Jumat, 07 Desember 2018

Cerpen Milenial, Kematian yang Berkembang Biak dan Berputar

Ribut Wijoto
beritajatim.com

ARIS RAHMAN PUTRA membuka cerita pendek (cerpen) berjudul ‘Riwayat Hidup Sebuah Pistol di Kawasan Mulholland Drive’ dengan adegan perampokan di sebuah kafe. Perampokan yang berujung kematian.

Dum, berusia 21 tahun, seorang mahasiswa, menodongkan pistol ke arah kasir kafe. Bukan uang yang didapat, dia justru terpaksa berhadapan dengan Rak, lelaki berperawakan agak besar dengan luka codet di pelipis, yang biasa keluar masuk penjara. Dengan sedikit gerakan, pistol Dum direbut Rak. Sesaat kemudian, Rak menembak Dum. Ditembak juga oleh Rak salah seorang pengunjung kafe yang lain. 
Melangkah keluar membawa pistol, Rak diserang Rem, seekor anjing. Rak mengaduh-aduh sembari bergulingan ke tanah karena alat vitalnya digigit oleh Rem. Selesi menggigit, Rem membawa masuk pistol ke dalam rumah dengan moncongnya.

Pistol yang ditaruh Rem menarik perhatian seorang balita. Sama seperti memegang mainan, si balita menarik pelatuk pistol. Dor. Peluru menembus badan Rem. Anjing yang membawa penderitaan bagi Rak itu akhirnya terjengkang tewas.

Bunyi letusan peluru membuat kaget orang tua si balita. Si suami menyalahkan istri, si istri memaki suami. Keduanya bertengkar. Si suami bernama Wiw itu menyambar pistol dari tangan anaknya. Dor, dor. Istri dan anak tewas ditembus peluru. 
Polisi datang mengendap-endap. Begitu mendapati Wiw yang memegang pistol, sang polisi dengan sigap menembaknya. Dor. Nyawa Wiw melayang.

Tempat peristiwa (setting) lantas berpindah secara aneh. Sang polisi memergoki calon istrinya bersama laki-laki lain. Suara pistol kembali menyalak. Tiga orang itu tewas. 
Kejadian menjadi lebih aneh lagi. Tewasnya tiga orang itu ternyata menjadi latar belakang dari pembukaan cerpen dari Aris Rahman Putra. Yakni, Dum datang. Dum mendapati tiga mayat, yang salah satunya polisi. Dum lantas mengambil pistol polisi dan memakainya untuk merampok di kafe.

“Si lelaki, seperti yang kita tahu, kelak akan membawa pistol itu ke sebuah kafe, dan kita juga tahu bahwa ia memiliki nama yang agak aneh, yakni Dum,” begitu Aris mengakhiri cerpennya.

Serangkaian pembunuhan dalam cerpen Aris diikat oleh satu benda mematikan, yaitu pistol. Sebuah pistol yang menewaskan 7 nyawa manusia dan 1 nyawa anjing. Dalam sejarah Jawa (awal berdirinya kerajaan Singasari) yang mirip mitos, pembunuhan dengan 1 benda yang sama ini mengingatkan pada kisah keris Mpu Gandring.

Ken Arok memesan keris pada Mpu Gandring. Begitu selesai dibikin, keris dipakai Ken Arok untuk membunuh Mpu Gandring. Rangkaian pembunuhan terus bergulir. Keris penuh tuah itu lantas dipakai untuk mencabut nyawa Tunggul Ametung, Kebo Ijo, Ken Arok, Ki Pengalasan, Anusapati, dan terakhir Ken Dedes.

Kembali ke soal cerita pendek ‘Riwayat Hidup Sebuah Pistol di Kawasan Mulholland Drive’. Aris Rahman membuat lingkaran kisah tanpa putus. Pistol yang membunuh tokoh terakhir diambil oleh tokoh yang pertama terbunuh. Plot cerpen Aris yang tampaknya linier tersebut ternyata melingkar. Perputaran kehidupan dan kematian yang berulang. Semacam reinkarnasi.

Konsep reinkarnasi atau ‘kelahiran kembali’ tedapat dalam kepercayaan agama Hindu. Reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Manusia yang telah meninggal diberi kesempatan untuk lahir kembali untuk penebusan dosa, untuk berbuat kebaikan, dan untuk menikmati kehidupan yang lebih sempurna.

Tapi mungkin saja Aris tidak sedang berkisah tentang reinkarnasi atau mitologi keris Mpu Gandring. Bisa jadi pria berkacamata dan murah senyum itu tengah mengadopsi pola penceritaan film thriller atau film science fiction. Cara bercerita cerpen Aris itu memang bisa dipahami melalui struktur film. Yakni, kisah yang disajikan melalui scene-scene.

Dalam film, scene sering diartikan sebagai tempat atau setting di mana cerita dimainkan. Scene juga diartikan sebagai adegan. Sebuah film dibangun melalui rangkaian scene sehingga membentuk cerita utuh.

Dalam cerpen Aris, scene pertama adalah adegan pembunuhan di kafe. Scene kedua halaman rumah tempat adegan anjing menggigit alat vital Rak. Scene ketiga rumah tempat adegan pembunuhan anjing. Masih di tempat yang sama, ada scene ketiga adegan pembunuhan istri – anak dan scene keempat adegan pembunuhan suami oleh polisi. Scene kelima adalah ruang tempat adegan polisi menembak calon istri beserta selingkuhan, termasuk kematian dirinya sendiri. Di tempat yang sama pula, scene terakhir, adegan Dum datang mengambil pistol.

Aris memang wajah dari generasi milenial. Dia lahir di Sidoarjo, 12 Juli 1995. Mahasiswa Universitas Airlangga Jurusan Antropologi. Sehari-hari Aris akrab dengan media sosial, game online, komik, download film kartun hingga film detektif. Maka wajar ketika mencipta karya sastra (cerpen), dia mencoba dengan sesuatu yang baru, yang kekinian, dan milenial.

Jika benar cerpen Aris mengakomodasi struktur film, Aris bisa dibilang melakukan representasi atas representasi. Atau, dalam pengertian Jean Baudrillard, cerpen Aris masuk ke ranah hiperrealitas dan simulakra.

Adegan pembunuhan-pembunuhan pada cerpen Aris terlalu mudah dan sempurna dalam ukuran realitas. Bayangkan tentang seseorang yang berjalan tenang lalu pipis di halaman usai menembak kepala dua orang di kafe. Bayangkan seorang balita yang menembak anjing. Atau suami yang begitu mudahnya menembak istri dan anaknya. Bayangkan seorang polisi yang tiba-tiba menembak calon istri beserta selingkuhannya lalu bunuh diri. Terlebih, cerita lantas berputar, korban pembunuhan pertama dihidupkan kembali oleh Aris.

Hiperrealitas menghadirkan model-model kenyataan sebagai sebuah simulasi bagi penikmatnya. Simulakra hadir bukan untuk melukiskan realitas yang diwakilkannya tetapi hadir untuk melampaui realitas aslinya.

Artinya, melalui cerpen, Aris menciptakan adegan pembunuhan yang berkembang biak tanpa kunjung selesai. Bergulir dan berputar. Histeria. Tidak ada nilai transendensi di situ. Yang ada adalah pemenuhan emosi dan ambisi manusia. Kenikmatan semu. Kenikmatan yang berujung pada kematian. Bahkan, Aris menumpuk kematian dengan kelahiran.

Tokoh-tokoh cerpen Aris begitu murah menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Mereka tergiring oleh energi berlebihan dalam menuruti hawa nafsu sesaat. Dorongan emosi tanpa kendali. Sebuah tindakan yang diambil tanpa pertimbangan mendalam. Dor. Begitu mudahnya suami menembak istri. Begitu gampangnya polisi bunuh diri.

Apakah dengan begitu Aris Rahman Putra terjebak dan larut dalam arus hiperrealitas dan simulakra? Bisa jadi, tidak. Cerpen Aris justru bisa dipahami sebagai sebuah kritik. Bahwa, segala yang berbau hiperrealitas dan simulakra hanya akan berujung pada kematian. [but]

Catatan:
Cerpen Aris Rahman Putra ini saya ambil dari draft buku ‘Beberapa Mimpi yang Harus Kamu Alami Sebelum Menjadi Nabi’, terbitan Majelis Sastra Urban, Dewan Kesenian Surabaya, tahun 2018. http://beritajatim.com/sorotan/345658/cerpen_milenial,_kematian_yang_berkembang_biak_dan_berputar.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi