnya aku sampai di depan warung es dawet siwalan tempat Maimunah bekerja.

Warung sederhana di bawah pohon akasia masih tutup. Daun serta kembang akasia yang berguguran di depannya masih berserak belum ada yang membersihkannya. Warung yang sekaligus tempat tinggal Mbok Darmi perlahan pintunya terbuka. Aku melihat Mbok Darmi keluar sambil membawa sapu lidi dan kerang tempat sampah. Kemudian dia menyapu membersihkan halaman warungnya dari daun dan kembang akasia yang berjatuhan.

Ingin rasanya kaki ini melangkah ke arah Mbok Darmi dan menanyakan Maimunah, tetapi aku malu untuk melakukannya. Lama aku termenung di depan warung karena ragu bertanya kepada Mbok Darmi sampai-sampai arloji di tanganku jarumnya berlabuh di angka tujuh kurang seperempat.

“Wawan, kenapa kamu di situ?”

Aku kaget katika Mbok Darmi menyapaku. Dalam hati kecilku, inilah kesempatan yang baik untuk menanyakan Maimunah kepada Mbok Darmi.

“Ini, Mbok. Saya akan berangkat kerja.”

“Kenapa sejak tadi berdiri di situ?”

“Eeeh..! Eeeh…!”

“Ada apa Wan?”

“Tidak ada apa-apa Mbok. Aku malu.”

“Malu kenapa? Memang kamu ini mau apa kok malu? Katakan saja!”

“Saya mau bertanya kepada Mbok. Maimunah ke mana ya Mbok sejak seminggu ini kok tidak menemani Mbok Darmi berjualan es dawet siwalan?”

“Ooo...menanyakan Maimunah to? Begitu saja pakai malu-malu segala! Maimunah pulang kampung karena Bapaknya sakit. Besok kalau bapaknya sudah sembuh, dia juga akan kembali ke sini.”

“Emmm… begitu to Mbok! Maaf ya Mbok, saya mengganggu. Terima kasih atas pemberitahuannya.”

Tangan Mbok Darmi lagsung saya sahut kemudian kujabat sambil kucium lantas aku kabur meninggalkannya sendiri membersihkan sampah-sampah yang masih tersisa.

“Weleh…, simelekethe!” ucap Mbok Darmi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikapku yang girang tak wajar seperti ini.

“Masih ada harapan..!” ucapku dalam hati sambil mengendarai sepeda motor ke tempat kerja.

Di tempat kerja aku ingin segera menuntaskan kerjaku. Satu demi satu pekerjaanku telah usai lalu aku pamit pulang lebih awal kepada pimpinan karena ingin mampir ke warung penjual es dawet siwalan. Dalam hati aku berharap Maimunah sudah datang dan menyuguhkan segelas es dawet siwalan dengan senyum yang lama kurindukan.

Warung di bawah pohon akasia telah ramai pengunjung. Para remaja sudah menyuruput es dawet siwalan di kawasan pantura ini. Aku mencari tempat duduk yang enak kemudian memesan segelas es dawet siwalan. Lama aku menunggu Maimunah muncul dari belakang kemudian menyuguhiku pesanankku dengan senyuman.

“Ini Nak Wawan es dawet siwalan pesananmu.”

Betapa terkejutnya aku, ternyata Mbok Darmi yang menyuguhkan segelas es dawet siwalan kepadaku.

“Lho, Mbok! Ke mana Maimunah?”

“Dia belum kembali.”

“Apes, aku!” ungkapku seketika sambil menampar pelan keningku.(*)
***

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi