Sabpri Piliang
http://www.suarakarya-online.com/
Keceriaan Lena begitu sempurna dalam menjalani hari-harinya. Kebanggaan pada rumah besar yang ditempatinya bersama Ayah, Ibu beserta kakak nomor dua selalu tercermin dari foto profil facebook yang berlatar belakang rumah berlantai dua itu.
Sepulang kuliah di Fakultas Hukum sebuah universitas negeri di Jakarta saat petang, Lena memiliki kebiasaan memandang dan mengelilingi rumah seluas 2.000 meter di kawasan asri Selatan Jakarta. Duduk di bangku taman sambil menggenggam Blackberry, Lena berfose sambil memoto dirinya sendiri. Akh, dalam hati Lena bergumam, sudah seminggu dia tidak mengganti foto profil facebooknya. Tiba-tiba Lena dikejutkan oleh suara melengking dari teras rumah.
“Lena, Lena, sudah dekat Maghrib dan gerimis,” Lena hapal betul kalau itu suara Ibunya, Ny. Isnaeni Ardiansyah.
Hujan yang tadinya rinai-rinai gemerincing semakin lama makin deras. Sambil berlari di sela-sela pohon perdu yang tumbuh lebat di sekitar rumah besarnya, Lena menyahut panggilan ibunya. “Ya, Mama, aku segera masuk,” ujar anak bungsu pasangan Isnaeni dan Ardiansyah, yang merupakan hakim karir di sebuah Pengadilan Negeri di Jakarta tersebut.
Selepas Maghrib, Ardiansyah Guminta, sudah duduk di meja makan besar di ruang makan. Begitu juga dengan Ny. Isnaeni, dan kakak nomor dua sudah menunggu di ruangan yang dihiasi dengan lukisan-lukisan indah diantaranya lukisan Monalisa yang sangat terkenal itu. Sudah 15 menit, ketiga anak-beranak itu menunggu Lena yang belum juga menampakkan diri turun ke lantai satu ruang makan. Kebetulan kamar Lena ada di lantai dua di sebelah kamar kakak nomor duanya, Hardi Guminta.
“Non Lena. Non Lena. Non Lena, ditunggu Bapak dan Ibu di meja makan,” demikian suara bibi Haryati sambil mengetuk kamar Lena. Lena tidak menyahut, namun sejurus kemudian pintu kamarnya terbuka. Lena mencubit pinggul bibi Haryati sambil turun menyusuri anak tangga dan bergabung bersama ayah, ibu, dan kakaknya. “Kok lama sekali, Lena turunnya. Ayah dan Ibu sudah menunggu 10 menit,” kata Isnaeni menegur anak bungsunya tersebut sambil memandang ke wajah Ardiansyah.
Sebagai anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara, Lena memang dikenal dekat dan sangat mengagumi sang ayah. Bahkan saking kagumnya, Lena bercita-cita ingin mengikuti jejak ayahnya sebagai hakim, setelah tamat dari Fakultas Hukum nanti.
Ardiansyah tahu betul kemampuan Lena, dan yakin kalau Lena kelak akan meneruskan jejaknya sebagai hakim yang telah mengabdi selama 25 tahun. Lena yakin, kalau ayahnya adalah hakim yang idealis dalam memutus perkara, dan adil terhadap rakyat jelata tanpa mau dipengaruhi oleh siapa pun. “Ayah, apa ayah pernah memutus suatu perkara karena dipengaruhi oleh orang lain,” kata Lena suatu pagi menjelang ayahnya berangkat ke kantor pengadilan.
Ardiansyah terperangah mendapat pertanyaan tersebut. Dia hanya menjawab singkat pertanyaan putrinya itu,” suatu hari nanti Lena akan tahun lika-liku pekerjaan seorang hakim dan apa saja yang akan dialami. Lena ingin jadi hakim ‘kan?” kata Ardiansyah tanpa memberi jawaban yang memuaskan Lena.
Lena tak mau berhenti dengan pertanyaan tersebut. “Tapi Ayah, apa seorang hakim itu bisa disuap untuk memberatkan atau meringankan hukum seorang tersangka,” lagi-lagi Lena memberi pertanyaan berat kepada Ardiansyah.
“Begini, Nak, Ayah hanya berpesan, kalau nanti Lena sudah menjadi hakim, jadilah hakim yang baik yang selalu memberi rasa adil kepada masyarakat,” kata Ardiansyah berdiplomasi.
Ardiansyah memang miris menjelaskan kepada Lena menyangkut kehidupan hakim. Apalagi, sebagai seorang hakim, yang juga pegawai negeri, sangat sulit bagi Ardiansyah untuk menjelaskan bagaimana mungkin dia memiliki rumah besar dengan profesinya saat ini. Dengan gaji yang dia terima sekarang, sulit bagi Ardiansyah memiliki rumah mewah seluas 800 meter persegi dan tanah 2.000 meter yang terletak di kawasan kota satelit pula.
Ardiansyah semakin was-was melihat sikap kritis Lena dalam bertanya. Apalagi saat ini ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumahnya, Ardiansyah semakin tidak nyaman dengan kepintaran anaknya, walaupun dia merasa bangga kalau sang putri memiliki potensi yang sangat menjanjikan. “Lena. Apa mata kuliahmu hari ini, Nak? Lena harus maksimal dalam belajar, karena ayah melihat potensimu sangat bagus,” ungkap Ardiansyah berupaya melawan rasa was-wasnya.
Lena selalu menjawab pertanyaan ayahnya dengan lugas. Indeks Prestasinya pun selalu diatas rata-rata mahasiawa lain. Lena pun beberapa kali mewakili kampusnya untuk mengadakan sejumlah kegiatan kompetisi antar kampus. Kampus pun merasa senang karena Lena berhasil membawa nama baik kampus di forum-forum tersebut karena Lena acapkali menjadi nomor satu.
“Lena, minggu depan kamu ditunjuk oleh kampus untuk mewakili universitas kita dalam pertemuan mahasiswa fakultas hukum se-Indonesia. Tempatnya akan diadakan di Yogyakarta. Tolong siapkan materi-materi pidatomu,” kata Pembantu Rektor Harry Bustaman.
Itulah Lena. Kemampuannya dalam akademis, kemampuan berorganisasi, pergaulan yang baik, serta memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, menjadi modal yang sangat kuat bagi putri seorang hakim ini untuk merenda prestasi di kampus maupun di luar kampus. “Siap, Pak. Saya akan lakukan yang terbaik untuk universitas kita,” kata Lena menyambut instruksi Harry Bustaman.
Hari itu Lena pulang agak malam. Maklum, keinginannya untuk menyelasaikan kuliah paling lama empat tahun telah membuatnya memiliki tekad untuk belajar all out. Bagi Lena target empat tahun itu adalah target yang paling buruk, sebab kalau memungkinkan dia ingin menyelesaikan kuliahnya dalam tempo tiga tahun saja. Padahal di sisi lain, Lena juga sering ditugaskan sekolahnya untuk mengharumkan nama universitas di berbagai kegiatan. “Aku senang dengan kehidupan yang penuh warna ini. Aku tidak takut kuliahku terganggu karena kegiatan kampus,” kata Lena ketika suatu kali kakaknya bertanya tentang kesibukannya di kampus.
Malam itu, sudah pukul 21.00, Lena sangat letih dan saat bibi Haryati menawarinya makan malam, Lena tidak menghiraukan. Lena masuk ke kamar, dan langsung terjerembab di tempat tidur tanpa berganti pakaian. Dia tidak tahu lagi apa ayah-ibunya sudah tidur atau belum.
Pagi itu Lena terbangun lebih cepat, yaitu pukul 05.00. Kamarnya yang memiliki fasilitas lengkap, kamar mandi, tv, memudahkannya untuk melakukan kegiatan apa saja di dalam ruangan privacy-nya. Tangan mungil Lena menyentuh tombol televisi untuk melihat sejumlah informasi. Betapa terkejutnya Lena saat mendengar sebuah liputan yang menyebut seorang hakim ditangkap tangan karena menerima suap. Lebih terkejut lagi ketika penyiar cantik stasiun televisi menyebut nama Ardiansyah Guminta.
Lena seperti kehilangan keseimbangan dan nyaris menabrak lemari di kamarnya, saking terkejutnya. Darahnya serasa terbang dan wajah memucat. Apalagi di dalam gambar televisi tersebut terlihat sosok tubuh yang sangat dia hapal sebagai sosok yang sangat dia kagumi selama ini. “Ayah, kenapa Ayah berbuat hal yang tak pernah saya duga,” kata Lena berbicara sendiri di dalam kamar.
Tak sanggup berdiri, Lena merebahkan badannya di atas sofa. Lena menangis sejadi-jadinya. Lena malu, Lena merasa tidak lagi punya harga diri terhadap tetangga, teman kuliah, maupun dosen-dosen Fakultas Hukum. Apalagi Lena sangat aktif dengan kegiatan kampus dan segenap civitas akademika di sana hapal sekali dengan nama Ardiansyah Guminta.
“Ibu, Ayah ditahan. Ibu, Ayah ditahan. Ibu, Ayah ditahan,” senguk Lena sambil berjalan menuju kamar Ibunya yang sedang duduk bertopang dagu.
Rupanya Ny. Isnaeni sudah tahu sejak semalam. Saat sang suami tertangkap tangan menerima suap dari seorang yang berperkara, Ardiansyah diberi kesempatan oleh aparat untuk menelpon istrinya bahwa dia tidak pulang malam itu karena harus mendekam di sel tahanan. “Lena, sabar, Nak. Ibu sudah tahu sejak semalam, tapi Ibu tidak ingin memberitahumu dan juga kakakmu. Sudahlah, mudah-mudahan apa yang terjadi pada Ayahmu hanyalah kesalahpahaman saja,” kata Ny.Isnaeni menenangkan Lena.
Setelah mandi Lena duduk di ruang tamu, sambil menunggu ibunya untuk menengok Ayahnya di tahanan penyidik. Tiga koran pagi yang biasa menjadi langganan keluarga ini sudah terpapar di beranda depan. Lena terbelalak, memandang foto besar ayahnya terpampang di headline koran tersebut. Banner-nya pun bertuliskan. “Hakim Ardiansyah Guminta Ditangkap Terima Suap”. Koran kedua pun menuliskan judul besar. “Seorang Hakim Terkenal Ditangkap”. lalu koran ketiga sangat menyakitkan “Hakim Korup Digelandang Aparat”. Lemas sudah badan Lena. “Lebih baik aku mati saja, apa yang akan aku katakan nanti di kampus. semua mata akan memandangku, meremehkanku, menudingku anak koruptor,” ungkap Lena dalam hati. “Lena, Lena, mari kita berangkat,” panggil Ny.Isnaeni. Namun Lena tidak ada di sofa.
Betapa terkejutnya Ny.Isnaeni ketika mendapati Lena yang bersimbah darah di dapur dengan pisau tertancap tepat didadanya. Lena rupanya telah mengakhiri hidupnya dengan harakiri, memilih jalan mati dari pada malu. “Lena, mengapa berbuat seperti ini. Kenapa, Nak,” kata Ny. Isnaeni bersimbah air mata. Seluruh penghuni rumah, pembantu, sopir keluarga, datang mengerubungi tubuh Lena yang semakin melemah.
Rustam, sang sopir yang sudah 20 tahun bekerja dengan keluarga Ardiansyah, membopong tubuh Lena ke atas mobil. Diikuti Ny.Isnaeni mereka melarikan kendaraan menuju rumah sakit. “Lena, bangun, Nak. Lena, bangun, Nak,” terdengar tangisan Ny.Isnaeni.
Tubuh Lena semakin mendingin, wajah memucat. Tusukan harakiri yang tertancap didada sebelah kiri memang sangat dalam. Sesampai di rumah sakit, tubuh Lena pun dilarikan ke kemar UGD. “Maaf, Bu, putri ibu sudah meninggal dunia sebelum sampai di rumah sakit ini. Tusukan mengenai organ vital, jantung sehingga kami tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Dokter Ilham dengan ramah.
Itulah Lena. Seorang anak cerdas, tapi harus berakhir dengan kematian karena rasa malu. Harakiri Lena.
***12 November 2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 10 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar