Rabu, 06 Juni 2012

Sastra yang Menumpang pada Bibir & Tubuh

Abdul Aziz Rasjid
_Minggu Pagi, No 09 TH 65, I Juni 2012

Sejak awal, Wage Tegoeh Wijono menarik perhatian saya dengan kepiawaiannya melakukan pembacaan teks sastra di atas panggung. Ia pandai memadukan beragam elemen artistik: mulai dari pertautan emosi dan pesan teks, memadukan warna-warna vokal sampai kemungkinan gerak di antara sorot cahaya lampu dan properties panggung.
Wage, begitulah ia akrab disapa, sehari-hari berkeliling mengayuh sepeda untuk menawarkan jasa sol sepatu di daerah Purwokerto. Ayah dari lima anak ini secara fisik berambut gondrong, berkulit coklat, juga memelihara kumis. Parasnya sepintas mirip penyair Leon Agusta, yang pernah menjelaskan istilah puisi auditorium pada Temu Sastra 82 di Dewan Kesenian Jakarta sebagai puisi yang ditulis dengan kesadaran komunikasi dan bukan semata-mata kebutuhan berekspresi. Dilatar belakangi kesadaran komunikasi itulah, Wage mengembangkan kesenangan membaca teks sastra tak hanya dalam hati, tapi memilih melafalkannya untuk dinikmati bersama khalayak ramai.

Momen perkenalan saya dengan Wage, mula-mula berlatar di halaman kantor Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas. Di antara cahaya lampu sorot dan penataan panggung yang didesain untuk mengenang kematian penyair Rendra, ia membacakan puisi “Rick dari Corona” dengan memainkan dua vokal ?pria dan perempuan? yang berdialog dengan irama ceplas-ceplos untuk mendeskripsikan kegelisahan warga akar rumput di New York, Amerika.

Sedang pertemuan terakhir saya, terjadi beberapa bulan silam dalam acara pembacaan esai-esai jurnalis Uruguay bernama Eduardo Galeano yang diadakan salah satu BEM Fakultas Sastra. Malam itu, Wage tampil membacakan esai berjudul “Lima Perempuan Perkasa” yang diterjemahkan Halim HD dari buku Century of the Wind. Saya masih teringat, mengawali pembacaannya ia muncul di tengah penonton, berkata lantang bahwa musuh utama yang dipelihara oleh banyak manusia adalah ketakutan. Dengan gesture yang kerap mengepalkan tangan, ia mengisahkan lima perempuan yang melakukan aksi mogok makan di malam Natal sebagai bentuk protes terhadap merajalelanya kelaparan di Bolivia. Aksi ini lantas menginsiprasi ribuan rakyat Bolivia untuk melakukan aksi serupa yang berkembang sebagai aksi mogok kerja dan memuncak dalam bentuk protes turun ke jalan.

Di akhir pembacaan, Wage dengan tegas mengucapkan ending yang menjelaskan bahwa lima perempuan itu berhasil menjatuhkan rejim diktator Bolivia. Ia pun merepetisi ending itu dengan mengajak penonton untuk ikut mengucapkan secara bersamaan. Jika repetisi diasumsikan untuk mempertegas adanya sesuatu yang penting, mungkin Wage bermaksud untuk menyebarkan sugesti pada penonton bahwa gerakan massa yang marah, kecewa dan lapar tak akan dapat dibendung oleh rezim sekuat apapun.

Metode pembacaan yang dilakukan oleh Wage, saya kira menghadirkan apa yang disebut Konstantin Stanilavsky dengan the Feeling of true Measure dimana teks didramatisasikan dengan kadar atau takaran yang benar. Pada teks “Lima Perempuan Perkasa” semisal, teks yang memuat kisah pergerakan perlawanan massal ia siasati dengan cara pembacaan secara massal pula, yaitu pelibatan suara serta emosi penonton sehingga suasana aksi massa dalam teks menjadi terwakilkan.

Teks Sastra & Mata

Di Indonesia, pembacaan teks sastra yang direpresentasi sebagai pertunjukan memang telah berkembang sedemikan rupa dan telah melahirkan bintang-bintang panggung sastra dengan ciri khas masing-masing. Penyair Leon Agusta dalam esai bertajuk “Konsepsi Kepenyairan” (terkumpul dalam Dua puluh Sastrawan Bicara. Sinar Harapan: 1984) pernah mendaftar nama-nama penyair yang berhasil meninggalkan kesan tertentu ketika berada di atas panggung: Menyaksikan Rendra sungguh menakjubkan, penampilan Taufiq Ismail memikat dan mengasyikkan, Darmanto Yatman santai dan pintar menggelitik, dan Sutardji Calzoum Bachri tampak bringas, penuh “terror” dan tenggelam dalam ekstase.

Tetapi batas dinding panggung yang memisahkan pembaca dan pendengar teks sastra pun didobrak. Adalah Wiji Thukul yang mendekatkan diri pada publik dari rumah ke rumah, warung ke restoran, kampus ke kampus dan berkeliling ke Solo, Bandung, Yogya, Jakarta, Surabaya sampai ke Korea dan Australia untuk ngamen puisi dengan memposisikan diri berada sejajar dengan para pendengar (Aku Ingin Jadi Peluru. Indonesiatera: 2004. h.219-220). Bahkan, teks sastra pun dalam perkembanganya berhubungan mesra dengan kesenian pop, semisal Bimbo dan Chrisye yang melantunkan puisi Taufiq Ismail.

Menurut pandangan Afrizal Malna dalam prolog Sesuatu Indonesia, Personifikasi Pembaca yang Tak Bersih (Bentang Budaya:2000), pembacaan teks sastra semacam itu telah melampui pagar teks itu sendiri sebagai teks yang “menyaksikan” kepada teks yang “disaksikan”. Otoritas kebebasan pembaca di depan teks tercetak berkurang banyak ketika ia harus menyaksikan teks sebagai tontonan. Posisi pembaca teks berkedudukan lebih penting daripada teks dan teks semakin riuh oleh banyaknya unsur pertunjukan yang mengelilinginya.

Keriuhan yang mengelilingi teks memang tak dapat dihindari. Sejak awal, teks sendiri tak hadir secara netral pada pembaca melainkan tampil dalam tradisi kanonisasi atau korpus teks yang dibentuk menurut ideologi tertentu, yang bergerak dengan cara-cara tertentu di seputar lingkungan lembaga pendidikan. Kadangkala pula ketertarikan pada teks juga dipengaruhi riwayat capaian penulis yang ditanggapi sebagai parameter kualitas teks. Walaupun teks tak hadir secara netral, tapi mata pembaca bertemu langsung dengan setiap kata dalam teks yang dihubungkan dengan kata lain yang telah atau pun belum tersedia dalam kamus suatu bahasa.

Pertemuan mata pembaca dengan setiap kata dalam teks inilah yang tak terjadi pada pembacaan teks sastra yang direpresentasi sebagai pertunjukkan. Peran mata dialihkan untuk menghayati gerak tubuh pembaca dan bekerja serempak dengan telinga yang mendengar pelafalan atau lantunan teks sastra. Uniknya, pergeseran juga terletak pada wilayah tafsir; jika teks sejatinya berpotensi didapat lewat penghayatan dari membaca berulang-ulang, maka pada pembacaan sastra, tafsir teks justru berada pada gesture dan cara pelafalan si pembaca teks.

Maka disinilah Feeling of true Measure berkedudukan penting. Dan Wage Tegoeh Wijono adalah contoh dari lingkungan saya tinggal, yang saya kira kerap berhasil mengeksplorasi teks sastra yang menumpang pada bibir dan tubuhnya untuk diolah dengan kadar atau takaran yang benar untuk memikat mata dan telinga penontonnya. Bukan hal aneh jika laki-laki yang sehari-hari bekerja sebagai tukang sol sepatu ini berhasil melakukannya, karena selain intim dengan membaca karya sastra dalam aktivitas sehari-hari, pekerjaannya yang berhubungan dengan masyarakat umum menjadi modal berharga sebagai pembentuk kesadaran keberlisanannya.

Dijumput dari: http://www.facebook.com/notes/abdul-aziz-rasjid/sastra-yang-menumpang-pada-bibir-tubuh/10151027679672489?ref=notif&notif_t=note_tag

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi