Rabu, 27 Maret 2013

Sastrawan Itu Unik

Damiri Mahmud
Harian Analisa, 7 Agt 2011

Nada panggil ponsel saya malam menjelang Isya itu saya biarkan berlalu berulang. Saya pernah berkali-kali menjawab panggilan dari nomor yang tidak saya program dan selalu menerima kekecewaan, “Maaf, salah sambung…” jawab saya terbata-bata, ketika yang memanggil di seberang sana langsung menerpa karena menganggap sudah kenal.


“Salah sambung? Siapa rupanya situ…?” Hebat orang Medan. Dia yang salah sambung awak yang kena damprat.

Berselang sekitar setengah jam kemudian ponsel saya bordering lagi. Nomor yang sama. Saya berkesimpulan si pemanggil tentulah punya kepentingan yang serius.

“Maaf, Bang, adik Abang, Ichwan…” Ichwan Azhari? Sudah lama saya tak berjumpa. Selintas, lima tahun yang lalu, di Garuda Plaza saya melihat sosoknya ketika menjadi panelis di sebuah diskusi. Dia telah menjadi Doktor sejarah jebolan Universitas Hamburg. Waktu saya memberikan tanggapan, Ichwan berkomentar, “Saya ingat bang Damiri ketika dia membawa saya menjajakan sastra masuk sekolah…”

Itu sekitar tahun 1979. Dia menulis esai dan cerpen kemudian menerbitkan bulletin “Selokan” yang bertahan satu tahun. Tahun 1978-1981 menjadi redaktur sastra remaja “Suara Pembangunan”.

Dalam pembicaraan telepon malam itu, dia mengatakan berhasrat menerbitkan naskah saya.

“Ada dananya, Bang…” Kami janji bertemu di Taman Budaya. Saya membawa naskah tentang Amir Hamzah yang dimintanya.

Pembicaraan tentang Amir Hamzah memang telah selalu saya lakukan. Pernah di Univa, kemudian di Pemda Tebing Tinggi. Kemudian atas prakarsa Edi Elison KR, didiskusikan pula di Sei Karang. Ikut pada waktu itu NH Dini sebagai penulis biografi Amir Hamzah dan putri tunggalnya T. Tahura. Ada pula di UISU, bersambung ke USU. Kemudian dalam diskusi yang digelar oleh Dewan Kesenian Sumatera Utara. Pertemuan Sastrawan Sumatera Utara 1997 di TBSU. Terakhir di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur dalam Seminar Sastra Bandingan Antarbangsa, 2007.

Dalam omong-omong kami itu, Ichwan buka kartu. “Ada pejabat dari Jakarta yang mau mendanai naskah abang itu. Dia pengagum Abang… Namanya Suhaimi.” Agak heran hati saya. Seorang pejabat yang mengagumi sastra. Sudah selalu sekali diresahkan di negeri ini bahwa sastra minus pembaca. Barangkali sosok ini merupakan kekecualian. Walau bagaimanapun saya tak mengenal nama itu. Kami bikin janji akan bertemu di Tip-Top, karena Sang Pendana akan pulang ke Medan dua hari lagi.

Tip-Top di Kesawan, Sabtu malam itu sungguh penuh pengunjung. Berbagai warna kulit bergabung di situ. Kuning, putih, abu-abu dan sawo matang. Ditambah dengan aura awal abad dua-puluh zaman keemasan Toean-toean Kebon di Deli. Ada pula orkes mengiringi santap malam yang mengalunkan lagu-lagu Medan tempo doeloe. Ini Medan Bung!

Meskipun hujan menderas ditingkah guruh dan petir, bahkan menambah romantika omong-omong kami, hingga pukul sebelas malam itu. Pendana itu adalah T. Suhaimi Idris, pernah menjadi jaksa di Medan kemudian menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Pinang. Kini menjadi pejabat salah satu instansi di Jakarta. Ternyata sosok ini akrab dengan puisi. Dia punya nama pena pula lagi. TSI Taura! Mendengar nama itu saya terperangah. Sekitar awal delapan-puluhan, nama itu banyak mengisi rubrik budaya di harian Medan dengan tulisan-tulisannya berupa cerpen dan terutama puisi. Begitu juga puisi-puisi dan cerpennya banyak termuat di ruang Rebana dan RRPA harian Analisa. Dia masih akrab bercakap-cakap tentang sastra. Bahkan di samping kesibukan rutinitasnya, TSI Taura ini masih terus bergulat dengan puisi, hingga sekarang. Dia menunjukkan dua berkas naskahnya kepada saya yang rencananya akan diterbitkan pula. Dalam naskah itu secara sepintas saya lihat beberapa topik dia tulis, tentang diri dan keluarga, impresi tentang tempat di mana bertugas, tragedi tsunami Aceh dan Padang, hingga ke memorial Rendra dan Mbah Surip.

Waktu menulis di Medan, dia segenerasi dengan Foeza M. Hutabarat (ketika itu masih memakai nama Foeza March Esha), Ichwan Ar, Bahman Signal, Koentara DM, Mihar Harahap, Wirja Taufan, Asro Kamal Rokan. Dia katanya akrab dengan Foeza, namun walaupun sekarang sama-sama mukim di Jakarta tapi sekali pun tak pernah berjumpa.

Untuk menyambung ingatan kita terhadapnya sebagai penyair, diturunkan sebait puisinya berjudul “Gelisah” (ditulis di Bandung, Juli 2006) yang terasa relijius dan kuyup dengan pengakuan dan kesadaran akan kefanaan:

Seusai sujud terakhir ini
Jika Engkau usir aku
Di depan pintuMu
Aku tidak pergi
Karena cintaku telah lahir dalam firmanMu
Telah kutemukan cahaya ghaib
Sebelum senja luruh

Malam yang ditingkah hujan yang menderas dan sesekali dikejutkan oleh petir yang memekakkan anak telinga tak membuat pertemuan kami menjadi kecut. Apa lagi suasana arsitektur Hindia-Belanda yang masih kental mewarnai tempat pertemuan kami itu membuat Ichwan, sang doktor sejarah itu bertambah bersemangat. Bertambah kuno satu peristiwa bertambah menarik baginya. Apa lagi kaitannya dengan sastra begitu erat. Disertasi doktornya di Universitas Hamburg berkaitan tentang sastra sejarah dalam naskah Melayu Klasik, dengan tema perlawanan wacana dunia Melayu terhadap ekspansi Majapahit.

Ichwan berkisah ketika baru-baru ini ke negeri Belanda dia telah menemukan seratus ribu dokumen tentang media koran dan majalah di Sumatera Utara pada zaman kolonial. Sepuluh ribu di antaranya telah dia rekam dan dibawanya pulang. Malam itu dia menunjukkan di layar laptopnya sebuah artikel yang berasal dari harian Medan (“Benih Merdeka”) terbitan tahun 1918 yang berbicara secara terbuka tentang kemerdekaan. Ichwan berkomentar:

“Di Jawa dan di Jakarta, para pemuda berbicara tentang Indonesia Merdeka baru pada akhir tahun dua-puluhan. Di Medan, koran Medan sudah bicara tentang kemerdekaan secara terang-terangan. Bahkan nama korannya pun “Benih Merdeka!”"

Ada juga yang tak kalah menariknya. Ichwan mengatakan bahkan koran “Benih Merdeka” itu, dan “Soeara Jawa” (1916), telah memuat cerita.

“Itu kisah fiksi?” Tanya saya.

“Ya, fiksi! Cerpen… Bahkan novel!” jawabnya, “dimuat secara bersambung.”

“Kalau begitu, temuan ini bisa meledak juga,” komentar saya.

Saya menyebutkan, dalam sejarah Sastra Indonesia Modern, genre novel (atau roman) baru mulai tahun 1920 ketika Merari Siregar menerbitkan Azab dan Sengsara atau pada tahun 1922 ketika Marah Rusli menerbitkan Siti Nurbaja. Genre cerpen baru ditemukan sekitar tahun 1935 ketika M. Kasim menerbitkan cerita-cerita “penggeli hati” yang terkumpul dalam Teman Duduk terbitan Balai Pustaka. M. Kasim itulah yang dianggap sebagai Pemula Cerpen Indonesia.

Kalau apa yang ditemukan oleh Ichwan itu memenuhi persyaratan sebagai sebuah cerpen, sejarah sastra itu haruslah dikaji ulang.

Apa lagi Ichwan menambahkan pula, dia juga menemukan puisi-puisi di kedua harian Medan (tahun 1916 dan 1918) itu dan bukan syair atau pantun. Dalam pelajaran sastra Indonesia Modern dikatakan, puisi modern kita baru mulai setelah Rustam Effendi dan Mohammad Yamin mengadopsi bentuk soneta dari Itali ke dalam Bahasa Indonesia tahun 1926.

Ichwan juga punya rencana “yang mendebarkan hati” tentang kepedulian terhadap sastrawan. Dia, punya lahan dua hektar yang akan dibangunnya sebagai museum sejarah di Kota Cina, Paya Pasir. Direncanakannya nanti akan mengundang para sastrawan, satu orang selama satu bulan sebagai Sastrawan Tamu untuk dapat menulis dengan bebas. “Segala fasilitas akan kita penuhi,” janjinya.

“Sastrawan itu unik,” ungkap Ichwan. “Sejarawan tidak bisa dan tidak boleh seperti mereka. Penulis sejarah menulis berdasarkan fakta dan penyelidikan sementara sastrawan berkarya berdasarkan imajinasi dan rekaan. Di mata mereka tulang-tulang yang sudah lapuk pun masih bisa bercakap-cakap…” Maklum dia sangat akrab dengan sastra dan seperti katanya, “Pernah bermimpi jadi sastrawan besar…!”

Dijumput dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2011/08/07/7331/sastrawan_itu_unik/#.UT53_zcZlWk

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi