Judul buku: Identitas Politik Umat Islam
Pengarang: Kuntowijoyo
Penerbit: Mizan, Bandung, 1997
Tebal: xxvii+253 halaman
Peresensi: Sutejo
Merdeka, 2 Nop 1997
DALAM buku Dakwah & Politik Dai Berjuta Umat (1997),
Zainudin MZ mensinyalir tentang demokrasi kita yang bagai ‘’bunga dalam
jambangan’’. Karena itu, keberadaanya dipertahankan, dirawat, dan
disiram. Tapi dijaga jangan sampai tumbuh terlalu besar. Akarnya tak
boleh menghujat dalam (hal. 2003).
Bidikan kritis Zainudin demikian, tampaknya, banyak dirasakan oleh
banyak pengamat dan praktisi politik. Tak terkecuali Kuntowijoyo.
Kehadiran buku Identitas Identitas Poitik Umat Islam dari
tangan arifnya adalah suplemen khusus buat pendamba dan praktisi
demokrasi. Karena itu, dalam salah satu bagiannya yang menarik
-Kaidah-kaidah Demokrasi- (hal.9-104). Kuntowijoyo mengungkapkan adanya
parameter sebuah demokrasi: saling mengenal (ta’arruf), musyawarah (syura), kerja sama (ta’awun), menguntungkan umat (maslahah), adil (‘adil), dan adanya perubahan (taghsyir).
Ta’aruf dalam persepsi Kuntowijoyo mengamanatkan pentingnya
komunikasi dialogis. Tidak adanya dominasi satu kelompok atas kelompok
yang lain. Semua hal dilaksanakan atas kepentingan pihak terkait, tidak
monologis oleh kelompok mayoritas yang dominan. Bahkan, lebih dari itu, ta’aruf bisa menjadi cermin dari asumsi negara hukum.
Jika meneropong fenomena politik mutakhir, hal demikian boleh jadi
semacam antonimnya. Tak heran jika tiga tahun yang lalu Adam Schwarz
memandang picik tentang ketidakpastian hukum di tanah air. Sampai-sampai
dia bilang, tujuan hukum adalah untuk kepentingan pemerintah. Mengapa?
Karena kuatnya dominasi kelompok mayoritas yang punya otoritas di satu
sisi, sedangkan di sisi lain menuntut pihak lain wajib punya loyalitas.
Kondisi demikian, menurut Kuntowijoyo, ta’aruf tidak mungkin terjadi.
Tradisi musyawarah (syura) di Indonesia masih terlalu muda.
Sedang demokrasi sendiri yang dikenal di tanah air kita adalah produk
dunia modern (hal. 97). Demokrasi pada dunia (negara) modern -menurut
Max Weber- menuntut adanya sesuau yang legal-rasional.
Persoalannya, selama ini musyawarah mufakat kita ternyata sebuah
realita yang semu, sehingga tak mengherankan kalau Dr. Anwar Harjono
dalam buku Perjalanan Politik Bangsa (1997) mensinyalir bahwa
keberhasilan musyawarah-mufakat yang terjadi selama ini karena wibawa
dan pengaruh Presiden Soeharto, bukan pada proses musyawarah-mufakat itu
sendiri! Dilemanya, tentu akan menimbulkan persoalan pascasuksesi
nantinya.
Sedangkan kerja sama (ta’awun) dalam pandangan Kuntowijoyo
harus bermuara pada dua kepentingan: kepentingan manusia dan kepentingan
Tuhan. Demokrasi politik arifnya tiadanya hambatan dari kekuasaan.
Karena itu, demokrasi yang kita kehendaki adalah demokrasi yang berarti
‘’merdeka untuk’’ bukan dalam persepsi negatif yang berarti ‘’merdeka
dari’’.
Dalam wacana lebih luas, ta’awun ini menghendaki adanya demokrasi sosial dan ekonomi: tidak adanya dualisme ekonomi, monopoli, oligopoli, nepotisme, dan ersattz capitalism!
Ketidakmaslahan dalam demokrasi sering terjadi karena dalam praktek demokrasi tidak terjadi apa yang disebut dengan politik amar ma’ruf nahi munkar.
Prakteknya, masih dijumpai masyarakat yang kuat ‘’membeli’’ demokrasi
(hal.101), dan ironinya masyarakat pun bersedia ‘menjual’ suaranya.
Dengan demikian, maslahah hanya menjadi milik para elit penguasa.
Jika perilaku politik Orde Baru yang dinilai oleh berbagai pihak ban cinde ban siladan (politik pandang bulu), tentu hal ini bisa jadi sebuah penafikan dari entitas demokrasi yang ‘adil. Pun, kalau nuansa demokrasi mengamanatkan pentingnya perubahan (taghyir), maka kemantaban status quo yang ‘’dipaksa-paksakan’’ menjadi cermin mutakhir yang sangat memprihatinkan.
Kalau pesta demokrasi 1997 lalu -di beberapa tempat- diwarnai
keonaran dan kerusuhan -puncaknyanya rusaknya surat suara karena
pembakaran massa di Sampang- (lihat Kompas, 31/5). Barangkali
satu aspeknya disebabkan oleh tidak terpenuhinya parameter yang
diusulkan Kuntowijoyo. Mengapa? Karena kecurangan masih saja terjadi.
Manipulasi tak henti. Tak pelak, hal ini memicu Kiai Alawy untuk
menyatakan pernyataan yang keras. Kenyataan ini memalukan, apalagi
dilakukan oleh orang “pintar”.
Akibatnya, Pancasila sebagai objektivasi Islam, sebagai asas tunggal
-dalam kehidupan demokrasi politik-, baru merambah pada matra
strukturasi dan mekanisme, bukan pada matra substansinya!
Pembahasan yang dilakukan Kuntowijoyo dalam buku ini “mengingkarkan”
pembahasan politik klasik —yang menekankan pada syariah dan akhlak–.
Karena itu, pemikiran politik klasik seperti Al-Farabi, Al-Mawardi, dan
Ibn Taimiyah disingkirkan, karena mengandung asumsi negara kerajaan.
Sebaliknya, penjelajahan macam yang dilakukan Abul A’la Al Maudadi dan
Musthafa Husni As-Sibai’i menarik diketengahkan karena mengandung
asumsi tentang negara Republik dengan pemahaman tentang system (hal.
xxv).
Kuntowijoyo meninggalkan pendekatan akhlak (moral yang bergerak ke
pendekatan sistem yang impersonal! Meski katanya, pendekatan ini akan
bisa menjadi sangat popular karena adanya tuntutan clean government.
Umat Islam karenanya, sudah waktunya mempunyai dokumen politik yang
tidak ‘’sekadar’’ syariah dan akhlak, tetapi berbicara tentang kenyataan
yang konkret. Pentingnya semacam jembatan antara akhlak dan sistem,
moralitas pribadi dan realitas politik perlu dibangun!
Sayang, selama ini semboyan politik yang berpayung amal saleh, ‘’politik akhlaqul karimah’’ atau ‘’politik amar ma’ruf nahi munkar’’ hanya menjadi utopianisme, karena adanya semacam pelembagaan. Karena itu, kata Kuntowijoyo, tanpa pelembagaan politic of meaning itu akan menjadi meaning, dan tak pernah menjadi politics (hal.74).
Di sinilah, menurutnya, pentingnya keberadaan Organisasi Peserta
Pemilih (OPP). Ini pun hubungan umat dengan partai harus instrumental
dan sementara. AArtinya, kalau suatu partai tidak lagi aspiratif
terhadap umat dapat saja meninggalkannya setelah melakukan evaluasi.
Kalau format politik Islam secara historis pernah demikian kuat dan
pengaruh dan ‘’perilakunya’’ yang karenanya –hanya menjadi instrument
dalam kondisi krisis macam tahun 1965- maka sejarah itu tentu tidak
boleh berulang.
Bagaimana agar umat Islam bisa berperan dengan baik? Kuntowijoyo
melontarkan alternatif berpolitik Islam sebagaimana tersirat pada ujung
bagian objektivasi (hal. 76). Didirikannya semacam ‘’Partai Islam Plus’’, ‘’Partai Tanpa Nama’’, atau pun didirikannya ‘’Partai campuran’’.
Selain hal-hal di atas, Kuntowijoyo juga membahas tentang Pancasila yang sering menjadi mitos dan menafikan objektivasi, politik
industrialisasi sampai pentingnya strategi dan metode berpolitik umat
Islam. Semua itu dibahasnya dengan investigasi dan pola penalaran yang
argumentatif dan dalam.
Sebagai buku amatan, karya Kuntowijoyo ini sebuah karya yang rasional, plus empatif. Rasional, karena penalaran Kuntowijoyo sebagai ilmuwan ‘ulung’ yang tak perlu diragukan lagi kompetensinya. Sedangkan empatif, karena sosok Kuntowijoyo yang di samping sebagai ilmuwan, juga sebagai sastrawan.
Buku ini sekaligus merupakan penjelajahan empati untuk memberdayakan
dan pemihakan pada ‘’wong cilik’’. Karena itu, tak jarang karya sastra
yang ditulisnya juga bertemakan politik: Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1995) yang menjadi label kumpulan cerpen Kompas dua tahun lalu adalah bukti konkret empatinya.
*) Sutejo atau S. Tedjo Kusumo, Dosen Kopertis VII Surabaya, tinggal di Ponorogo, Jatim.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/12/ijtihad-demokrasi-kuntowijoyo/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar