Selasa, 15 November 2011

Surat Berdarah Untuk Presiden: Mengantarkan Lea ke Ubud Writting

Pipiet Senja
http://www.kompasiana.com/www.pipitsenja.multiply.com

Prolog

Ini ada surat dari Lea, nama penanya; Jaladara, salah satu penulis pada buku Surat Berdarah Untuk Presiden, diterbitkan oleh Jendela, Grup Zikrul Hakim, Jakarta.

Dia malu-malu mengirimkannya, meskipun baru saja menyelesaikan kuliahnya pada St. Marry, Hong Kong. Karya-karyanya memang luar biasa, bahasanya apik, siapapun takkan pernah mengira bahwa anak yang satu ini penggiat literasi dan seni sastra di kalangan BMI Hong Kong.
Beberapa kali saya membincang karyanya di program Bilik Sastra VOI RRI.

Yang patut diacungi jempol adalah aktivitasnya, tepatnya dedikasinya terhadap perkembangan sastra dan mencerdaskan kaum BMI di negeri beton, sehingga Lea mendirikan ABATASA; sebuah perpustakaan yang digratiskan, populer di kalangan perantau Indonesia.

Hmm, dalam beberapa hari ke depan, saya akan terbang kembali ke negerinya si Jacky Chan. Sebelum itu, inilah saya dukung dan rekomendasikan karyanya ke berbagai media, termasuk kompasiana; sebuah jejaring sosial yang menjadi favorit pula di kalangan BMI Hong Kong dan Macau dan Taiwan.

Bravo, Lea, ananda sayang, aku bangga dan turut sukacita dengan keberhasilanmu.
Semoga ke depan akan berlahiran para penulis handal lainnya di kalangan BMI.
Doaku selalu untuk kaliam, wahai, para perempuan tangguh!
***

Barangkali yang terlintas di benak sebagian besar masyarakat Indonesia ketika mendengar tentang TKW/TKI atau Buruh Migran Indonesia, maka berita tentang penganiayaan, penindasan, pemerkosaan, pelecehan dan ketidakadilan lainnya yang dilakukan oleh majikan di luar negeri. Apalagi media-media massa di tanah air secara sadar ataupun tidak, sengaja ataupun tidak, ikut menanamkan stigma para pahawan devisa tersebut dengan hal-hal negatif. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa realitas semacam itu banyak terjadi, dan masih menjadi persoalan ketenagakerjaan yang sampai detik ini belum bisa terselesaikan dengan baik oleh pemerintah.

Tidak banyak yang mengetahui, bahwa dari tangan-tangan tangguh para buruh Migran telah lahir banyak karya sastra sebagai ungkapan ekspresi dan kesaksian mereka atas realitas yang terjadi baik di dalam dirinya ataupun di luar dirinya (masyarakat sosial). Gejolak perasaan, kekecewaan, kemarahan, harapan, mimpi-mimpi , dan ideal-ideal kehidupan menjadi bahan baku yang tak pernah habis di eksplorasi oleh para pengarang yang berasal dari buruh migran tersebut.

Perlu diketahui, bahwa setidaknya, ada lebih dari 60 judul buku yang telah lahir dari olah rasa dan kredibilitas para Buruh Migran Indonesia (BMI) terutama di Hong Kong. Iklim penulisan dan geliat komunitas sastra dan seni di Hong Kong sangan marak dan kondusif dalam melahirkan pengarang-pengarang muda dan berbakat. Mereka menulis puisi, cerpen, sastra, naskah drama, scenario, cerita pengalaman hidup, dan bahkan novel.

Hakekat dari genre sastra buruh migran bukan sekedar teks yang ditulis oleh buruh migran dan tidak selalu berputar di sekitar penderitaan menjadi buruh migran; rasa rindu terhadap kampung halaman; dan persoalan klasik perburuhan lainnya.

Sastra buruh migran kurang lebih sama dengan sastra pada umumnya. Menjadi lebih istimewa karena sastra buruh migran ditulis oleh mereka yang pada dasarnya tidak memiliki latar belakang keilmuan dan kesusastraan yang memadai, namun dengan penuh semangat berusaha berkarya lewat ragam estetika , kreatifitas dan imajinasi yang ada, sebagai sebuah kesaksian dan tafsiran atas realitas kehidupan sehari-hari yang dihadapi.

Sayangnya, perkembangan dan semangat bersastra di kalangan BMI ini masih dipandang sebelah mata dan belum mendapatkan apresiasi yang selayaknya. Barangkali karena cap Buruh Migran itulah yang membuat banyak kritikus sastra mencibir akan kualitas teks-teks yang dihasilkan. Padahal, bila hendak jujur, suara-suara dari BMI tersebut tidak ada bedanya dengan suara-suara para pengarang besar yang berbicara tentang perburuhan lewat karya-karya mereka.

Suara BMI lebih jujur, berbicara tentang realitas sosial dalam hubungannya yang tidak seimbang dengan birokrasi, kekuasaan dan capital. Tanpa terkontaminasi oleh kubu politik atau ditumpangi oleh kepentingan kelompok tertentu. Dari suara BMI tersebut, kita juga bisa membaca bagaimana menjadi Indonesia dari sudut pandang mereka yang berada di luar Indonesia.

UWRF 2011, Nandurin Karang Awak

Beberapa bulan lalu, saya membaca sebuah informasi mengenai seleksi karya-karya untuk Ubud Writers and Readers Festival lewat sebuah jejarang sosial. Dengan semangat seorang pemula, saya menghubungi penerbit buku-buku saya di Indonesia dan meminta tolong seorang editor untuk membantu saya memilihkan tulisan dan buku mana saja yang layak dikirimkan ke seleksi ini. Meski jujur saat mengirimkannya saya tidak berharap muluk ataupun menargetkan harus lolos. Toh bagi seorang penulis seperti saya, tugas saya adalah menulis. Urusan apresiasi dan “kehormatan” lainnya saya serahkan sepenuhnya kepada khalayak pembaca.

Setelah berhasil mengirimkan karya ke UWRF, saya mencoba melupakannya. Meski saya selalu memohon kepada Tuhan di dalam doa-doa saya, semoga Dia memberikan saya arah masa depan kepenulisan yang lebih baik. Dan memang Tuhan Maha Mendengar.

Setelah menunggu lebih dari satu bulan, akhirnya saya mendapat konfirmasi lewat surat elektronik bahwa saya termasuk salah satu dari 15 penulis yang diundang mengikuti even sastra tingkat Internasional yang cukup bergengsi ini. Dari catatan kuratorial saya menemukan sebuah kalimat yang membuat saya optimis, setidaknya menjadi pemicu semangat untuk konsisten dan trus balajar untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di masa depan.

“Para penulis terpilih ini beserta karya-karya mereka tidak hanya mencerminkan pencapaian kualitas kesusastraan yang tinggi, namun juga merefleksikan kekayaan daya ucap, bahasa, estetika, serta budaya dari berbagai daerah di nusantara.”

Ubud Writers & Readers Festival merupakan sebuah festival sastra tingkat internasional yang melibatkan para penulis, pembaca, penerbit nasional dan internasional; media lokal, nasional, dan internasional; organisasi seni, sastra dan budaya; budayawan, sastrawan dan seniman; pemerhati dan kritikus sastra; sekolah dan universitas dalam dan luar negeri; duta besar dari berbagai Negara juga masyarakat umum.

Festival ini dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu program dari aktivitas Yayasan Mudra Swari Saraswati yang bergerak di bidang sastra, seni dan budaya. Ubud Writers & Readers Festival telah mendapatkan predikat sebagai “One of the World’s Great Book Festival oleh Conde Nast Travel and Leisure, “Among the Top Six Literary Festival in the World’s” oleh Harper’s Bazzar, serta The Best Art Event 2006 oleh The Beat Magazine.

UWRF 2011 merupakan festival tahunan yang ke-8 dengan Tema “Nandurin Karang Awak” diinspirasi oleh salah satu kalimat dalam gaguritan Salampah Laku, puisi panjang tradisional yang ditulis oleh Kawi-Wiku (pendeta-sastrawan) Ida Pedanda Made Sidemen.

Dalam geguritan itu Ida Pedanda Made Sidemen menyatakan, ”…idep beline
mangkin, makinkin mayasa lacur, tong ngelah karang sawah, karang awake tandurin…” (kehendak kakanda sekarang, mulai melakukan tapa kesederhanaan, tidak memiliki tanah sawah, maka tubuh diri-lah yang ditanami) Mengolah diri sendiri sebagaimana mengolah sawah—menyebarkan benih kebajikan, memotong rumput-rumput keinginan, serta memanen dengan seksama agar hanya biji budi terbaik yang dihasilkan—-merupakan konsep filosofis penting dalam tataran spiritual Bali.

Dalam tataran keseharian, pernyataan Ida Pedanda Made Sidemen mencerminkan rasa optimis dari kelompok manusia yang tidak memiliki tanah—baik karena kemiskinan, pilihan maupun karena pengasingan—namun masih memiliki keyakinan pada kemampuan dan potensi diri pribadi mereka masing-masing. Ida Pedanda Made Sidemen diakui sebagai salah satu Kawi-Wiku terbesar sepanjang sejarah Bali. Beliau menulis sejumlah karya sastra, seperti Siwagama, Kakawin Candra Bhairawa, Kakawin Cayadijaya, Kakawin Kalpha Sanghara, Kidung Pisacarana, dan Kidung Rangsang. Selain menulis karya sastra serta melayani umat dengan memimpin upacara keagamaan, Ida Pedanda Made Sidemen juga dikenal sebagai ahli arsitektur tradisional yang mumpuni. Beliau meninggal pada 10 September 1984 dalam usia 126 tahun.

Semangat Nandurin Karang Awak inilah yang kemudian saya adopsi dan saya sebarkan kepada kawan-kawan BMI Hong Kong. Supaya mereka memiliki kesadaran diri untuk menemukan dan menggali potensi yang mereka miliki untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Potensi itu sendiri tak melulu dibidang tulis-menulis, bisa saja berwirausaha dan masih banyak jenis usaha lainnya yang bisa digeluti oleh kawan-kawan BMI.

Sebagai Duta Sastra Buruh Migran, saya dilibatkan dalam berbagai acara yang dihelat oleh UWRF 2011. Pada tahun ini UWRF menghadirkan lebih dari 130 penulis dari lebih dari 28 negara. Festival ini juga mempersembahkan sekitar 168 acara dalam 6 hari dengan mengambil lebih dari 57 tempat acara. Jujur, saya sendiri cukup nervous saat didaulat untuk menjadi pembicara dalam beberapa panel diskusi dan worshop yang pesertanya berasal dari berbagai belahan dunia. Dalam sebuah panel bahkan saya di satu mejakan dengan empat orang penulis dunia yang masing-masing berasal dari Eropa, Australia, Amerika dan satu lagi adalah penulis asal Indonesia yang telah tujuh tahun menetap di Canada. Sedangkan saya? Saya datang hanya dengan segudang semangat untuk belajar.

Saya bukan seorang yang memahami sastra dengan baik. Saya juga bukan seorang kritikus sastra yang bisa membagikan ilmu kepada peserta workshop tentang bagaimana menilai kualiatas sebuah karya. Saya hanya seorang penulis yang tengah balajar merangkak. Saya hanya bisa berbicara tentang bagaimana saya, dan kawan-kawan BMI Hong Kong berkarya di bawah segala tekanan dan keterbatasan.

Saya hanya bisa menyampaikan tentang kegelisahan-kegelisahan dan kawan-kawan sebagai penulis, yang berusaha menjadikan tulisan itu sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak dan kemerdekaan kami sebagai manusia, sebagai pekerja yang tak ingin diperlakukan seperti robot tanpa memberikan kami kesempatan untuk beristirahat dan berkembang.

Seperti harapan dari kawan-kawan BMI yang menghadiri dialog “Perempuan Pengarang dan Sastra Migran” yang saya adakan pada hari Minggu (18/9) di Markas Besar FLP HK yang dihadiri oleh lebih dari 30 peserta. Mereka memiliki harapan dan cita-cita yang sama. Terciptanya sebuah lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk berkarya dan bekerja. Dan untuk mencapai semua itu, perlu perjuangan yang serentak dari semua elemen yang terlibat dalam skema penempatan BMI di luar negeri. Baik itu pemerintah Indonesia, pemerintah Hong Kong, KJRI, organisasi-organisasi BMI, LSM, agensi dan BMI itu sendiri. Mari satukan misi, eratkan perjuangan menuju cita-cita bersama.

Akhirnya saya memohon doa kepada seluruh kawan-kawan seperjuangan di Hong Kong semoga proses belajar saya di sana berjalan dengan baik. Semoga kelak saya diberi kesempatan untuk membagikan semua ilmu yang telah saya didapat kepada kawan-kawan semua. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada SUARA yang konsisten menyuarakan perjuangan kami, kepada KJRI HK atas segala dukungan dan apresiasinya.

Tak lupa kepada keluarga besar saya di St.Mary’s University, Bank Mandiri, Dompet Dhuafa , IMWU, Abatasa, KFC serta FLP HK dan tentunya seluruh kawan-kawan yang berada di Hong Kong. Dengan semangat Nandurin Karang Awak, semoga semakin banyak kawan-kawan BMI yang mendeka dalam berkarya dan bekerja. Kayau! (Jaladara, penulis cerpen: Surat Berdarah Untuk Presiden)

21 September 2011
Dijumput dari: http://media.kompasiana.com/buku/2011/09/21/surat-berdarah-untuk-presiden-mengantarkan-lea-ke-ubud-writting/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi