Senin, 13 Agustus 2012

Sastrawan NTT, Siapakah Engkau?

(Membahas Buku Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT)
Theo Uheng Koban Uer *
Flores Pos (Ende) 7 Juli 2012

Seorang seniman, dalam hal ini, seorang sastrawan, berkreasi untuk memperlihatkan hidup dalam artinya yang semesta dan kekal. Mereka membukakan nilai-nilai dalam keragamannya yang tidak terhitung. Mereka menimbulkan ngeri dengan yang mengerikan dan membikin orang bersorak dengan yang menggirangkan. Mereka membanjiri perasaan-perasaan yang mendesak dari kenyataan-kenyataan, mengayakan pandangan hidup orang, mempengaruhi dalam keyakinan dan sikap susila seseorang.


Nilai-nilai kehidupan yang disajikannya bertujuan untuk dinikmati, bermanfaat untuk perkembangan hidup, mengkritik kekuasaan dan penguasa yang otoriter, mendorong keseimbangan batin dan kemandirian, menata etika dan etis pergaulan, menegakkan persatuan dan keadilan serta persaudaraan, dan sebagainya dalam koridor Ketuhanan yang Maha Esa sebagai kebenaran yang mutlak.

Seorang pengarang adalah anggota masyarakat yang berpijak pada buminya yang nyata, namun melalui kreativitas dan imajinasinya, dia menciptakan suatu kenyataan baru sebagai hasil imajinasinya. Dan dari aspek sosiologis, seorang sastrawan sebagai anggota masyarakat perlu membangun suatu dunia sosial yang bermanfaat bagi anggota kolektivitasnya.

Sebagai anggota komunitas dia harus berupaya untuk secara tetap mendialogkan kehidupan dengan anggota komunitasnya. Dengan demikian, seorang sastrawan, sebagai subjek kreator harus berada pada kondisi transendental sehingga muatan intelektualitas dan emosionalitasnya mempresentasikan kondisi lingkungan kolektivitasnya.

Melacak Sastrawan NTT

Upaya melacak sastra dan sastrawan NTT (Nusa Tenggara Timur) yang dilakukan Yohanes Sehandi dalam buku Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT (yang diterbitkan Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2012, 130 halaman) ini memang belum berbuah banyak, apalagi ada banyak hambatan yang tidak disebutkan dalam buku ini. Namun demikian, si pelacak sastra dan sastrawan NTT ini sudah mempunyai disposisi batin untuk menerima segala kemungkinan yang bakal terjadi. Hanya ada satu tekad penulis buku ini: “Kalau bukan sekarang, kapan lagi!”

Apabila kita menelusuri sejarah kesusastraan, baik kesusastraan di dunia Barat maupun kesusastraan nasional Indonesia, telah terbukti bahwa suatu masyarakat itu akan berkembang maju apabila masyarakat tersebut mempunyai minat, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa dan kesusastraannya.

Kekhasan sastra Indonesia modern berkembang bersamaan dengan perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Nasionalisme bertumbuh dan berkembang sejalan dengan berkembangnya sastra Indonesia mulai dengan Angkatan Pujangga Baru dan ditingkatkan melalui Angkatan 45 dengan tokoh kunci Chairil Anwar yang memperkenalkan bahasa Indonesia ke dunia Barat, kemudian dilanjutkan oleh angkatan-angkatan sesudahnya.

Menurut hemat saya, mungkin penulis buku ini, Yohanes Sehandi, dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Universitas Flores, memiliki intuisi seperti itu. Kondisi wilayah NTT mungkin akan berubah dan berkembang dari “Nasib Tidak Tentu” (NTT) akan munuju ke kondisi yang lebih pasti atau lebih baik, apabila para peminat bahasa dan sastra lebih meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang disajikan dalam setiap karya sastra oleh para pengarangnya atau sastrawannya sendiri, dalam hal ini sastrawan NTT.

Jika demikan, maka akan muncul beberapa masalah, antara lain, bagaimanakah masyarakat NTT memanfaatkan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra NTT tersebut. Apakah para pembaca dan peminat karya sastra NTT sungguh merespon nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra NTT tersebut. Wadah manakah yang bisa digunakan untuk memanfaatkan hasil karya sastra NTT tersebut. Dan mungkin masih banyak lagi masalah yang perlu didiskusikan bersama melalui buku Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT karya Yohanes Sehandi ini.

Inilah Sastrawan-Sastrawan NTT

Penulis buku ini menyodorkan 22 nama sastrawan NTT dengan hasil karya sastranya. Diurutkan berdasarkan umur atau usia setiap sastrawan. Sesungguhnya ada 64 yang telah didata pada ahkir Januari 2012. Masih ada 42 orang lagi yang belum bisa diperkenalkan secara lengkap, tetapi nama-nama mereka sudah tercantum dalam buku ini (halaman 71).

H. B. Jassin seorang visioner kesusasteraan Indonesia, mungkin sebelum menulis berbagai buku kritik sastra dan esai sastra Indonesia, bekerja seperti penulis buku ini lakukan. Dalam bukunya Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (Jilid 1), mengawali tulisannya dengan topik “Bahasa Indonesia dalam Perkembangannya” mengamanatkan bahwa bahasa Indonesia bertambah kaya, baik di bidang kebahasaan maupun kesusasteraan dengan masuknya bahasa dan sastra daerah. Dan sekarang sedang digalakkan upaya meliterasikan sastra lisan ke dalam bahasa Indonesia di seluruh wilayah Nusantara.

Memang, selama berkarya H.B. Jassin banyak dikritik, bahkan diejek atau dicemoohkan. Tetapi tokoh yang satu ini tahan bantingan. Malah sebaliknya, beliau mendapat julukan terhormat, Paus Sastra Indonesia. Banyak pihak mendukung perilakunya termasuk karya-karya tulisnya. Buku-bukunya Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (bahkan sampai 4 Jilid), Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45, Angkatan 66, dan masih banyak lagi yang lain, sungguh diminati oleh para pembaca dan peminat sastra Indonesia, baik dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya di Belanda.

Sekali lagi saya mengatakan bahwa mungkin Yohanes Sehandi, penulis buku ini, terinspirasi oleh perilaku H.B. Jassin atau secara intuitif terdorong oleh semangat H.B. Jassin tersebut, lalu dengan berani dan gamblang menyodorkan “Inilah Sastrawan-Sastrawan NTT.” Meskipun pribadi-pribadi tersebut tidak atau belum bersedia menyandang predikat sastrawan. Tujuann utamanya adalah agar para sastrawan NTT dan karya-karyanya dikenal dan dicintai oleh masyarakat NTT sendiri. Masalah yang muncul adalah apakah gagasan ini dapat menggugah para pembaca dan peminat sastra kita di NTT?

Gerson Poyk dan Dami N. Toda

Penulis buku ini ingin menunjukkan kepada para pembaca dan peminat sastra bahwa sastrawan NTT itu bisa disejajarkan dengan sastrawan serta budayawan Nasional Indonesia. Untuk itu ada dua tokoh besar dalam sastra yang diperkenalkan dalam buku ini, yakni Gerson Poyk sebagai perintis sastra NTT dan Dami N. Toda sebagai kritikus sastra.

Dengan mencermati biografi (riwayat hidup) dan data karya-karya sastranya, sudah sepantasnya kalau Gerson Poyk menyandang predikat “Perintis Sastra NTT.” Karena dialah seorang sastrawan yang secara intelektual dan emosional mempresentasikan kondisi lingkungan NTT kepada dunia luar bahwa inilah kondisi lingkungan anggota kolektivitasnya, mewakili kolektivitas NTT.

Beliau memperkenalkan NTT melalui novel-novel dan cerpen-cerpennya, seperti Cumbuan Sabana (1979), Puber Kedua di Sebuah Teluk (1985), Tarian Ombak (2009), Enu Molas di Lembah Lingko (2009), Keliling Indonesia dari Era Bung Karno sampai SBY (2011), dan sebagainya. Menurut penulis buku ini, beberapa karya Gerson Poyk sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Rusia, Belanda, Jepang, dan Turki. Ini berarti karya beliau bisa dijadikan promosi pariwisata NTT. Menjadi pertanyaan berikutnya adalah dapatkah generasi penerus berikutnya bisa berbuat lebih dari Gerson Poyk?

Berikut tentang Dami N. Toda sebagai kritikus sastra. Dari berbagai opini, beliau layak disebut sebagai kritikus sastra. Hanya sayangnya predikat ini belum tercantum dalam jajaran kritikus sastra nasional, seperti H. B. Jassin, W.S. Rendra, Ajip Rosidi, dan sebagainya. Sesungguhnya sebagai budayawan yang diakui dunia internasional, Dami N. Toda adalah seorang kritikus yang mendasarkan pandangannya pada psikoanalisis Jung karena mengulas novel-novel Iwan Simatupang, seperti Merahnya Merah (1968), Ziarah (1969), Kering (1972), dan Koong (1975).

Novel-novel Iwan Simatupang ini agak sulit dicerna oleh pembaca yang tidak memahami psikoanalisis. Demikian pula beliau dapat menganalisis puisi-puisi nyentrik dari Sutardji Calzoum Bachri yang aneh-aneh bentuknya, namun bernas isinya, sebab mendialogkan kehidupan yang nyata hidup dan universal. Dengan membaca hasil telaahannya dapatlah dikatakan bahwa beliau seorang kritikus sastra. Pertanyaan berikutnya lagi adalah apakah akan muncul Dami N. Toda yang baru lagi di daerah ini?

Catatan Refleksi

Yohanes Sehandi, penulis buku ini, sudah membuka cakrawala bagi para pembaca dan peminat sastra dalam wilayah Provinsi NTT. Inilah suatu tantangan yang perlu dihadapi, baik oleh para sastrawan maupun oleh para pembaca, peminat sastra, dan masyarakat luas di NTT sebagai penikmat sastra. Untuk itu baiklah kita menyimak pesan atau himbauan sekaligus catatan refleksi kritikus sastra Indonesia, H.B. Jassin dalam bukunya Tifa Penyair dan Daerahnya (1977 : 4-5).

Pertama, menjadi sastrawan itu tidak mudah, sebab sebagai pemikir, penyair, dan pengarang itu, bertindak “memaksa” orang meninjau lebih mendalam hakikat segala. Mereka memiliki bakat dan karakter yang memungkinkan mereka melihat dengan kepolosan seorang anak kecil yang masih hidup dalam dunia yang serba ajaib. Di belakang alam yang nampak dan penjelmaan-penjelmaannya, di belakang hidup dan kejadian sehari-sehari, mereka melihat kerajaan Tuhan, yakni Kerjaaan Kasih yang terbentang teratur.

Inilah sebabnya maka hasil seni yang baik, tahan hidup di segala zaman, karena kecakapan seniman merasakan, memilih, dan membentuk inti atau saripati yang berlaku bagi segala zaman. Kekuasaan penyair ialah bahwa ia bisa menangkap dalam perkataan dan memberi bentuk apa yang cuma dirasakan samar-samar dan tidak jelas bentuk serta rupanya bagi orang biasa.

Kedua, sebaliknya peminat sastra yang juga adalah seniman walaupun seniman pasif, sudah sepantasnyalah dengan usaha yang sungguh untuk mengerti apa yang disajikan oleh seniman atau sastrawan. Mereka harus memiliki kesediaan untuk melatih diri. Untuk menikmati karya sastra perlu ada kasih sayang dan cinta serta studi yang mendalam terhadap hasil karya. Sebab untuk mengerti sastra, orang harus mengerti bahasa dan kemungkinan-kemungkinan pengungkapannya.

*) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
FKIP, Universitas Flores

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi