Pipiet Senja
http://www.kompasiana.com/www.pipitsenja.multiply.com
Prolog
Ini ada surat dari Lea, nama penanya; Jaladara, salah satu penulis pada buku Surat Berdarah Untuk Presiden, diterbitkan oleh Jendela, Grup Zikrul Hakim, Jakarta.
Dia malu-malu mengirimkannya, meskipun baru saja menyelesaikan kuliahnya pada St. Marry, Hong Kong. Karya-karyanya memang luar biasa, bahasanya apik, siapapun takkan pernah mengira bahwa anak yang satu ini penggiat literasi dan seni sastra di kalangan BMI Hong Kong.
Beberapa kali saya membincang karyanya di program Bilik Sastra VOI RRI.
Yang patut diacungi jempol adalah aktivitasnya, tepatnya dedikasinya terhadap perkembangan sastra dan mencerdaskan kaum BMI di negeri beton, sehingga Lea mendirikan ABATASA; sebuah perpustakaan yang digratiskan, populer di kalangan perantau Indonesia.
Hmm, dalam beberapa hari ke depan, saya akan terbang kembali ke negerinya si Jacky Chan. Sebelum itu, inilah saya dukung dan rekomendasikan karyanya ke berbagai media, termasuk kompasiana; sebuah jejaring sosial yang menjadi favorit pula di kalangan BMI Hong Kong dan Macau dan Taiwan.
Bravo, Lea, ananda sayang, aku bangga dan turut sukacita dengan keberhasilanmu.
Semoga ke depan akan berlahiran para penulis handal lainnya di kalangan BMI.
Doaku selalu untuk kaliam, wahai, para perempuan tangguh!
***
Barangkali yang terlintas di benak sebagian besar masyarakat Indonesia ketika mendengar tentang TKW/TKI atau Buruh Migran Indonesia, maka berita tentang penganiayaan, penindasan, pemerkosaan, pelecehan dan ketidakadilan lainnya yang dilakukan oleh majikan di luar negeri. Apalagi media-media massa di tanah air secara sadar ataupun tidak, sengaja ataupun tidak, ikut menanamkan stigma para pahawan devisa tersebut dengan hal-hal negatif. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa realitas semacam itu banyak terjadi, dan masih menjadi persoalan ketenagakerjaan yang sampai detik ini belum bisa terselesaikan dengan baik oleh pemerintah.
Tidak banyak yang mengetahui, bahwa dari tangan-tangan tangguh para buruh Migran telah lahir banyak karya sastra sebagai ungkapan ekspresi dan kesaksian mereka atas realitas yang terjadi baik di dalam dirinya ataupun di luar dirinya (masyarakat sosial). Gejolak perasaan, kekecewaan, kemarahan, harapan, mimpi-mimpi , dan ideal-ideal kehidupan menjadi bahan baku yang tak pernah habis di eksplorasi oleh para pengarang yang berasal dari buruh migran tersebut.
Perlu diketahui, bahwa setidaknya, ada lebih dari 60 judul buku yang telah lahir dari olah rasa dan kredibilitas para Buruh Migran Indonesia (BMI) terutama di Hong Kong. Iklim penulisan dan geliat komunitas sastra dan seni di Hong Kong sangan marak dan kondusif dalam melahirkan pengarang-pengarang muda dan berbakat. Mereka menulis puisi, cerpen, sastra, naskah drama, scenario, cerita pengalaman hidup, dan bahkan novel.
Hakekat dari genre sastra buruh migran bukan sekedar teks yang ditulis oleh buruh migran dan tidak selalu berputar di sekitar penderitaan menjadi buruh migran; rasa rindu terhadap kampung halaman; dan persoalan klasik perburuhan lainnya.
Sastra buruh migran kurang lebih sama dengan sastra pada umumnya. Menjadi lebih istimewa karena sastra buruh migran ditulis oleh mereka yang pada dasarnya tidak memiliki latar belakang keilmuan dan kesusastraan yang memadai, namun dengan penuh semangat berusaha berkarya lewat ragam estetika , kreatifitas dan imajinasi yang ada, sebagai sebuah kesaksian dan tafsiran atas realitas kehidupan sehari-hari yang dihadapi.
Sayangnya, perkembangan dan semangat bersastra di kalangan BMI ini masih dipandang sebelah mata dan belum mendapatkan apresiasi yang selayaknya. Barangkali karena cap Buruh Migran itulah yang membuat banyak kritikus sastra mencibir akan kualitas teks-teks yang dihasilkan. Padahal, bila hendak jujur, suara-suara dari BMI tersebut tidak ada bedanya dengan suara-suara para pengarang besar yang berbicara tentang perburuhan lewat karya-karya mereka.
Suara BMI lebih jujur, berbicara tentang realitas sosial dalam hubungannya yang tidak seimbang dengan birokrasi, kekuasaan dan capital. Tanpa terkontaminasi oleh kubu politik atau ditumpangi oleh kepentingan kelompok tertentu. Dari suara BMI tersebut, kita juga bisa membaca bagaimana menjadi Indonesia dari sudut pandang mereka yang berada di luar Indonesia.
UWRF 2011, Nandurin Karang Awak
Beberapa bulan lalu, saya membaca sebuah informasi mengenai seleksi karya-karya untuk Ubud Writers and Readers Festival lewat sebuah jejarang sosial. Dengan semangat seorang pemula, saya menghubungi penerbit buku-buku saya di Indonesia dan meminta tolong seorang editor untuk membantu saya memilihkan tulisan dan buku mana saja yang layak dikirimkan ke seleksi ini. Meski jujur saat mengirimkannya saya tidak berharap muluk ataupun menargetkan harus lolos. Toh bagi seorang penulis seperti saya, tugas saya adalah menulis. Urusan apresiasi dan “kehormatan” lainnya saya serahkan sepenuhnya kepada khalayak pembaca.
Setelah berhasil mengirimkan karya ke UWRF, saya mencoba melupakannya. Meski saya selalu memohon kepada Tuhan di dalam doa-doa saya, semoga Dia memberikan saya arah masa depan kepenulisan yang lebih baik. Dan memang Tuhan Maha Mendengar.
Setelah menunggu lebih dari satu bulan, akhirnya saya mendapat konfirmasi lewat surat elektronik bahwa saya termasuk salah satu dari 15 penulis yang diundang mengikuti even sastra tingkat Internasional yang cukup bergengsi ini. Dari catatan kuratorial saya menemukan sebuah kalimat yang membuat saya optimis, setidaknya menjadi pemicu semangat untuk konsisten dan trus balajar untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di masa depan.
“Para penulis terpilih ini beserta karya-karya mereka tidak hanya mencerminkan pencapaian kualitas kesusastraan yang tinggi, namun juga merefleksikan kekayaan daya ucap, bahasa, estetika, serta budaya dari berbagai daerah di nusantara.”
Ubud Writers & Readers Festival merupakan sebuah festival sastra tingkat internasional yang melibatkan para penulis, pembaca, penerbit nasional dan internasional; media lokal, nasional, dan internasional; organisasi seni, sastra dan budaya; budayawan, sastrawan dan seniman; pemerhati dan kritikus sastra; sekolah dan universitas dalam dan luar negeri; duta besar dari berbagai Negara juga masyarakat umum.
Festival ini dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu program dari aktivitas Yayasan Mudra Swari Saraswati yang bergerak di bidang sastra, seni dan budaya. Ubud Writers & Readers Festival telah mendapatkan predikat sebagai “One of the World’s Great Book Festival oleh Conde Nast Travel and Leisure, “Among the Top Six Literary Festival in the World’s” oleh Harper’s Bazzar, serta The Best Art Event 2006 oleh The Beat Magazine.
UWRF 2011 merupakan festival tahunan yang ke-8 dengan Tema “Nandurin Karang Awak” diinspirasi oleh salah satu kalimat dalam gaguritan Salampah Laku, puisi panjang tradisional yang ditulis oleh Kawi-Wiku (pendeta-sastrawan) Ida Pedanda Made Sidemen.
Dalam geguritan itu Ida Pedanda Made Sidemen menyatakan, ”…idep beline
mangkin, makinkin mayasa lacur, tong ngelah karang sawah, karang awake tandurin…” (kehendak kakanda sekarang, mulai melakukan tapa kesederhanaan, tidak memiliki tanah sawah, maka tubuh diri-lah yang ditanami) Mengolah diri sendiri sebagaimana mengolah sawah—menyebarkan benih kebajikan, memotong rumput-rumput keinginan, serta memanen dengan seksama agar hanya biji budi terbaik yang dihasilkan—-merupakan konsep filosofis penting dalam tataran spiritual Bali.
Dalam tataran keseharian, pernyataan Ida Pedanda Made Sidemen mencerminkan rasa optimis dari kelompok manusia yang tidak memiliki tanah—baik karena kemiskinan, pilihan maupun karena pengasingan—namun masih memiliki keyakinan pada kemampuan dan potensi diri pribadi mereka masing-masing. Ida Pedanda Made Sidemen diakui sebagai salah satu Kawi-Wiku terbesar sepanjang sejarah Bali. Beliau menulis sejumlah karya sastra, seperti Siwagama, Kakawin Candra Bhairawa, Kakawin Cayadijaya, Kakawin Kalpha Sanghara, Kidung Pisacarana, dan Kidung Rangsang. Selain menulis karya sastra serta melayani umat dengan memimpin upacara keagamaan, Ida Pedanda Made Sidemen juga dikenal sebagai ahli arsitektur tradisional yang mumpuni. Beliau meninggal pada 10 September 1984 dalam usia 126 tahun.
Semangat Nandurin Karang Awak inilah yang kemudian saya adopsi dan saya sebarkan kepada kawan-kawan BMI Hong Kong. Supaya mereka memiliki kesadaran diri untuk menemukan dan menggali potensi yang mereka miliki untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Potensi itu sendiri tak melulu dibidang tulis-menulis, bisa saja berwirausaha dan masih banyak jenis usaha lainnya yang bisa digeluti oleh kawan-kawan BMI.
Sebagai Duta Sastra Buruh Migran, saya dilibatkan dalam berbagai acara yang dihelat oleh UWRF 2011. Pada tahun ini UWRF menghadirkan lebih dari 130 penulis dari lebih dari 28 negara. Festival ini juga mempersembahkan sekitar 168 acara dalam 6 hari dengan mengambil lebih dari 57 tempat acara. Jujur, saya sendiri cukup nervous saat didaulat untuk menjadi pembicara dalam beberapa panel diskusi dan worshop yang pesertanya berasal dari berbagai belahan dunia. Dalam sebuah panel bahkan saya di satu mejakan dengan empat orang penulis dunia yang masing-masing berasal dari Eropa, Australia, Amerika dan satu lagi adalah penulis asal Indonesia yang telah tujuh tahun menetap di Canada. Sedangkan saya? Saya datang hanya dengan segudang semangat untuk belajar.
Saya bukan seorang yang memahami sastra dengan baik. Saya juga bukan seorang kritikus sastra yang bisa membagikan ilmu kepada peserta workshop tentang bagaimana menilai kualiatas sebuah karya. Saya hanya seorang penulis yang tengah balajar merangkak. Saya hanya bisa berbicara tentang bagaimana saya, dan kawan-kawan BMI Hong Kong berkarya di bawah segala tekanan dan keterbatasan.
Saya hanya bisa menyampaikan tentang kegelisahan-kegelisahan dan kawan-kawan sebagai penulis, yang berusaha menjadikan tulisan itu sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak dan kemerdekaan kami sebagai manusia, sebagai pekerja yang tak ingin diperlakukan seperti robot tanpa memberikan kami kesempatan untuk beristirahat dan berkembang.
Seperti harapan dari kawan-kawan BMI yang menghadiri dialog “Perempuan Pengarang dan Sastra Migran” yang saya adakan pada hari Minggu (18/9) di Markas Besar FLP HK yang dihadiri oleh lebih dari 30 peserta. Mereka memiliki harapan dan cita-cita yang sama. Terciptanya sebuah lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk berkarya dan bekerja. Dan untuk mencapai semua itu, perlu perjuangan yang serentak dari semua elemen yang terlibat dalam skema penempatan BMI di luar negeri. Baik itu pemerintah Indonesia, pemerintah Hong Kong, KJRI, organisasi-organisasi BMI, LSM, agensi dan BMI itu sendiri. Mari satukan misi, eratkan perjuangan menuju cita-cita bersama.
Akhirnya saya memohon doa kepada seluruh kawan-kawan seperjuangan di Hong Kong semoga proses belajar saya di sana berjalan dengan baik. Semoga kelak saya diberi kesempatan untuk membagikan semua ilmu yang telah saya didapat kepada kawan-kawan semua. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada SUARA yang konsisten menyuarakan perjuangan kami, kepada KJRI HK atas segala dukungan dan apresiasinya.
Tak lupa kepada keluarga besar saya di St.Mary’s University, Bank Mandiri, Dompet Dhuafa , IMWU, Abatasa, KFC serta FLP HK dan tentunya seluruh kawan-kawan yang berada di Hong Kong. Dengan semangat Nandurin Karang Awak, semoga semakin banyak kawan-kawan BMI yang mendeka dalam berkarya dan bekerja. Kayau! (Jaladara, penulis cerpen: Surat Berdarah Untuk Presiden)
21 September 2011
Dijumput dari: http://media.kompasiana.com/buku/2011/09/21/surat-berdarah-untuk-presiden-mengantarkan-lea-ke-ubud-writting/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar