Jumat, 26 Januari 2018

Denny JA dengan Puisi Esai yang Menghina Islam

Budi Hutasuhut
facebook.com/budiphatees

SEJAK polemik soal proyek buku puisi esai Denny JA berlangsung di jejaring media sosial, dimana saya pernah menulis status yang intinya mempertanyakan isi kepala sastrawan Sumatra Utara yang memposisikan diri sebagai “anjing penjaga atas gagasan Denny JA”, saya menerima ajakan pertemanan dari sebanyak 500 orang di Facebook. Mereka berasal dari seluruh Indonesia, dan saya mengenali sebagian dari mereka sebagai intelektual sastra (saya pakai istilah ini untuk menyebut orang yang punya minat khusus terhadap sastra), sebagian lannya adalah orang-orang yang tertarik tentang sastra.

Para teman baru di Facebook itu mengajukan pertanyaan yang hampir seragam tentang “siapa sebetulnya Denny JA dan kejahatan apa yang telah dilakukannya terhadap rumah tangga sastra Indonesia”. Ada juga yang mengajukan pertanyaan, kenapa saya—juga para sastrawan yang menentang Denny JA—suka memakai kata-kata kasar setiap kali menanggapi kalangan yang pro terhadap Denny JA.

Pertanyaan itu membuat saya berpikir ulang bahwa sebetulnya masyarakat belum tahu duduk persoalan terkait apa sebetulnya yang telah dilakukan Denny JA, sehingga orang itu layak untuk tidak mendapat tempat dalam kesusastraan Indonesia. Sebab itu, saya akan membicarakan karya Denny JA, terutama terkait pembelaannya yang luar biasa terhadap kaum gay sekaligus penghinaanya yang luar biasa terhadap agama Islam.

Saya membicarakan film pendek “Cinta Terlarang Batman dan Robin” garapan Hanung Bramantiyo. Film ini bercerita tentang kisah cinta antara Amir dan Bambang. Amir digambarkan seorang yang rajin beribadah, digambarkan punya “kelainan seksual genetis” menyenangi pria. Amir menikahi dua wanita –sesuai pesan ibunya agar segera menikah—dan pernikahannya kandas, karena dia mencintai Bambang, seorang gay yang akhirnya menjadi aktivis gay internasional.

Naskah “Cinta Terlarang Batman dan Robin” ini ditulis Denny JA. Naskah ini menjadi salah satu kisah yang bisa ditemukan dalam bukunya, Atas Nama Cinta (2012), yang oleh Denny JA disebut sebagai “puisi esai”. Bagi Denny, “puisi esai” ini sebuah inovasi dalam kesusastraan Indonesia, karena “puisi esai” memungkinkan pengarang menulis semua hal dalam kehidupan manusia dengan lebih mudah dan pembaca lebih bisa menikmatinya.

Denny JA meyakini, sastra harus dimengerti oleh masyarakat dengan asumsi bahwa selama ini masyarakat tidak mengerti tentang sastra. Dia memperkuat asumsinya dengan melakukan riset tentang apakah masyarakat memahamkan karya-karya Chairil Anwar dan Rendra, yang kemudian memperoleh hasil bahwa masyarakat sulit memahamkan karya para sastrawan itu.

Dengan asumsi seperti itu, Denny JA mengaku merumuskan sebuah teknik menulis karya sastra yang dia sebut “puisi esai”. Dengan teknik itu, seorang sastrawan bisa menulis puisi bergaya esai, atau menulis esai beraroma puisi. Tapi, bagaimana Denny JA mendefenisikan apa yang dia sebut “puisi esai” menjadi satu kesatuan yang utuh tanpa memilah-pilah menjadi defenisi “esai” dan defenisi “puisi”.

Yang jelas, Denny JA langsung menunjukkan contoh “puisi esai”, yakni tulisan-tulisan yang ada dalam bukunya, Atas Nama Cinta, itu. Sebelum Denny JA menerangjelaskan defenisi “puisi esai”, dia membayar sejumlah intelektual sastra untuk menanggapi buku Atas Nama Cinta itu.

Sudah tentu, para intelektual sastra lebih melihat persoalan teks, dan terjebak dalam garairah memuji teks itu. Dari aspek teks, cerita-cerita dalam Atas Nama Cinta bukan teks yang njilemet, tapi terang jelas membicarakan tema yang dipersoalkan. Sebagai wacana, teks-teks itu lebih mirip laporan jurnalistik dalam teknik jurnalisme sastrawi.

Disebut begitu, karena kisah-kisah itu berpretensi sebagai memimesis alam semesta (kejadian yang sedang terjadi di masyarakat), yang didukung fakta-fakta otentik dengan daftar referensi. Itu sebabnya, “puisi esai” memiliki catatan kaki, dan Denny JA menganggap keberadaan catatan kaki itu sebagai hal baru dalam sastra Indonesia.

Kembali kepada film “Cinta Terlarang Batman dan Robin”, Denny JA ingin menegaskan bahwa nilai-nilai agama Islam yang melekat dalam diri Amir tidak mampu menyelamatkannya untuk terbebas dari siksaan sebagai penderita gay. Bagi Denny JA, gay adalah penyakit keturunan dan tidak akan bisa disembuhkan, seolah-olah Denny JA adalah penderita penyakit keturunan bernama gay. Artinya, Denny JA membuat simpul bahwa gay itu penyakit yang diwariskan secara turun-temurun, sehingga mereka yang menderita penyakit gay itu harus diberi perhatian khusus dan diperlakukan manusiawi.

Denny JA mengajak masyarakat menerima para gay dengan terbuka. Ajakan yang lebih menunjukkan ketidakpahamannya tentang gay. Tapi, saya pikir, Denny bukan tidak paham tentang gay, melainkan memang ingin merusak pengetahuan dan pemahaman pembaca bahwa gay harus diterima dalam masyarakat Indonesia. Ajakan menerima gay apa adanya itu sebagai pengabaian atas kitab suci Quran, karena orang yang alim seperti Amir saja tidak bisa tertolong oleh kealimannya.

Gay bukan persoalan gen. Denny JA tahu soal itu. Tapi, Denny JA menulis “Cinta Terlarang Batman dan Robin” bukan sekadar menyajikan bahan bacaan yang bisa dinikmati masyarakat tanpa perlu mengirutkan kening seperti ketika mereka membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer, tapi memilih karya sastra sebagai medium menyampaikan gagasan tentang liberalisme, sekularisme, dan menjauhkan bangsa Indonesia dari nilai-nilai agamanya.

Denny JA tampaknya memiliki kebencian terhadap Islam. Pasalnya, cerita-cerita dalam Atas Nama Cinta berisi kisah tentang orang-orang yang menderita karena menganut agama Islam. Dia menulis tentang kisah cinta Romi dan Yuli dari Cikeusik yang merupakan komunitas Ahmadiyah, yang bertarung dengan masyarakat anti-Ahmadiyah. Pertarungan yang dijadikan alasan faktual untuk menghina para penganut agama Islam sebagai masyarakat yang tidak menghargai kemerdekaan dan kebebasan.

Meskipun Denny JA menghina Islam secara vulgar, namun pilihan strategi teks lewat puisi esai membuat dia terselamatkan. Segala bentuk protes terhadap Denny JA akan berhenti ketika dia bicara tentang puisi sebagai karya fiksi. Tapi, dia akan memakai istilah “esai” untuk membenarkan bahwa seluruh karyanya bicara tentang fakta. Dengan kata lain, Denny JA memilih menyebut “puisi esai” sebagai tameng untuk melindungi dirinya dan gagasan liberalnya sehingga dia bebas melecehkan agama Islam dan mengajak orang-orang Islam itu sendiri untuk menjadi pengikutnya.

Betapa bodohnya muslim yang menghina agamanya sendiri. Dan, bagi saya, terhadap siapa saja yang menghina agama Islam--atau menghina agama apa saja di negara--layak dipakai kata-kata kotor untuk menghajar mereka.

25 Jan 2018
*) Budi Hutasuhut atau Budi P. Hatees

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi